Cerita Persahabatan: Sahabatan Dulu Aja By Yova Liani Putri

Ads:
CERITA PERSAHABATAN: SAHABATAN DULU AJA 
Penulis : Yova Liani Putri

Hari ini adalah hari pertama diselenggarakannya lagi Masa Orientasi Siswa (MOS) untuk kegiatan penerimaan siswa baru dimana para murid baru dibimbing oleh kakak senior dari OSIS dan para guru yang juga ikut mengawasi dari kejauhan saja. Salah satunya Kanya, siswi yang dikenal cewe cantik, lugu, pendiam dan juga pintar. Hari pertama mos dan sampai jam istirahat ini pun ia hanya terlihat diam saja dikelas, berbeda dengan murid lain yang kerjanya mengobrol dan ada juga yang keluar masuk kelas. Fani yang dikenal cewe imut, asik, humoris, dan kadang juga lebay itupun tertarik untuk mendekati dan mengajak Kanya mengobrol.
“Hai Kanya, kenalin gue Tiffany Dwizky panggil aja Fani. Kalo lo Kanya apa? Gue lupa tadi” seru Fani dengan ekspresi senyum pepsodent.
“Hai juga Fan, kamu tau nama gue Kanya? Nama panjang aku Kanya Naelea” jawab kanya dengan senyum tipis.
“Ya iyalah, kan tadi diabsen disebutin nama Kanya Naeeee apalah itu dan lo nunjuk tangan kan? Haha” seru Fani. 
“Kanya Naelea, N-A-E-L-E-A fan. Haha iya sih. Tapi ya gue kira lo ga peduli nama orang atau ya ga dengerin gitu.” Jawab kanya sambil nyengir akibat tingkah fani.
“Yaelah gini-gini yah gue dengerin nama-nama sambil ngeliatin muka-muka kalian lah biar lebih gampang ngenalin dan cepet akrab gitu.” Seru Fani.

Setelah asik mengobrol tak lama kemudian bel tanda masuk kelas pun berbunyi. Sepulang sekolah, Fani mengajak Kanya untuk pulang bareng, walaupun berbeda arah tapi mereka berjalan bersama sampai didepan gerbang sekolah saja. Menurutnya Fani orangnya sangat asik dan juga humoris. Semenjak ia berkenalan dengan Fani hari demi hari terisi dengan canda tawa. Walaupun baru beberapa hari kenal dan berteman dengannya. 
***

Hari ke-7 MOS. Pemilihan King & Queen pun dilakukan. Tak disangka Fani menjadi Queen di SMA Cempaka itu dengan didampingi King yang bernama Yoga yang memang mempunyai banyak bakat, baik dan juga keren itu sampai-sampai banyak disukai oleh kakak-kakak senior dan bahkan termasuk angkatannya sendiri.
Setelah pemilihan King & Queen. Kanya dan Fani berbaris bersampingan dengan perasaan sangat deg-degan, jantung yang merasa ingin copot ketika pembagian kelas sebentar lagi diumumkan. Mereka berharap ingin sekelas lagi dan bisa sebangku. Setelah diumumkan oleh Bu Femia kelas 10.1 sampai 10.4 nama mereka belum disebut juga dan mereka meyakinkan agar bisa satu kelas. Dan saat diucapkan nama Kanya dikelas 10.5, Fani makin deg-degan dan berharap bisa satu kelas dan sebangku dengan Kanya. Sudah sampai huruf depan S, Fani makin deg-degan serasa ingin pingsan. Setelah menunggu lama, akhirnya diucapkan juga nama nya masuk dikelas 10-5. Ia pun berteriak dengan perasaan sangat senang sekali. Fani bukan hanya satu kelas dengan Kanya tetapi dengan Yoga juga. 

