Cerita Cinta: No More By Niswatin Amalia

Ads:
CERITA CINTA: NO MORE
Penulis: Niswatin Amalia

Sewaktu kau bertanya “apakah kau mau menjadi pacar ku?”. “uhuukks” Aku tak kuasa menahan tawa ku mengingat betapa lucu nya sikap mu kala itu, aku hanya menggeleng lalu mendongak kan wajah ku ke paparan luar lapangan untuk sekedar melihat pesona idola ku. Bisa ku lihat wajah manis mu tiba-tiba langsung mempoutkan bibir cemberut dan segera bertanya alasan ku menolak mu. “kenapa enggak mau” aku hanya terseyum lalu dengan segera menjelaskan bahwa kita bersahabat dan mustahil jika itu menjadi cinta. “Jika kau merasakan hal yang beda, disaat itu mungkin saja kamu menyayangi ku karna kita berteman” ucap ku. Namun seiring waktu berjalan... ku bisa dengan tulus merasakan debaran saat bersama mu, aku takut. Aku takut jika aku bisa karma atas ucapan ku saat itu. Apa mungkin aku merasakan hal yang sama saat kau mencoba menyatakan cinta untuk ku. Setiap hari aku bertanya pada gelapnya malam. Bertanya dengan sahabat ku apakah ini cinta. Saat kau mencoba menggenggam erat tangan kiri ku, aku hanya bisa menolak halus tanpa menyadari bahwa jantung ku merespon dengan beda. Dan mulai saat itu lah aku baru menyadari sesungguh nya aku memang mencintai mu. Tapi bagaimana dengan idola ku? Dia, kakak kelas yang selama ini ku kagumi sekaligus ku incar di setiap hari nya, apakah aku harus mengakui bahwa ia bukan cinta sejati ku, tapi dia. Sahabat dekat ku? 

Sampai waktu tiba. Waktu dimana aku menyadari letak kesalahan ku, letak kekhawatiran ku. Letak di saat aku telah merasa nyaman saat bersama ku, namun cinta datang terlambat. Ternyata kau merubah sikap mu, sikap yang selama ini tak pernah ku bayangkan, mengacuhkan ku dan bahkan lupa ucapakan mu yang selalu ku ingat, kau pergi dengan nya, bersama nya, tapi disini aku akan tetap bertahan walau terkadang aku menyadari posisi ku dan ada waktunya aku memang benar-benar pergi meninggalkan mu... 

Sinopsis :
 Cinta adalah seorang gadis berpostur mungil dan imut, walau tergolong cewek yang tidak populer di sekolah nya, terkadang dalam diam banyak laki-laki yang menyukai nya. Wajah nya yang dingin dan menyejukkan jiwa, dengan senyum merekah yang selalu ia lontarkan kepada siapa pun mampu membuat Niki temen sekelas nya diam-diam menyimpan perasaan pada nya, kala itu Cinta sedang giat-giat nya menyukai kakak kelas bernama Vian, bukan hanya tampan si kakak juga jago main basket, dengan banyak penggemar cewek, Cinta tak gentar dan terus mengejar si kakak, walau akhirnya ia tahu orang yang selama ini selalu di samping nya adalah Niki bukan Vian, namun ada gejolak dilema menghujam hati nya, memilih Vian yang jelas-jelas tak mencintai nya atau menerima Niki sahabat nya yang sudah dimiliki orang lain. Putus asa sempat ia rasakan, sampai akhirnya ia tahu bahwa karma dalam cinta berlaku untuk nya. Dengan bantuan sahabat nya karin dan Raka, ia mencoba tegar walau akhirnya ia terjatuh juga, walau lamanya waktu ia bisa berhenti mencintai Niki, tetap saja Niki selalu menjadi bayang-banyang gelapnya dan tak akan pernah hilang, sampai detik ini. Karna cinta yang ia rasa bukan lah cinta biasa~

