Gengsi itu Sama Dengan Miskin By Imam Prayugo

Ads:
Gengsi itu Sama Dengan Miskin
Penulis: Imam Prayugo

Tiga hari telah kulewati dengan beban yang sangat berat jika aku ibaratkan bebanku ini seperti “menggendong sapi sekaligus dengan gerobak nya ” he he he he sedikit lebay, tapi semua ini memang benar-benar beban yang begitu berat bagi murid Madrasah Aliyah Negeri atau sederjat dengan SLTA yaitu menghadapi “ UN “ alias “ Ujian Nasional “ yang wajib diikuti semua murid dari pulau Sabang sampai Merauke dari pulau Mengias sampai pulau Rote.

Dag dig dug deg dug dig, wah pokok nya kebolak balik rasa panikku menhadapi ujian nasional ini, tinggal 1 hari lagi dari tanggal 20 Mei 2008, mau nggak mau, sakit nggak sakit aku harus mengahadapinya, doa dan permintaan maaf ku kepada semua orang yang aku kenal merupakan salah satu restuku untuk keberhasilanku menghadapi Ujian Nasional tahun ini.

Hari selasa,.. Kira kira waktu tinggal 2 jam lagi menuju Ujian Nasional akan segera di Ready… kan, ( sampai-sampai bahasanya campur aduk kayak tahu campur). aku tidak bisa berbuat apa-apa melainkan mengeluarkan jurus terakhirku , berdoa dan yakin dengan usahaku, teeettt….teeeeeeet…teeeeettt,… aku kaget dan panik dengan suara bel yang begitu familiar ditelingaku,……mau nggak mau harus siap untuk memasuki ruangan yang dihadapkan dengan beberapa lembar kertas soal Ujian diatas meja,….Wow “ sungguh menegangkan “ gumamku dalam hati. Nafas panjang keteganganku “ uuuuuhuuufttt …..” dan ucapan “Bismillah” yang keluar dari mulutku adalah tanda dari awal dari semua ini,…rasa panikku, keteganganku, ketakutan menjadi satu saat melihat soal Ujian Nasional, tapi Alhamdulillah ternyata soal yang aku lihat dan baca ternyata tidak sia-sia dengan usahaku selama ini saat aku belajar,….keangkeran yang aku alami saat itu sekarang menjadi sebuah keharmonisan, semua terasa menjadi mudah dan indah.
Hari kedua telah kulewati seperti hari pertama Ujian Nasional sebalik nya dengan hari ketiga semua kulewati dengan rasa yakinku, lega rasannya sudah melewati ini semua , setelah Ujian sudah selesai, hari tanpa beban pun kini menghinggapiku makan, tidur, minum, nonton TV, main sama temen, dll, nggak ada yang melarangku mau kesini, kesitu, kesono,kemana, kesodok eh kok kesodok hehehehe, pokok nya apa aja lah nggak ada yang menghiraukanku seolah- olah kayak orang ilang yang tidak punya keluarga.

Pengangguran yang aku alami ternyata tak pernah aku sadari karena asyiknya menghabiskan waktu hanya untuk kesenangan yang tidak ada beban dan tanggung jawab, hilang begitu saja. inilah Awal dari sebuah beban yang sebenarnya beban yang aku alami yaitu saat setelah selesai melewati momok Ujian Nasional ,…tak disangka sangka momok satu ini lebih menakutkan daripada saat menghadapi Ujian Nasional ,….bukan saat penentuan Kelulusan atau Nilai yang akan keluar yang akan aku terima tapi adalah apa yang aku lakukan setelah aku melepas seragam putih abu-abu ini sungguh tragis yang aku alami setelah melepas baju ini dari kehidupanku lagi. sudah terlahir dari Keluarga petani kelas Eks-konomi kebawah, membuat diriku agak frustasi, rencana mau nglanjutin Perguruan tinggi orang tua tidak punya uang, ikut Beasiswa di perguruan tinggi prestasi pas-pasan, “ huuuuftftftft “.beban yang aku rasakan adalah beban yang benar benar beban seperti ” Patung ATLAS “,… 2 minggu setelah Ujian Nasional pengumuman dari sekolahan telah meyatakan bahwa untuk kelas 3 tidak ada jadwal lagi berarti tidak ada pelajaran juga.yang dulunya nonton, main , seneng-seneng sama temen kini sirna bagaikan ” panas setahun turun hujan seharian” , akhirnya aku putuskan untuk mencari pekerjaan tidak ada pilihan lagi karena keadaan keluargaku yang tidak mampu menyekolahkanku, tapi apa yang bisa aku andalkan dari prestasiku semenjak aku memakai putih abu-abu selama 3 tahun silam, padahal aku tidak begitu pandai dan kreatif yang mempunyai ketrampilan lebih di bandingkan anak-anak lulusan SMK, sungguh fana hidupku terasa seperti orang bodoh sedunia yang tak mampu menciptakan peluang kerja, sedangkan temen-temenku sudah satu demi satu mendapatkan pekerjaan salah satunya adalah sahabat-sahabatku , Zanu ristiono, Dian Budiyanto, dan Shodikun hadi dulunya yang sering menyontek PR matematikaku dan saat ada ulangan harian kini begitu mudah mencari pekerjaan di bandingkan diriku yang dulu selalu bisa mengerjakan PR Matematika.