Fani berbeda dengan siswi yang lain dan juga Kanya, siswi lain sangat senang bisa sekelas dengan Yoga akan tetapi Fani tidak. Hari demi hari telah dilalui, Bangku Dicky dan Yoga bersebelahan dengan bangku Fani dan Kanya. Hampir setiap hari mereka berdua selalu bertengkar. Terkadang anak-anak lain berpikir datangnya jodoh biasanya awal-awalnya kayak gitu, bertengkar mulu lama kelamaan ujung-ujungnya nanti jadi cinta. Hal itu Yoga rasai ketika Fani tidak masuk karena sakit. Yoga yang biasanya tiada hari tanpa bertengkar dengan Fani, akan tetapi tidak untuk hari ini.
Dia hanya diam dan menggambar yang tak jelas dibuku tulis bagian belakangnya. Hal itu membuat Kanya penasaran dan mendekati untuk bertanya langsung padanya. 
“Tumben lo diem, terus sendirian disini. Dicky mana? Oh iya biasanya lo berantem terus sama Fani. kangen gak sehari ga berantem sama Fani? Haha” tanya Kanya sambil tertawa.
“Dicky ke kantin sama yang lain. Ngapain kangenin tuh anak, bisa gila gue” jawab Yoga dengan raut muka jutek dan masih menggambar.
“Lo ga ikut? Ah masa sih? Yakin ga kangen sama Fani?” seru Kanya sambil menebak-nebak
“Ga, gue ga nafsu. Apaan sih lo! Lo sendiri ngapain disini? Kesepian? Ga ada temen ngobrol? Kasian banget ya.” jawab Yoga dengan raut muka yang nambah jutek dan mengejek
“Ga nafsu ga ada Fani? Yaelah gitu aja ngambek. Kesel gua, bete gua” jawab kanya dan meninggalkan Yoga.

Yoga memang merasa kesepian ketika Fani tidak masuk. 
(Apa mungkin ya gue suka sama Fani? Ah tapi masa sih, gue suka sama model cewek kaya orang yang suka cari gara-gara itu. Bisa gila kalo gue emang beneran suka sama dia) begitu dalam hati Yoga sambil bengong dan raut muka yang sinis dan mulut seperti komat kamit.
“Woy Ga! Ngapain? Sinis sendiri, ngomong sendiri gila lu ya?” saut Dicky dan teman-teman lainnya sambil mengejutkan Yoga. 
“Ah apaan sih, orang lagi enak-enak bengong malah diganggu” jawab Yoga dengan raut muka yang masih jutek.
“Eleh ntar kesambet setan baru tau rasa lu!” jawab Gerry dari kejauhan.
“Nih anak malah ikut-ikutan, mau dapet sepatu melayang dari gue?"" jawab Yoga dengan wajah sinis.
“Mau dong, kalo bisa sih dua-duanya aja. Biar bisa gue jual.” Canda Gerry.
“Haha udahla, lo kenapa sih Ga? Hari ini kayak sensian banget? Lagi ada masalah? haha.” Seru dicky
“Gue lagi Badmood malah kalian ajak becanda, yaudah deh gua mau ke Toilet dulu.” 
Yoga pun pergi meninggalkan mereka dan pergi ke Toilet. Baru beberapa langkah keluar dari kelas, sekilas ia seperti melihat sosok perempuan cantik dan anggun berdiri tersenyum tipis kearah Yoga dan mengenakan tas merah dan membawa buku berwarna biru ditangannya. Ntah itu halusinasinya/hayalannya saja atau memang adanya perempuan itu. Jelasnya ketika Yoga mengucek mata, perempuan itu sudah hilang ditempat ia berdiri tadi.
***

Akhir-akhir menjelang semesteran ini pun Fani selalu membuat seisi kelas tertawa riang mendengar lelucon dan betapa lebay dan heboh dirinya. Dan termasuk juga tidak bertengkar dengan Yoga. Dipikirannya ia tidak ingin membuat kekacauan ataupun kesedihan dikelas ini terutama untuk Kanya. Ia hanya berpikir untuk membuat orang yang ia sayangi merasa senang selama bersama dirinya. Karena tak lama lagi ia akan meninggalkan sekolah, kelas dan terutama sahabatnya Kanya. Ia pindah ke luar kota karena ke dua orangtua nya pindah tugas disana.

Tak terasa pembagian raport semester 1 pun tinggal 3 hari lagi. Fani baru menceritakan bahwa setelah semester 1 nanti ia tidak akan ada lagi disini. Teman-temannya malah tertawa dan tidak percaya apa yang dikatakan Fani. Ia makin sedih dan bimbang untuk meninggalkan semua yang sudah ada disini. Setelah 1 hari lagi pembagian rapot, Fani mengundang semua teman-temannya untuk datang kerumahnya untuk acara perpisahannya. Teman-temannya pun baru mempercayai apa kata Fani. Kanya dan teman Fani yang lain pun sangat sedih harus berpisah dengan sahabat dekatnya walau baru beberapa bulan mereka saling kenal. Tetapi tidak dengan Yoga. Ntah apa kabarnya dengan Yoga, yang jelas ia tak datang ketika acara perpisahan itu. 