At School ( the first day)
‘kring! Kring! Kring!’ bel masuk sudah berbunyi, dengan kencang Cinta melancarkan aksi lari nya bagaikan atlet pelari sungguhan. Dengan napas yang sempoyongan ia sampai di kelas dengan selamat dan bahkan belum telat, karna waktu masih tersisa 5 menit saat guru masuk jam pelajaran pertama. “selamat , selamat” ucap nya dan mengelus dada dengan sedikit napas yang masih ngos-ngosan. 
“Cinta, kamu tumben telat, mos kemarin kamu cepet banget masuk” tanya Karin teman sebangku nya heran.
“Ada insiden kecil yang tak bisa ku jelaskan” jawab Cinta masih dengan jantung yang berdebar.
“insiden apa?” tanya Karin semakin heran dan keponya.
“ini aib lho” ucap Cinta bicara tanpa memandang Karin karna sibuk mengeluarkan buku matematika nya di dalam tas.
“aib apaan?” Karin semakin ingin tahu. Di bisikkan nya karin dengan cepat, “aku lupa hidupin jam bekker ku, jadi nya telat bangun, eh malah mimpi yang enggak-enggak, dan aku ngompol” ucap Cinta pelan sambil menahan malu di wajah nya. “bwahaahah” Karin tertawa lumayan kencang dengan cepat membekap mulut nya yang sudah membuat teman-teman di sekeliling nya melihat tingkah konyol nya itu. Dengan satu tepukan jidat, Cinta bergumam pelan sambil mengabil jari kelingking Karin yang ia pautkan di kelingking nya. “janji ini rahasia kita berdua lho” keduanya tertawa dan dan tersenyum, mengingat jam pelajaran sudah di mulai keduanya fokus dan memperhatikan Bu Amira yang sedang menjelaskan pelajaran Metematika dengan khusuk. 
*** 

Cinta masih fokus dengan Novel yang ia baca, tanpa menghiraukan orang disekeliling nya ia masih tetap fokus walau banyak nya teman-teman yang lalu lalang sekaligus berisik terus saja sedikit mengusik pikiran nya. Dengan wajah dingin cewek itu tetap pada pendirian nya, walau terkadang ia bosan mendengar deruan ocehan teman-teman cowok nya yang sibuk bermain bola kaki di dalam kelas. Dasar gila! Sinting! Edan!. Sela nya dalam hati, “masak main bola di kelas, kalau mau main ya dilapangan dong” gumam nya lagi berbicara dengan nada yang pelan sehingga tak menimbulkan suara yang berarti. Suara teman-teman cewek nya pun tak kalah hebat, ada yang lebay-lebay minta perhatian dan terus saja menggoda cowok manis, menjulang tinggi bagaikan menara effiel menurut Cinta karna ia mesti mati-matian mendongak ke atas jika harus berurusan dengan cowok itu, Niki nama nya. Walau banyak cewek yang mengidolakannya di dalam kelas maupun di luar kelas, tapi tidak dengan Cinta, cinta menganggap itu persetan soal Cinta pada pandangan pertama, ia merasa biasa-biasa saja dengan Niki, malah ia sangat geram terhadap cowok itu. “apa istimewa nya sih dia itu, gantengan juga ayah ku dirumah” sela nya sambil terkikik kecil saat-saat paragraf terakhir novel yang ia baca hampir selesai. Selesai! Ia bergeram kencang sambil menguap lebar, mata nya sedikit perih karna harus berhadapan dengan tulisan yang sebegitu banyak nya dan tebal. Berpapasan dengan selesai nya ia membaca novel, bel masuk pun berbunyi. Ia menghela napas panjang dan melihat karin menghampiri kursi mereka dengan es jeruk di tangan nya. 
“ini buat kamu ca” kata karin sambil menyodorkan minuman segar di hadapan Cinta.
“thanks Rin, ngomong-ngomong kemarin kita ada tugas Ips buat keliping?” tanya Cinta sambil menyeruput es jeruk nya kencang dan sampai habis.
“keliatan haus banget yah, maaf telat bawa nya tadi. Aku ke perpus dulu. Tugas Ips itu, lusa udah di kumpul Ca” gumam karin sambil berpangku dagu nya di atas meja.
“hu’um haus banget! Ehh-buset lusa udah di kumpul, mati aku Rin. Aku belum ngerjain” timpal Cinta dan duduk dengan gelisah di bangku sesekali menampar-nampar lengan Karin pelan. 

