Diskusi Diserambi Masjid Bagaimana Mengagungkan Ilmu

Ads:
Diskusi Diserambi Masjid Bagaimana Mengagungkan Ilmu
Menjelang magrib, saat saya berjalan, tiba-tiba...
“Assalamu’alaikum...”
“Wa’alaikumusalam Warhmatullahi Wabarokatuh”
“Priben kabare?”
“Alhamdulillah sehat, sampean priben kabare masbul?”. Masbul adalah panggilan akrab saya dengan Kasma teman kuliah
“Alhamdulillah bikhoir mas Ahmad”

Kami bertemu sewaktu menuju masjid untuk melaksanakan shalat maghrib. Kasma salah satu teman kuliah saya, ia juga sangat dekat dengan saya. Kalau ada apa-apa ia sering membantu dan menyelesaikan permasalahan yang saya sulit menemukan solusinya. Alhamdulillah saya kenal dekat dengannya dan sudah di anggap sebagai saudara saya sendiri.

Selepas shalat maghrib dan tadarus al-Quran saya dengan Kasma berdiskusi sedikit di serambi masjid.

“Masbul, saya mau tanya soal ilmu yang saya pelajarai terkadang susah saya cerna dan sulit untuk memahaminya, menurut sampean bagaimana?” tanyaku
“Ketahuilah mas! Sabar dan tabah itu pangkal keutamaan dalam segala hal, tetapi jarang yang bisa melakukan. Sebagaimana syair dikatakan:
Segala sesuatau, maunya tinggi yang dituju tapi jarang, hati tabah di emban orang.
Ada pula yang mengatakan : "Keberanian ialah sabar sejenak." Maka sebaiknya pelajar harus mempunyai hati tabah dan sabar dalam belajar kepada sang guru, dalam mempelajari suatu kitab jangan sampai ditinggalkan sebelum sempurna dipelajari, dalam satu bidang ilmu jangan sampai berpindah bidang lain sebelum memahaminya benar-benar, dan juga dalam tempat belajar jangan sampai berpindah kelain daerah kecuali karena terpaksa. Kalau hal ini di langgar, dapat membuat urusan jadi kacau balau, hati tidak tenang, waktupun terbuang dan melukai hati sang guru”. Jelas Kasma

“Astagfirullah, mungkin iya saya kurang sabar dan tabah dalam belajar”
“Ada lagi tak kalah penting bagi kita sebagai pelajar” Sahutnya
“Apa itu masbul?”
“Agungkanlah ilmu. Termasuk arti mengagungkan ilmu, yaitu menghormati pada sang guru. Ali bin Abi Tholib r.a berkata: "Sayalah menjadi hamba sahaya orang yang telah mengajariku satu huruf. Terserah padanya, saya mau dijual, di merdekakan ataupun tetap menjadi hambanya."
“Iya masbul jadi ingat tentang syair dalam kitab ta’lim muta’lim:
Keyakinanku tentang haq guru, hak paling hak adalah itu
Paling wajib di pelihara, oleh muslim seluruhnya
demi memulyakan, hadiah berhak di haturkan
seharga dirham seribu, tuk mengajar huruf yang Satu

“Benar, termasuk arti menghormati guru, yaitu jangan berjalan di depannya, jangan duduk di tempatnya, jangan memulai mengajak bicara kecuali atas perkenan darinya, jangan berbicara macam-macam darinya, dan jangan menanyakan hal-hal yang membosankannya, cukuplah dengan sabar menanti diluar hingga ia sendiri yang keluar dari rumah. Pada pokoknya, adalah melakukan hal-hal yang membuatnya rela, menjauhkan amarahnya dan menjungjung tinggi perintahnya yang tidak bertentangan dengan agama, sebab orang tidak boleh taat kepada makhluk dalam melakukan perbuatan durhak kepada Allah Maha Pencipta. Termasuk arti menghormati guru pula, yaitu menghormati putera dan semua orang yang bersangkut paut dengannya.

Kemudian termasuk arti mengagungkan ilmu selanjutnya, yaitu memulyakan kitab, karena itu, sebaiknya pelajar jika mengambil kitabnya itu selalu dalam keadaan suci. Hikayat, bahwa Syaikhul Islam Syamsul Aimmah Al-Khulwaniy pernah berkata : "Hanya saya dapati ilmu ilmuku ini adalah dengan mengagungkan. Sungguh, saya mengambil kertas belajarku selalu dalam keadaan suci.

Syaikhul Imam Syamsul Aimmah As-sarkhasiy pada suatu malam mengulang kembali pelajaran-pelajarnnya yang terdahulu, kebetulan terkena sakit perut. Jadi sering kentut. Untuk itu ia melakukan 17 kali berwudlu dalam satu malam tersebut, karena mempertahankan supaya belajar dalam keadaan suci. Demikianlah sebab ilmu itu cahaya, wudhupun cahaya. Dan cahaya ilmu akan semakin cemerlang bila di barengi cahaya berwudhu.
Termasuk memulyakan yang harus dilakukan, hendaknya jangan membentangkan kaki kearah kitab. Kitab tafsir letaknya diatas kitab-kitab lain, dan jangan sampai menaruh sesuatu diatas kitab.

Ada lagi termasuk makna mengagungkan ilmu pula, yaitu menghormati teman belajar dan guru pengajar. Bercumbu rayu itu tidak dibenarkan, selain dalam menuntut ilmu. Malah sebaliknya di sini bercumbu rayu degnan guru dan teman sebangku pelajarannya.

Begitu asik kami berdiskusi, adzan isya berkumandang merdu membuat syahdu terdengar di telinga dan ingin segera memenuhi panggilan kewajiban untuk shalat isya.
Diskusi kami pun di akhir dengan memuji kebesaran Allah SWT dan di lanjutkan memenuhi panggilannya untuk shalat isya.

***

Cerita Terkait

Diskusi Diserambi Masjid Bagaimana Mengagungkan Ilmu
4 / 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan cerita di atas? Silakan berlangganan gratis via email

FANSPAGE