Esok hari saat pembagian raport pun, Setelah mendapatklan raport dan mengetahui bahwa Fani peringkat ke-4. Ia masih ingin menunggu Yoga dan berharap ini adalah pertemuan terakhir untuknya. Akan tetapi Yoga tak kunjung datang juga. Fani sangat menyesal karena selama ini ia dengan Yoga hanya bertengkar dan bertengkar saja. Karena mendapat kabar dari orangtua Yoga bahwa Yoga tidak bisa datang hari ini, Fani sangat-sangat sedih dan langsung diajak pulang dan berangkat oleh kedua orangtuanya dan tak lupa menitipkan pesan dan barang berupa jam tangan dan gelang untuk Yoga pada Kanya 
“Bilangin ke Yoga, Walaupun hampir tiap hari kita berantem, gue harap ini bisa jadi kenangan dan lo ga lupain momen-momen gila saat kita berantem terus. Kita bisa jadi sahabat ya walaupun sekarang kita udah jauh. Dan gue harap lo pake jam tangan dan gelang ini. Gue seneng banget kalo lo pake jam dan gelang ini, makasih buat selama ini. Mungkin lain hari kita bisa ketemu lagi.” Kata Fani sambil memberikan rekaman tadi ke Kanya untuk disampaikan ke Yoga.
“Oh iya dan untuk lo Nya, jadilah pribadi yang terbuka dan lebih berinteraksi ya bergaulah sama temen-temen yang lain. Makasih ya Nya untuk beberapa bulan ini, see you next time. Gue sayang banget sama lo Nya sayang banget.“ kata Fani sambil menganis dan memeluk erat sahabat tersayangnya itu.
“Iya Fan, gue bakal bilangin nanti ke Yoga. Makasih juga ya Fan buat beberapa bulan ini. Lo adalah sahabat terbaik yang pernah gue miliki. Dan lo juga yang buat gue jadi lebih percaya diri dan bisa bergaul lebih baik lagi dengan orang lain. Makasih banyak ya Fan. Gue juga sayang banget sama lo. Lo jangan lupain gue ya.” Seru Kanya sambil memegang dan menghapus air mata yang membasahi pipi Fani.
“Iya Nya sama-sama, lo juga ya jangan lupain gue. Bye nya dan semua.” Seru Fani dengan tersenyum lebar dan melambaikan tangan kearah Kanya dan teman-temannya yang lain juga.

Cerita Persahabatan: Sahabatan Dulu Aja By Yova Liani Putri

Liburan semester 1 pun sudah terlewatkan, Kanya masih saja merasa sedih setelah kehilangan sahabat terbaiknya itu. Ia duduk sendiri di Bangku nya. Hari-hari yang biasanya dilalui dengan canda tawa kini sudah berubah menjadi seperti dulu menjadi pendiam dan ga banyak bicara. Dan Yoga pun juga ikut merasakan sedih setelah ditinggal oleh Fani. Ia baru menyesal dan menyadari betapa bodoh nya ia tak ikut melewati hari-hari terkahir bersama Fani. Bagi Kanya, Fani datang hanya sementara untuk merubah Kanya agar lebih baik dan merasakan hari-hari dengan canda tawa tanpa harus merasa sedih / duka bersama seorang sahabat yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. 

Sebelumnya, Kanya tidak pernah mempunyai seorang sahabat yang tulus menyayanginya dari hati seperti Fani. Sekali datangnya sahabat sebaik dan setulus Fani, tetapi harus ditinggal pergi dan pindah ke kota lain. Dulu ia selalu tersiksa, diejek dan tertekan oleh teman-temannya ketika masih SMP. Maka dari itu, baginya Fani sahabat terbaik yang pernah ada dalam hidupnya saat ini.