“ngerjain bareng aku aja, aku juga belum kok” Cinta menghembuskan nafas lega nya sambil tersenyum. “akhirnya punya temen seperjuangan” ucap nya lalu beranjak dar kursi nya untuk membuang kantong plastik sisa es jerut nya yang sudah habis tadi ke tong sampah. Ketika keluar, seperti biasa suasana tampak ramai dengan siswa yang lalu lalang keluar masuk kelas karna gak ada jam pelajaran. Mungkin guru-guru emang lagi pada rapat sehingga para siswa dengan leluasanya berjalan di area depan kelas. Sekelebat penampakan yang tak henti nya membuat Cinta dengan ragu membalikkan kepala nya menghadap si penampakan yang di duga-duga mampu membuat nya tertarik. Kakak kelas tampan, manis dengan postur yang lumayan menurut nya. Sedang lari-lari sambil mengoper bola basket dengan semangat nya! Dengan yel-yel dan teriakan yang terus memuja nya, Cinta yakin kakak yang membuat nya tertarik kali ini adalah sosok yang populer di sekolah nya, cewek-cewek terus saja berteriak saat ia mulai sukses memasukkan bola ke jaring. Cinta ikut tersenyum melihat nya membayangkan betapa keren nya kakak kelas itu jika nanti jadi pacar nya.

“eh ngaco! Menghayal kok tinggi-tinggi, nanti kalo aku jatuh sakit nya tuh disini” Cinta bergumam sendiri sambil menirukan gaya-gaya anak alay jaman sekarang, dengan terkik kecil ia lalu berbalik badan dan berniat untuk balik ke kelas nya. Berpapasan dengan Niki teman sekelas nya, keduanya tak sengaja bertatapan tajam meningat Cinta begitu sangat membenci Niki, Niki pun hanya membalasnya dengan senyuman. Cuihh! Sok senyum! Desir Cinta dalam hati. Ia akhirnya berjalan cepat sebelum Niki dapat membaca pikiran nya. 
*** 
Tak terasa waktu begitu cepat berputar, masa SMA yang indah untuk di lupakan. Kini tak terasa Cinta sudah merasakan 6 bulan terakhir belajar di SMA harapan bangsa. Ia berbaring malas di kasurnya, mengingat bahwa waktu tak dapat di tebak dan diremehkan begitu saja. Rasanya 6 bulan itu baru 1 hari ia lewati. Namun dengan semangat yang membara Cinta yakin semua nya akan baik-baik saja dan ia siap melewati apapun yang terjadi dengan dirinya dan juga hatinya. 
*** 

Cerita Cinta: No More By Niswatin Amalia

Cerita Cinta Lainnya: Kumpulan Cerita Cinta

Jam dinding pink bermotif kupu-kupu merangkai indah di dinding kamar nya, jam menunjukkan pukul 10 malam lewat. Biasanya ia akan tertidur pulas di saat jam begini, namun ia bingung dengan hati nya. Nama seseorang terus saja melintas dipikiran nya. Vian! Vian, dengan merdunya nama itu bersenandung sendiri di benak nya. “huuhh! Ada apa sih dengan pikiran ku, kenapa mendadak enggak bisa tidur begini, kalo ingat kak Vian masukin bola basket ke jaring waktu itu” ia terus meronta-ronta di kasur nya. Ia mencoba memejamkan mata nya pelan dan menghembus napas panjang. Berdoa dalam hati supaya tidur nya nyenyak dan mimpi yang indah. 1 jam kemudian, baru ia bisa benar-benar dengan tenang nya membenamkan mata nya dengan pelan. Walau hati nya terus berteriak kak Vian, tapi mata nya terasa berat dan akhirnya tertidur pulas...

“aaaahhhaahh” Cinta berteriak kencang saat meyadari hari sudah pukul 6 lewat 15 menit. Ia segera meloncat dengan cepat di atas kasur nya menuju kamar mandi. Ia terus saja mengoceh tak jelas dan menyalahi ibu nya yang tak membangunkannya. Selesai mandi Cinta dengan cepat menyelami ibu nya dan tak sempat sarapan. “udah telat bu! Caca makan di kantin aja” sela nya dan berlari menuju teras rumah. 