Terus berusaha yang aku lakukan sampai sampai aku menawarkan jasa kepada usaha rumah-rumah Produksi milik tetanggaku,..2 minggu setelah aku di vonis sekolahanku tidak ada Jadwal untuk masuk sekolah ,…tiba tiba ada kabar dari temenku bahwa pabrik yang tidak jauh dari tempat tinggalku kira kira 200 meter, bahwa pabrik tersebut membutuhkan karyawan,…beuhhhh rasanya seperti di tabrak tronton dan tidak merasa sakit saat di tabrak (sakti banget),…..akhir nya aku mencari informasi dari temenku itu pekerjaan apa yang di butuhkan oleh pabrik tersebut, Alhasil ternyata yang dibutuhkan hanya seorang pengamplas kayu,…semakin pusing dengan informasinya,…bingung bukan kepalang yang aku alami, akhirnya aku putuskan untuk sholat untuk menentukan pilihan yang akan aku ambil dari pilihan ini , dalam hatiku berkata “ masa lulusan SMA kerja nya hanya tukang Amplas kayu, menyedihkan “.

24 jam telah berlalu diantara waktu itu aku sudah melakukan sholat untuk menentukan pilihan yang akan aku ambil, sebenarnya aku benar-benar gengsi dengan peluang pekerjaan ini, 98 % yakin aku akan mudah mendapatkan pekerjaan ini tapi di sisi lain aku akan ter-Cap menjadi orang terbodoh sedunia karena dengan Ijazah yang aku miliki meskipun aku belum pasti dinyatakan LULUS oleh Wali Kelas dan sekolahku….., akhirnya aku memutuskan untuk mengambil pekerjaan itu sebagai ” tukang Amplas kayu “sungguh tegannya Ijazah SLTA bekerja dengan pekerjaan serendah itu, ‘ dalam hati kecilku yang paling dalam-lam-lam’, tapi keputusan yang aku ambil adalah keputusan yang terbaik karena aku lebih yakin dengan sholatku karena “ ALLAH”.

Gengsi itu Sama Dengan Miskin By Imam Prayugo
Gengsi itu Sama Dengan Miskin By Imam Prayugo
Hari pertama, menunggu di depan pabrik seperti orang-orang yang bekerja di pabrik, ” CV.CANDI BARU”, namanya ,tiba-tiba aku tersentak dan kaget mendengar bunyi bel seperti bunyi bel sekolahku yang terdengar dari dalam pabrik tersebut dan ternyata bel itu adalah tanda dimulainya bekerja, sungguh mengenaskan pekerjaan ini, kotor dan bercampur debu kayu hasil dari gergaji mesin mebuatku nggak tahan ingin segera mengakhiri kerja di pabrik ini, tapi apa daya aku sangat membutuhkan pekerjaan karena aku gengsi dengan temen-temenku yang sudah meiliki pekerjaan, semua ini harus aku syukuri yang merupakan salah satu bentuk tunduk dan taatku kepada sang “ILLAHI”, daripada orang yang diluar sana yang lebih membesarkan gengsi karena pekerjaan yang begitu rendah dan tidak berharga menurut mereka membuatku mendapatkan nilai positif dari keputusan yang aku ambil ini meskipun tidak sebanding ijazah yang akan aku terima dari kelulusan kelak. sudah 2 bulan berjalan pekerjaan yang aku geluti (emang pegulat :D), ternyata aku adalah termasuk orang yang sabar menerima keadaan heheheheh,,…padahal salah kaprah..prah.. prah ..prah… “ sabar “ itu adalah sebuah kebodohan tersendiri buat diriku karena kesabaranku itu adalah tidak ada usaha dariku untuk mencari pekerjaan yang lebih baik dari pekerjaan saat ini kalo untuk definisi keadaan yang aku alami saat ini mungkin kata sabar banyak artinya tapi utuk kesabaranku dalam menghadapi keadaan ini adalah sebuah kebodohan yang luar biasa, pusing dan pusing yang aku alami membuat otakku geram bagaimana yang harus aku lakukan untuk menutupi rendahnya strata pekerjaan ini.