Di semester II ini Kanya terpilih menjadi Wakil Ketua Kelas dan Yoga masih tetap menjadi Ketua Kelas. Ia sekarang merasa lebih dekat dengan Yoga dibanding dulu sampai-sampai ia merasa bahwa ia kali ini benar-benar menyukai Yoga. Dan ia juga merasa kalau Yoga juga menyukainya tapi dia tetap optimis dan tidak ingin terlalu berharap karena takutnya apa yang ia ingin dan pikirkan malah tak kesampaian. 

Seminggu kemudian, dikelas 10.5 kedatangan siswi baru dengan rambut panjang, dengan bando biru, berkulit putih halus, tas merah, anggun, bibir tipis yang merah merona yang bernama Tania Dwistari. Ia sangat cantik sampai seluruh mata hanya terpandang untuk melihat dirinya. Termasuk juga Yoga, Yoga sempat memandang Tania. Ia seperti pernah melihat sosok perempuan itu tapi ia tidak ingat. Tania duduk di sebelah Kanya. Tania sangat berbeda dengan Fani, Tania bersifat lugu dan pendiam seperti Kanya dulu. Kanya berpikir “apakah aku harus menjadi seperti Fani dan Tania seperti aku dulu yang akan ku ubah menjadi Kanya yang sekarang lebih aktif dan berinteraksi dengan orang lain?”. Itu yang ia pikirkan sekarang tapi menurutnya itu tidak mungkin. Karena jelas Kanya mana mungkin bisa mengikuti hal yang seperti biasa Fani lakukan. 
***

Perasaan Kanya pada Yoga saat ini hanya bisa dipendam. Karena menurutnya Yoga tak mungkin menyukainya. Jelas-jelas, ia merasa tersaingi oleh Tania yang memang banyak dikagumi oleh orang-orang dan mungkin orang tersebut termasuk Yoga. Ia bingung ingin menceritakan hal ini pada siapa, jadi menurutnya mungkin memang lebih baik memendamnya sendiri. Ntah mengapa sifat Yoga sekarang menjadi lebih cuek dan tak peduli dengan hal apapun yang orang lain lakukan. Tapi tak lama itu juga, ia mendengar dari temannya yang bernama Tya dan Sacha sepertinya Tania dan Yoga menjadi dekat karena mereka sering chatting dan curhat tentang kepribadian mereka. Kanya hanya bisa memendam cemburu itu dan terlihat biasa saja dimata orang agar tidak terlihat kalu Kanya memendam rasa pada Yoga. Tak lama itu, mungkin karena ia lelah memendam rasa yang terlalu numpuk di hatinya itu. Ia menceritakan semua tentang rasanya pada Tya dan Sacha. Ia yakin mereka sahabat yang baik setelah Fani, karena akhir-akhir ini mereka bertiga sangat dekat juga semenjak Kanya menjadi Wakil Ketua Kelas. 

Setelah bercerita dengan Tya dan Sacha, Kanya selalu meminta bantuan mereka berdua untuk mencari info-info yang menyangkut tentang Kanya. 
“Kanyaaaa Naeleaaaaaa!!!” teriak Tya didepan telinga Kanya
“Ih apaan sih yak? Bisa rusak nih gendang telinga gue.” Jawab Kanya sambil mengusap telinga nya yang habis diteriakin Tya tadi.
“Nya, gue ada berita terbaru!!” bisik Tya
“Emang apaan? Sacha mana? Tumben jam segini belum dateng.” Tanya kanya
“Dia kaga masuk terus Tania juga tuh suratnya udah ada di Yoga. Hari ini gue duduk sama lo yah? Gue mau cerita banyak sama lo!!” seru tya
“Oke yaudah ambil dulu gih tas lo.” Pinta kanya dan tya pun mengambil tas nya.