‘Tin! Tin! Tin!’ deruan suara klakson terdengar di depan pagar rumah nya, Cinta yang melakukan aktivitas memakai sepatu, harus mendongak ke depan untuk melihat siapa yang bertamu sepagi ini. “Niki” ucap nya setengah berteriak dan kaget. Dengan cepat di ambil nya tas dan juga berlari pelan menghampiri sang pengendara motor dengan helm yang menutupi kepalanya. “berangkat yuk! Biar ku antar, hari ini special edision buat jemput si mungil” dengan senang Cinta menganggung pelan, untung kali ini Niki berbaik hati untuk menjemput nya dan menjadi penyelamat atas keterlambatannya. Di perjalanan Cinta hanya berdiam diri tanpa berani memulai pembicaran, ia terlihat gugup! Dulu ia memang sempat membenci Niki dengan alasan yang tak logis, kini entah mengapa seiring berjalannya waktu rasa benci itu mulai mencair keluar di hatinya. Niki yang selalu berbaik hati tersenyum dan juga ingin dekat dengan nya, membuat Cinta tak mempunyai alasan untuk membenci cowok semanis Niki. Walau ia tetap mengakui Niki tak ada bandingan nya dengan Vian. 

“pegang yang kenceng, kalok jatuh aku bisa di tuduh ngelukain anak orang” dengan pasrah Cinta mengikuti gerak tangan Niki yang menarik tangan nya untuk melingkari pinggang Niki dengan kencang. Cinta semakin bingung di buat nya. Ok. Aku gak mungkin cinlok lah! Desir nya dalam hati. 
*** 

Cinta terus terpingkal sesekali memegangi perut nya yang sakit karna tertawa, hari ini wali kelas mereka memberi tahu jam belajar yang tak efektif karna guru-guru banyak yang pelatihan, dan otomatis mereka enggak belajar sama sekali. Cinta dan Karin malah kumpul-kumpul gak jelas dengan teman cowok di kelas mereka. Niki, Raka, Randy dan Chiko terus menggoda Cinta sesekali membawa-bawa nama kak Vian untuk menertawai nya. Ada rasa yang beda, Niki dengan cuek nya tak menanggapi omongan Raka yang terus menggoda Cinta dengan kak Vian. Ada rasa cemburu membakar hati nya, rasa yang tak ia ingin dengarkan. Dengan geram dan wajah yang datar. Ia berangkat dari bangku nya dan hendak berjalan keluar. Semua nya tertawa bersamaan, saat melihat Niki ingin pergi semua nya terdiam. Cinta yang melihat Niki memendam merah di wajah nya, dengan cepat menarik tangan Niki dan berbalik menghadap Niki. 

Mata itu ... aku gak sanggup! Niki berucap di dalam hati sambil memandang raut wajah Cinta yang kebingungan melihat tingkah aneh nya. 

“kamu mau kemana?” tanya Cinta dengan mata yang berbinar menatap Niki dengan acuhnya memalingkan wajah menghadap sisi lain.
“kamu marah sama aku!” tanya nya lagi yang tak di jawab Niki. Namun dengan berat Niki memalingkan lagi wajah nya menghadap mata yang berbinar itu. “gak marah kok! Keluar sebentar buat cari angin segar, mau ikut!” Niki tersenyum lembut, Cinta mengangguk pelan menyetujui ajakan Niki. Mereka berjalan berdampingan keluar kelas.
“temen kita yang satu itu(Niki) lagi kasmaran sama si Cinta kayak nya” tuduh Chiko sambil mengeritkan kening. Karin, Randy, dan Raka hanya tersenyum melihat nya...
***

“emang udah suka banget sama kak Vian?” Niki membuka percakapan untuk keduanya, Cinta hanya memandang lalu tersenyum mendengar nya.
“iaa.. kalok aku suka emang nya kenapa?” Cinta balik bertanya sambil menunjuk bangku taman di belakang sekolah untuk di duduki keduanya. 
“kalok aku cemburu gimana?” Niki balik bertanya dan sukses membuat Cinta membulatkan mata bundar nya kaget, sambil menahan tawa Cinta terus saja memukuli lengah Niki dengan manja.
“jangan suka bercanda deh! Ginini gara-gara sering ngelawak di kelas, jadi di bawa-bawa kalok ngobrol sama aku” Niki menampakkan wajah datar nya dan cemberut. Lalu ia tersenyum dan sesekali mengusap harus rambut Cinta dengan perasaan. 

