Sampai Habis Waktu Akanku Ingat Dirimu By Diyan Silawati

Ads:
SAMPAI HABIS WAKTU AKANKU INGAT DIRIMU
Penulis : Diyan Silawati

Tanpamu aku gak mungkin ada, tanpamu aku gak mungkin hidup di dunia ini, tanpamu aku gak akan seperti ini, yang selalu kau kasihi, yang selalu kau cintai, dan yang selalu kau rawat hingga seperti sekarang..

Padahal aku selalu menjadi anak yang durhaka, padahal aku selalu mengeluarkan kata-kata yang menyakiti hatimu.. Inginku meminta maaf, namun kata maaf yang aku ucapkan takkan bisa untuk mengobati luka yang ada dihatimu.. Di saat kau sudah meninggalkanku untuk selamanya, aku tersadar bahwa betapa pentingnya dirimu untukku..

Pada hari itu hujan turun sangat lebat..
“assalamualaikum bu” kataku sambil membuka pintu dengan baju yang sudah basah kuyup akibat terkena hujan.
“waalaikum salam, kamu dari mana saja? Anak perempuan seharusnya tidak boleh pulang terlalu malam” katanya sambil marah dan membentakku.
“aku pulang jam segini, karna ibu tak menjemputku, ibu sadar gak sih kalau aku sudah menunggu berjam-jam di sana. Apa ibu lupa dengan anak sendiri?” kataku dengan nada keras yang membuat air matanya menetes.

Sampai Habis Waktu Akanku Ingat Dirimu By Diyan Silawati

Ibu hanya terdiam tak mengatakan apapun. “apa aku sudah tidak pantas untuk di ingat, apa aku seperti anak angkat yang tak mempunyai ibu kandung?” kata-kata itu refleks keluar dari mulutku.
Paaaaarrrrr….

Tangan ibu mendarat dengan kasar dipipiku dan membuat pipiku merah, dan berkata “apa yang kamu katakan, tadi ibu lupa karena ibu banyak kerjaan”.
“apa pekerjaan lebih penting dari pada aku? Ibu selalu memikirkan tentang pekerjaan ibu, ibu EGOIS. Aku tak ingin mempunyai ibu seperti kamu!!” kata-kata itulah yang terucap dengan lantang dari mulutku sendiri..

Aku tak mengerti kenapa kata-kata itu bisa muncul, kata-kata itu selalu terngiang di telingaku. Apakah aku sudah mengucapkan kata-kata yang salah kepada ibu? Apa hati ibu sekarang terluka, apakah ibu kecewa terhadapku? Itulah yang aku pikirkan, dan membuatku tak konsentrasi terhadap pelajaranku.
Akhirnya aku memutuskan untuk pergi diam-diam dari rumah tanpa sepengetahuan ibu dan ayah.

Aku pergi jauh dari rumah, namun beberapa minggu kemudian aku berfikir..
“aku harus pulang, aku tak ingin membuat ibu dan ayah cemas, aku juga harus meminta maaf atas kelakuanku terhadap ibu” kataku dalam hati

Akhirnya aku pulang dengan menggunakan taksi. Saat turun dari taksi hatiku merasa tak enak, kakiku merasa berat untuk melangkah, air mataku sudah tak bisa ku bendung lagi. Aku tak tau apa arti bendera kuning di depan rumahku, banyak orang disana yang menggunakan baju serba hitam dan air mata yang membanjir memenuhi rumahku. Tanpa berfikir panjang aku berlari masuk ke dalam rumah, dan berkata “ada apa ini?”. Tiba-tiba ayah memelukku dengan erat dan berkata “ibu sudah pergi meninggalkan kita nak, ibu mencarimu hingga mobil ibumu menabrak pohon besar, yang mengakibatkan mobilnya meledak”. Seketika tubuhku menjadi lemas tak berdaya, dan air mata yang menetes secara terus menerus.
“maafkan aku bu, gara-gara aku ibu menjadi seperti ini” aku terus menyalahkan diriku sendiri. Dan terus berkata maaf maaf dan maaf. Hanya itu yang bisa aku ucapkan.

Setelah pemakaman ibu selesai, hujan turun sangat lebat yang mengingatkanku pada memori lamaku tentang pertengkaranku dengan ibu..
“maaf bu, aku sudah melukai perasaanmu, aku tak tau harus berkata apa lagi karna semuanya sudah terlambat. Kenapa kau pergi begitu cepat bu….” Air mataku terus menetes, hatiku hancur. Seakan-akan langit mengerti tentang perasaanku, langit ikut menangis dalam kesedihanku.

Sampai sekarang aku masih merasa bersalah, karena kata maafku tak bisa tersampaikan kepada ibu.. Aku memang anak durhaka. Tapi ayah bilang bawha, ibu sudah memaafkan semua kesalahanku. Ayah berkata “jangan menangis terus, nanti ibumu ikut menangis. Ibu pasti sudah memaafkanmu sayang”. “iya yah, aku gak akan nangis lagi, dan mencba untuk merelakan ibu” kataku sambil tersedu-sedu.

Sekarang aku sudah mulai bangkit, dan tak ingin mengecewakan ibu lagi, aku belajar dengan tekun untuk membahagiakan ibu yang sudah ada di surga dan membahagiakan ayah tercintaku.

Tentang Penulis : 
Nama saya Diyan Silawati, biasa dipanggil Diyan.
Saya lahir pada tanggal 27 Mei 1999 di kota Sragen, Jawa Tengah.
Umur saya sekarang 15 tahun. Agama saya Islam.
Nama Facebook saya Diian Silla Wati.

Cerita Terkait

Sampai Habis Waktu Akanku Ingat Dirimu By Diyan Silawati
4 / 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan cerita di atas? Silakan berlangganan gratis via email

FANSPAGE