Bel pun berbunyi, Tya tak peduli apapun itu yang terpenting menceritakan apa yang mesti diceritakan pada Kanya. Ternyata Yoga sering cerita dengan Tania masalah cewek yang ia sukai dikelasnya. Yoga sering update status di socialmedia tentang cewek gitu. Ntah cewek itu Kanya atau Tania. Tapi yang jelas Tya yakin kalo yang dibicangin sama Tania itu Kanya. Tapi setiap Yoga bercerita tentang cewek tersebut, Tania slalu bertanya-tanya siapa cewek yang ia maksud. Yoga tidak pernah memberitahukannya sehingga Tania malah berpikir apa mungkin yang dimaksud itu dia? Makanya dia ga pernah ngasih tau ke Tania. Tania makin penasaran dan mencoba slalu mencari tau. Setelah Kanya mendengar cerita tersebut dari Tya, Kanya malah tambah merendahkan diri dan tidak mungkin yang ia maksud itu Kanya. Mungkin memang benar yang dimaksud Yoga itu Kanya. Tapi Tya tidak pernah berhenti untuk mendukung Kanya agar tetap percaya diri. Tya dari dulu sebenarnya ingin sekalian mencomblangi Yoga dengan Kanya dengan bantuan Dicky, Gerry dan teman-teman Yoga yang lainnya. Mereka padahal sudah hampir selesai nyusun rencana, akan tetapi keceplosan oleh Sacha dan akhirnya gagal misi itu. Teman-teman Yoga sudah mengetahui bahwa Kanya menyukai Yoga, bahkan mereka juga ikut meyakinkan Kanya kalau Yoga juga menyukai Kanya. Tetapi Kanya tetap tidak yakin apa yang dikatakan mereka. Menurut Kanya, mereka hanya membuat Kanya makin GeeR (Gede Rasa) dan agar Kanya makin menyukai Yoga dan membuat Kanya makin panas. 
“Panggilan kepada perangkat kelas 10.5 harap menemui Ibu Femia di perpustakaan. Sekali lagi, panggilan kepada perangkat kelas 10.5 harap menemui Ibu Femia di perpustakaan. Terima Kasih” begitu pendengaran Kanya dan Tya dari pengumuman yang diumumkan di Ruang TU tersebut.
“Lo dipanggil tu, gih kesana mumpung bisa sama pujaan lo tuh haha.” Usir tya sambil nyengir.
“Hm iya iya ih.” Jawab kanya jutek.
***

Pagi itu Yoga dan teman-temannya sedang merumpi, Tya dan Sacha penasaran dengan apa yang di bincangkan mereka dan ternyata ... 
“Kanyaaa, ntar pulang sekolah temenin gua potokopi bentar di toko depan ya bentarrrr aja.” pinta Sacha pada Kanya. Kanya tidak pernah menolak tawaran Sacha sebelumnya. Karena menurut nya Sacha selalu baik & terlalu jujur baginya walaupun sedikit lemot jadi ia tidak tega untuk menolak tawarannya. 

Ketika bel istirahat pun berbunyi, Tya dan Sacha mengajak Kanya ke kantin dan tidak terduga mereka berdua mengajak Kanya untuk makan semeja bersama Yoga dan teman-temannya. Tangan Kanya mendingin, wajahnya pun memerah dan salah tingkah seketika tapi ia mencoba untuk menahannya agar tidak membuat Yoga dan yang lainnya jengkel dengannya. Ketika istirahat pun selesai ia kembali ke kelas dengan ditemani Yoga. Ia makin salah tingkah dan senang sekali. Akan tetapi bahagianya sedikit memudar akibat Tania bersikap perhatian dengan Yoga. Tya bukannya malah menenangkan Kanya tetapi malah membuat Kanya semakin memanas. Hal ini sangat lucu bagi Tya dan Sacha karena ia belum tau apa jadinya saat pulang sekolah nanti. Tya dan Sacha juga menahan dan mencoba mengalihkan pembicaraan yang hampir masuk dalam misinya nanti. Tya & yang lainnya ingin misi kali ini berjalan sempurna. 

Bel pulang sekolah pun berbunyi, Sacha langsung menarik dan mengajak Kanya ke Toilet terlebih dahulu. Sacha sengaja berlama-lama di toilet agar Tya dan yang lain sudah sampai di tempat tujuan. Hal ini membuat Kanya makin kesal dan emosi karna menunggu Sacha terlalu lama di dalam toilet. Setelah mendapat kode dari Tya, Sacha langsung keluar dari toilet dan langsung menarik tangan Kanya untuk segera cepat ke taman belakang kelas.
“Lah bukannya lo ngajak gue ke toko potokopi di depan sekolah, kok lo malah ngajak gue kesini sih?” tanya Kanya yang kebingungan.
“Ya gapapa, bentar ya tunggu bentarrr disini gue lupa kalo buku gue ketinggalan dikelas.” Seru sacha dengan wajah melas.
“Yaelah kenapa gua malah disuru nunggu sendirian disini? Apa salahnya kalo gue ikut?” jawab Kanya dengan wajah cemberut
“Salah banget, kan lo udah capek. Gue kasian liat lo ngikutin gua terus muter-muter. tunggu bentar aja disini ya? Ga sampe 5 menit kok yayaya?” pinta sacha dengan wajah yang makin melas dan membuat Kanya semakin tidak tega dan langsung lari meninggalkan kanya.
“Hm yaudah cepet ya.” Teriak Kanya.