Nanti ada saat nya kamu tahu perasaan ku Ca! desir Niki dalam hati. Lalu segera menarik tangan Cinta untuk balik dan menuju kelas!
*** 

Seperti biasa kegiatan di kala itu tak berhenti sebentar. Niki dengan semangat nya menjemput atau sekedar mengantar Cinta untuk pergi dan pulang sekolah, keduanya banyak menghabiskan waktu bersama sebagai sahabat. Niki lebih terlihat senang dari biasa nya, bersama Karin dan Raka mereka kadang jalan bareng, walau Cinta lebih terbilang tak perduli dengan kesenangan itu. Ia masih tetap menantikan first love nya kak Vian. Ia menganggap tak lebih dengan Niki, ia hanya ingin satu orang yang ia harapkan, laki-laki keren yang tak tahu menyukai nya atau tidak. Terkadang juga ia memaklumi kesenjangan Niki pada nya, ia menganggap itu lumrah untuk seorang sahabat. 

Pagi itu terlihat asyik-asyik saja di sekolah, pelajaran pertama mereka lewati dengan biasa nya, namun kali ini ada yang beda. Pada siswa banyak yang berpindah-pindah tempat duduk, begitu juga dengan Cinta. dengan terpaksa ia melakukan keinginan Karin untuk duduk berbarisan dengan Raka dan Juga Niki. “Rin, kenapa harus pindah-pindah sih, aku jadi gak bisa liatin kak Vian main basket tahu” Cinta merengek dan terus cemberut. Dengan tangan yang dilipatkan ke perut nya, ia membolakkan mata bulatnya kearah lain setelah Karin tak merespon keluhannya. “dasar nyebelin!” ucap nya lagi dan lebih memilih untuk mengisi tugas biologi yang tertera di papan tulis, karna hari ini Bu mita gak dateng jadi mereka di kasih tugas buat mencatat. Niki menghampiri bangku Cinta dan menyeret bangku nya untuk duduk bersebelahan dengan Cinta. 

“kenapa cemberut! Cantik nya ilang lho” Rayu Niki yang seketika mencairkan suasana. Cinta tertawa lepas dan kembali menatap papan tulis di depannya dengan saksama. Merasa di perhatikan, Cinta menghentikan kan aktivitas menulis nya dan berbalik melihat Niki yang memperhatikannya. “kenapa liatin aku segitu nya, ada upil yang nempel?” tanya Cinta dengan polos sambil memegangi kedua pipinya dengan kedua telapak tangan nya. 
“ehh! Enggak kok. Akuu...” 
“apa?” Cinta bertanya sambil membaringkan kepala nya miring menghadap Niki yang kebingungan mencari alasan. 
“apakah kamu mau jadi pacar ku?” dengan cepat Cinta mengangkat kepalanya dan bengong seketika.
“uhukkss, apa aku gak salah denger” sela Cinta tersedak pelan mendengar penuturan Niki yang mengejutkan dirinya. Melihat wajah Niki yang memerah, Cinta tertawa pelan sambil memukul-mukuli keningnya dengan ujung pulpen. “aku gak abis pikir sama kamu Niki” kata nya sambil tertawa pelan kembali. 
“kenapa? Gak mau” tanya Niki dan membuat Cinta menghentikan aktivitas tawa nya.
“jika kamu merasakan hal yang beda, disaat itu mungkin saja kau menyayangi ku karna kita teman”
“ini beda Ca, jangan bilang kamu masih ngarepin kak Vian yang gak sama sekali tahu kamu” wajah Niki memerah mendengar ucapan Cinta, bukan karna malu tapi karan kobaran marah menyentuh dadanya. Ia menarik napas panjang lalu menggenggam tangan kiri cewek mungil yang menunduk kecewa itu. 
“aku suka kamu Ca, aku pengen kita jadian. Aku gak mau terus-terusan Cuma dianggap sebagai sahabat kamu ca. Aku Cuma pengen bersama mu, itu saja” Niki tak ingin mengeluarkan air mata nya dengan manja, ia menahan bening hangat itu untuk tidak keluar, tak ingin Cinta tau kelemahan nya atas nama cinta yang ia rasakan. 
“aku sayang kamu, karna kita bersahabat Niki. Aku gak mungkin ngelakuin itu, karna aku suka sama kak Vian” air mata mulai jatuh di pipi manis nan halus milik Cinta. Ia menatap mata redup milik Niki, tak sanggup mengalihkannya, mata redup itu terlanjur kecewa karna nya.
“maafin aku” gumam nya lagi dan mengusap air matanya dengan pelan, kemudian ia beranjak dari kursi yang ia duduki. Meninggalkan kedua mata redup yang lemah itu, Niki hany adapat tersenyum pahit mendengar dirinya ditolak hanya dengan laki-laki pemain basket itu, Cinta gak tahu kalok kak Vian sudah memiliki kekasih dan malah tak pernah memikirkannya, Niki lah yang selalu ada untuknya bukan kak Vian, tapi kenapa Cinta malah dengan mudahnya menyebut kalau dia lebih mencintai kaka Vian ketimbang Niki. 