Tak disangka dan tak di duga saat aku duduk di teras depan rumah sendirian,… tiba-tiba tetanga samping rumah menghampiri dan tanpa basa-basi bercakap cakap denganku :,
Pak Wahidi : “ mam aku njalok tulong sampean iso tah orak ngajari anakku sinau matematika“,..kalo di terjemahkan ke bahasa Indonesia artinya “ mam aku minta tolong sama kamu, bisa atau tidak mengajari anakku belajar metematika “.
Aku : “ senyum dan kaget juga yang ada dalam benakku membuat diriku semakin bingung, apa yang harus aku jawab dengan sebuah pertanyaan yang membuat diriku menjadi bingung sendiri,… tanpa basa basi aku langsung jawab pertanyaan beliau dan aku said : “ bukanne aku mboten purun, pripun nggeh pak, kulo yo mboten pinter, terjemahannya (bukannya aku tidak bisa, tapi gimana ya pak, aku itu tidak pintar) “ senyum pun aku layangkan ke beliau dengan reflek sedikit kebingungan saat menjawab pertanyaan tersebut.
Pakwahidi : “lalu beliau ganti balik menjawab jawabanku ,…luar biasa ini beliau sudah dijawab,menjawab lagi heheheheheh langsung di terjemahin aja lah kepanjangan kalo di bahasa jawa,…beliau says : “ lho kamu kan pernah dapet ranking di sekolah kan mam, pasti kamu bisa ngajarin anakku “.

aku said : “……oh itu mah cuman rangking-rangkingan aja pak “ jawabku dalam sedikit senyum,. Dan saat itu pula aku memberi keputusan kepada pak Wahidi ….., “ aku minta waktu dulu ya Pak “…,kata kata yang aku berikan kepada pak wahidi yang membuat beliau agak lemes mendengarnya.
aku said : “……ya sudah lah mam., tapi usahakan ya mam,! Sedikit memaksa kepadaku.

Selang 2 minggu akhirnya aku memutuskan untuk mengambil kesempatan yang di tawarkan sama Pak wahidi, setelah pulang kerja tepat pukul 16.00 WIB atau lebih tepatnya jam 4 sore, tanpa mampir kerumah aku langsung menemui pak wahidi di rumahnya dan mengatakan “ Pak aku mau belajar sama anak bapak “, pak wahidi pun menjawab “ Alhamdulillah, ya udah ntar malam langsung saja gimana ? tanpa pertimbangan lagi aku putuskan “ iya pak ”, akhir dari percakapan dalam mengambil sebuah keputusan.

sungguh keputusan yang riskan yang aku ambil karena posisiku adalah sebagai buruh pabrik tapi mau gimana lagi, ini adalah kesempatan yang bagus ibarat pepatah “ sambil menyelam minum Air “.
Alhamdulillah semua itu aku lakukan kurang lebih satu tahun yaitu “ bekerja di pabrik sambil ngajarin anak orang “ heheheheh,…. Alasan yang aku ambil dari ceritaku ini adalah bukan kegengsian atau rendah strata pekerjaan yang aku miliki tapi adalah Ridlo dan Ikhlas dengan pekerjaan yang aku miliki. pekerjaan Hina kalo di kerjakan dengan Ihklas pasti berujung dengan Nyaman dibandingkan Pekerjaan di kantoran tapi nggak Ikhlas pasti berujung menjadi beban.
Tetap semangat…kawan-kawan !

Cerita Terkait

Gengsi itu Sama Dengan Miskin By Imam Prayugo
4 / 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan cerita di atas? Silakan berlangganan gratis via email

FANSPAGE