Cerita Remaja: Masa Sekolahku By Widi Septian

Ads:
CERITA REMAJA: MASA SEKOLAHKU 
Penulis: Widi Septian

Masa kelulusan sudah tiba, alhamdulillah aku lulus dengan nilai yang mungkin menurutku cukup memuaskan. Aku dan teman-teman bergembira dengan wajah yang berseri seri, riang dan senang. “Kawan kalian akan melanjutkan sekolah kemana ?”. Tanyaku pada temanku. Tentunya teman-temanku menjawab akan melanjutkan ke sekolah yang berbeda-beda. Mungkin cukup berat juga bila harus meninggalkan almamater yang sudah tiga tahun lamanya saya tempati. Suasana keramaian sekolah, dinding hijau nan indah, wajah-wajah yang biasa saya tatap pun akan berubah dengan yang baru. Tapi ini bukanlah perpisahan. Hanya sekedar belajar di tempat yang berbeda.

Beberapa hari kemudian aku dan rekan seangkatanku merayakan acara perpisahan bersama-sama. Kami memakai pakaian yang sebelumnya belum kami kenakan. Yaitu pakaian jass hitam, dan teman perempuan ku memakai pakaian kebaya. “Betapa tampan dan cantik nya kami pada saat ini”. Perkataanku di dalam hati. Bersama-sama aku dan teman-teman menikmati hiburan acara perpisahan di sekolah. Ada juga teman-temanku yang ikut tampil di acara perpisahan tersebut. Dan aku pun juga ikut tampil di atas panggung dan di hadapan banyak orang. Dengan sedikit malu dan ragu aku naik ke atas panggug. Aku malu karena kekasihku pun melihat diriku yang akan tampil di panggung. Dengan keadaan rasa malu dan ragu pun alhamdulillah aku melaksanakan penampilan dengan lancar. Dengan wajah berseri dan kepala merunduk aku melangkah meninggakan panggung. Tak lama ada seorang wanita yang diam dan berdiri tepat dihadapanku. Dengan sedikit perasaan tercengang perlahan aku tanggahkan kepalaku dan ternyata aku menatap mata yang indah bagai bulan purnama yang sinar nya mampu menerangi malam dan menjadikannya indah. Yang berdiri tepat di hadapanku adalah kekasihku.
Dengan wajah berseri aku menyapanya. “Hai ?”
“Hai. Penampilanmu bagus. Aku dan teman-teman menyukainya”. Jawab kekasihku.
“Terimakasih. Aku senang bisa membuat orang lain suka”. Jawabku.
Lalu aku memegang jemarinya dan kubawa dia duduk di bes depan kelas. Aku berbicara panjang lebar. Terutama mebicarakan kelanjutan sekolahnya. Tentunya dia juga bersekolah di sekolah yang berbeda denganku. Dengan keadaan waktu yang terus berjalan aku harus membiasakan keadaan yang mungkin akan berbeda dengan sebelumnya. Apalagi nanti aku akan jarang melihat senyum menawannya. Dengan selang waktu yang tak lama acara perpisahan sekolah telah selesai. Aku kembali menggenggam erat jemarinya dan kami berjalan bersama sampai gerbang sekolah. Dengan beberapa rangkaian kalimat aku lontarkan padanya saat sudah sampai di gerbang. Dan kamipun berpamitan untuk pulang kerumah masing-masing.
Di hari selanjutnya aku berpikir apa yang akan terjadi di hari-hari berikutnya, dimana dengan suasana sekolah baru yang akan aku tempati. Karena aku mendaftarkan diri ke sekolah yang mitosnya bisa bikin cape dan lelah. Yaitu aku melanjutkan sekolah ke sekolah yang memakai sistem ketarunaan, yang diawali LATDASTAR atau Latihan Dasar Ketarunaan. Dan beberapa minggu lagi akan dimulai hari pertama sekolah.

Dua minggu lamanya telah terlewati, dan tak terasa dan tak percaya besok adalah hari pertama masuk ke sekolah yang baru. Bercampur rasa di hatiku ini, ada senang maupun takut. Selalu bertanya-tanya di dalam hati ini “Apakah sanggup menjalani latdastar tiga bulan lamanya ?”. Tapi ini sudah menjadi tekadku untuk masuk di sekolah itu. Dengan semangat berbagai kelengkapan telah aku siapkan untuk persiapan besok. Tapi di samping rasa semangatku itu orang tua laki-lakiku tak setuju masuk sekolah itu. Orang tuaku bilang “Apa-apaan anak kita dimasukan ke sekolah semacam itu, apa dia akan kuat ?”. Dengan perkataan orang tuaku yang seperti itu mungkin telah sedikit merobohkan kepercayaan diriku dan kobaran semangatku untuk menjalani latdastar. Tapi pada dasarnya tekadku benar-benar telah bulat.