Aku menyerah Ca, jangan menyesal di saat aku enggak ada nanti! Dengan amarah yang membanjiri denyut nadi nya, Niki keluar berniat ingin keluar kelas atau bolos dan apalah itu untuk menenangkan pikiran nya. Ia berjalan dan melewati Cinta yang menatap nya penuh dengan minta maaf dengan lajunya, tanpa melihat kearah Cinta ia memalingkan mata nya menatap kedepan dan melangkah untuk memulai yang baru, dan bisa mencintainya dengan tulus. Melihat itu, tiba-tiba ada rasa bersalah menghujam dada Cinta. Ia memegangi kepalanya yang tiba-tiba saja pusing saat melihat tingkah Niki yang berubah hanya Cinta menolaknya dengan halus. Kayak anak kecil! Di tolak malah benci! “Semua cowok itu emang egois yah” Cinta bergeram marah dan membenamkan wajah nya diantara tangannya dan menunduk menyentuh meja. “persahabat ku tak semulus yang aku harapkan” ....
*** 

3 bulan sudah waktu berlalu, Cinta masih dengan setia nya mengharapkan rasa suka nya di balas oleh kak Vian. Akhir-akhir ini ia lebih sering merasakan pusing dan sesak melanda tubuhnya. Terkadang saat mengingat Niki mengacuhkan nya, rasa sakit itu menjulur keluar begitu saja di dadanya. Senyum pun tidak, apalagi sekedar menyapa dirinya seperti dulu. Tak ada lagi yang ingin menjemput nya atau mengantarkannya pulang, mengingatkan nya untuk memegang pinggang Niki agar tidak terjatuh. Menghiburnya di saat sedih. Perasaan rindu itu baru ia sadari bahwa ternyata ia memang benar menyayangi cowok jangkung itu. 

“apa ini karma?” ia bergeram frustasi dan mencoret-coret buku catatannya dengan geram. Sesekali ia merasa ingin menangis dan berteriak sekencang-kencang nya, untuk mendapat kesempatan kedua itu. Kesempatan untuk bersama cowok yang selama ini mencintainya dengan tulus. “aku kangen kamu Nik” ia menahan sakit itu untuk kesekian kalinya. Karin yang semakin khawatir akhir-akhir ini melihat Cinta sering murung dan kadang mata nya sedikit berair, saat ditanyakan jawaban Cinta pun selalu sama. “kamu kenapa Ca, cerita sama aku” ucap Karin sambil memegang pundak sahabatnya. “aku gak apa-apa kok Rin” jawab Cinta dengan senyum terpaksa. 