Tiba-tiba Yoga datang menghampiri Kanya sehingga membuat Kanya terkejut. Tak disangka, Yoga menyatakan perasaan yang dia rasakan saat ini padanya. Kanya semakin bingung dan kenapa bukan Tania orang yang Yoga suka selama ini? Yoga pun menjelaskan memang dulu ia pernah menyukai Fani akan tetapi Fani hanya datang sementara untuknya. Semenjak Yoga dekat dengan Kanya, Yoga yakin bahwa Kanya orang yang tepat baginya. Tania terlalu baik menurutnya, ia sempat dekat dengan Tania karena ia pernah melihat sosok perempuan seperti Tania berdiri melihat Yoga. Tetapi itu hanya hayalan Yoga yang menjadi kenyataan akan perginya Fani dan datangnya Tania. 
Setelah Yoga menceritakan semua secara detail, Yoga tinggal menunggu jawaban Kanya. Kanya makin bingung, menurutnya Tania menyukai Yoga. Ia tidak ingin bahagia sementara temannya sakit hati. Kanya menjelaskan kalau Kanya memang menyukai Yoga dari dulu, tapi bukan berarti Kanya harus memiliki Yoga. Kanya hanya ingin mengetahui apa isi hati Yoga dan mengungkapkan isi hatinya pada Yoga. Baginya, itu saja sudah cukup. Kanya minta pada Yoga kalau sebaiknya bersahabatan dulu saja. Ia belum memikirkan untuk menjalani hubungan. Jadi, menurutnya lebih baik bersahabat agar tidak ada perselisihan, masalah ataupun sakit hati diantara mereka. Yoga pun mencoba untuk mengerti keadaan dan perasaannya. Dan tiba-tiba muncul sesosok Tya dan teman yang lain.
“Yah kenapa lo ga bilang kalo lo cuma pengen gitu doang ga lebih. Jadi kan percuma kita semua buat rencana kalo endingnya bakal ginian.” Kata Tya dengan wajah sinis.
“Ya kan gue udah bilang gue ga mau di comblang-comblangi kayak gitu-gituan. Dan sekarang masih aja bandel. Rasain tuh akibatnya haha.” Ejek kanya dengan wajah merah menjahili Tya.
“Yaudahla sekarang kan kita udah tau kayak gini yaudah terima aja yak.” Ujar Dicky.
“Lo enak cuma modal ngomong doang, gue yang mikirin gimana caranya itu yang ga enak. Sakitnya tuh disini.” Jawab Tya sambil menunjuk ke hatinya dan beraut muka sedih.
“Yaudahla sekarang kan permintaan Kanya ya gitu, pengennya kita semua juga sahabatan. Sekarang kita mulai persahabatan kita kalo bisa sih sampe kita tua dan selamanya.” Usul Yoga dengan merangkul sahabat-sahabatnya.
“Iya, yaudah kita pulang yuk. Ntar dicariin my mommy belum pulang jam segini.” Usul Sacha dengan wajah dan senyum pepsodent gitu.

Selesai mereka berbincang-bincang, mereka pun berjalan bersamaan ke sampai ke depan gerbang dan segera pulang kerumahnya masing-masing.

*SELESAI*

Tentang Penulis :
Hai. Aku Yova Liani Putri. Aku tinggal di Palembang. Masih bersekolah di SMK NEGERI 1 PALEMBANG. Facebook : https://www.facebook.com/yvlnptr97
Path : Yova Liani Putri
Twitter/ask.fm/Intagram : Yova_Lnp. 

Cerita Terkait

Cerita Persahabatan: Sahabatan Dulu Aja By Yova Liani Putri
4 / 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan cerita di atas? Silakan berlangganan gratis via email

FANSPAGE