Cerita Remaja: Masa Sekolahku By Widi Septian

Cerita Remaja Lainnya: Kumpulan Cerita Remaja

Yaaa !!!. Hari pertama telah tiba, aku bangun jam tiga pagi dan beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan badanku. Setelah selesai mandi aku pun melanjutkan sarapan agar badan kokohku ini kuat menjalani semua rintangan yang akan dihadapi hari ini. Setelah sarapan ku langsungkan untuk sembahyang dan berdo’a, agar dilancarkan harinya, dan kemudian akupun berpamitan kepada kedua orang tuaku dan melangkahkan kaki beranjak pergi menuju almamater baru. Dan akhir nya sesampainya di sekolah aku melihat banyaknya murid baru, karena pendaftarannya kurang lebih 700 orang yang telah di terima. Di sekolah ini aku merasakan banyak persamaan dalam berbagai hal, selain seragam yang sama, di sekolah ini mempunyai cukuran khusus bagi murid angkatan baru yaitu kosong kosong satu, dan setelah selesai latdastar cukuran menjadi cepak seperti tentara. Lalu aku beranjak pergi ke lapangan, disana ada satu orang murid baru yang berdiri sendirian. Dan aku menghampirinya dan menyapanya.
“Hei, siapa namamu dan dari mana asalmu ?”. Sapaku kepadanya.
“Hei, oohh namaku adit, aku disini rantau, aku dari pulau Kalimantan”. Jawabnya
“Ternyata sekolah ini sudah terkenal sekian luasnya hingga sampai ke pulau Kalimantan sana”. Perkataanku dalam hati.

Tak lama bunyi peluit yang di tiupkan oleh seorang pendamping tercenging terdengar kesemua murid baru sebagai tanda saatnya untuk baris. Aku pun tergesa untuk cepat ikut berbaris. Dimana saatnya untuk memulai upacara pembukaan Latihan Dasar Ketarunaan. Ternyata kegiatan di hari pertama hanya upacara pembukaan LATDASTAR saja. Setelah upacara telah usai dilaksanakan semua murid baru di ijinkan sekolah untuk segera pulang. “Aku kira akan dimulai hari ini kegiatan yang membuatku selama ini penasaran”. Di dalam hati aku bicara saat beranjak untuk meninggalkan sekolah dan pulang.

Hari-hari berikutnya telah dimulai, dan ternyata di hari berikutnya sedikit melelahkan dan bahkan memancing rasa jengkelku untuk keluar. Hari demi hari telah terlewati. Semakin sini semakin keras kegiatan itu. Dan tak terasa aku berada di sekolah ini selama dua bulan. Dan telah melaksanakan latdastar selama dua bulan. Semakin hari semakin turunnya rasa semangatku untuk melaksanakan kegiatan ini, hingga aku berkata kepada salah satu teman seregu ku “apa kau tidak merasa cape, rasanya aku ingin menangis dengan keadaan ini !”.
“Mungkin aku pun sama sepertimu merasakan hal-hal apa yang saat ini kau rasakan, tapi apa boleh buat, kita sudah setengah jalan”. Jawab temanku.
Dengan rasa sedikit tidak ikhlas dan dongkol aku pun terus melaksanakan kegiatan ini hingga tak terasa ini bulan terakhir untuk mencapai pelantikan taruna.

Di hari pertengehan bulan terakhir ini kegiatan semakin keras. Hingga waktu istirahat pun tiba. Aku beranjak pergi ke kantin bersama salah satu teman sereguku. Disana kami makan dan tak sengaja kami mendengarkan percakapan teman yang lain yang sedang duduk di samping dan membicarakan kegiatan ini.
“Kawan apa sekolah tidak memikirkan apa yang kami rasakan saat ini, sebenarnya aku lelah, sampai tadinya aku mau keluar dari sekolah ini”. Pertanyaan dari teman yang duduk di sampingku.
“Apakah kau tidak sadar ?”
“Setiap guru melakukan sesuatu pasti ada sebab dan manfaatnya, kita sekarang mungkin selalu di gembleng, itu sebenarnya untuk kebaikan kita, dan kita sendiri yang merasakan manfaat dari kegiatan yang selama ini kita jalani”. Jawab dari rekan teman yang berada di sampingku.

Disitu aku mencermati perkataan yang mereka lontarkan, dan dari situlah rasa semangatku kembali muncul dan berkobar. Karena semua kegiatan ada manfaatnya.
Pelantikan pun tiba, kami berbaris dengan rapih dan kompak di hadapan orang tua kami sendiri. Dengan memakai baju kebanggaan yang selama ini susah untuk mendapatkannya. Korp namanya. Kami memakai nya dengan gagah serta di lengkapi kegagahannya itu dengan kuartir pet.

Tiga setengah tahun kemudian, tak terasa aku telah lulus dari sekolah itu, sekolah yang mengajarkanku berbagai ilmu dan melatih sikap hingga aku dapat merasakan apa itu kedisiplinan serta fisik dan mental yang kuat. Dan sekarang kini aku telah menduduki meja directur suatu perusahaan. Aku adalah salah satu anak lulusan sekolah itu yang beruntung. Dan kini aku tak mengecewakan kedua orang tuaku dan aku dapat membuktikan bahwa sesuatu dapat tercapai bila ada keinginan dan tekad yang kuat.

Ohh iya, wanita yang dulu menjadi kekasihku saat SMP, kita sudah putus saat aku menginjak kelas dua, dikarenakan ada masalah yang membuatnya meninggalkanku. Hehe.

“SEKIAN”

Tentang Penulis:
Bernama widi septian, aku bertempat tinggal di subang, 12 september 1997,
Saya sekolah di SMKN 2 SUBANG JL WERA KM 05 DANGDEUR SUBANG
Facebook : tetewidi

Cerita Terkait

Cerita Remaja: Masa Sekolahku By Widi Septian
4 / 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan cerita di atas? Silakan berlangganan gratis via email

FANSPAGE