Baru mengetahui jika Cinta nya memang tak di balas kak Vian. Cinta semakin frustasi saja, ternyata kak Vian telah lama menjalin hubungan dengan teman sekelas kak Vian sendiri. Ia menyesal atas perkataannya kala itu. “kenapa aku bodoh! Merelakan orang yang menyayangi ku dengan orang yang jelas-jelas telah mengacuhkan ku” itu selalu saja jadi pemberat langkah nya saat hendak pergi kesekolah. Ia tak tahan jika harus bertemu dengan kedua mata redup itu lagi, saat mereka tak sengaja bertatapan. Cinta selalu memberi senyum terbaik nya kepada Niki. Namun cowok itu tak bergeming, ia malah mengalihkan mata itu menghadap kelain. Denga berat hati, Cinta memang harus merelakan yang telah terjadi, semua nya memang telah berubah. Niki memiliki tambatan hati nya yang baru, dan Cinta tak ingin mengusik hal itu lagi! 
*** 

“Niki tungggu!” Cinta berlari menghampiri cowok setinggi menara efiel itu dengan tertatih dan nafas yang ngos-ngosan. Niki dengan cepat menghadap ke sumber suara, begitu melihat Cinta ingin menghampirinya, dadanya kembali sesak dan sakit. Mata berbinar itu benar-bena telah membuat nya tak sangkup berdiri. Selama ia menjauh dari Cinta, ia sudah bisa sedikit bernapas lega dan melupakan cewek itu. Sekarang ia harus berurusan lagi dengan cewek yang telah membuat hati nya berkeping jadi dua. 
“kenapa” jawab nya dingin. Hawa dingin itu pun cukup dirasakan Cinta, ia malah ingin mengurungkan niat nya untuk berbicara kepada Niki. Ia takut jika nanti Niki akan membalaskan dendam kepadanya dan memebenci nya.
“kamuu ... kamu akhir-akhir ini kenapa! Ada yang salah dengan ku Nik hingga kamu menjauh dari ku” Benih keristal itu jatuh dengan sendirinya. Melihat itu sungguh Niki tak tega dan malah merasa bersalah membuat Cinta tertekan dengan perubahan sikapnya.
“aku harus move on dari kamu Ca. Jadi, jangan ganggu aku lagi” Niki menelan ludah pahit mendengar omongan nya sendiri. Dengan cepat ia melangkah pergi meninggal kan Cinta yang masih terisak disana. Dan baru tahulah Cinta, ternyata selama ini ia Mencintai Niki. Perasaan yang baru ia dapat dari menangis beberapa hari ini, perasaan yang selalu menyesakan dadanya ketika melihat Niki bersama dengan wanita lain, Cinta ditolak itu emang gak enak. 
***

1 tahun sudah Cinta genap menginjakkan kaki nya di SMA harapan bangsa ini. Dengan haru Cinta harus meninggalkan teman-teman sekelas nya yang sudah baik kepadanya. Tak terkecuali Niki merupakan mantan sahabat nya yang sudah memiliki kekasih. Dengan senyum yang terus terukir di wajah nya, ia ikhlas melepas Niki dengan seorang yang Niki sayangi sekarang. Walau ia telah berjanji pada hatinya dan juga Karin untuk segera mencari cinta yang baru, terkadang bayang-bayang Niki masih terngiang bebas di pikiran nya. Walau sudah Ada kevin teman dekatnya yang memberi perhatian lebih padanya, tetap saja ia masih sering mencuri pandang pada Niki. Seakan mulut nya berkata ia bisa untuk meningggalkan Niki, tapi hati nya berkata tidak untuk menghilangkan Niki begitu saja. 
“kamu bisa jadi yang special kan untuk ku” gumam kevin sambil melingkarkan lengan nya di lengan Cinta. 

“doakan saja supaya aku bisa” balas Cinta sambil tertawa. Ia yakin dengan dekat dengan seseorang lagi , maka sepenuhnya ia bisa merelakan Niki dan melupakannya. Walau terbilang berat tapi Cinta yakin, kali ini ia bisa melupakannya Niki, tanpa harus membencinya... karna cinta rasa sayang yang tulus mana mungkin bisa tergoreskan hanya dengan tak saling bersama. 

~THE END~

Tentang Penulis:
Nama : Niswatin Amalia
TTL : Pangkal pinang, Bangka. 12 maret 2000
Minat : menulis cerpen, puisi dan sedang berusaha untuk membuat novel
facebook : Niswatin Amalia

Cerita Terkait

Cerita Cinta: No More By Niswatin Amalia
4 / 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan cerita di atas? Silakan berlangganan gratis via email

FANSPAGE