Cerita Perjuangan: Merdeka By Yvan Irdan

Ads:
CERITA PERJUANGAN: MERDEKA 
Penulis : Yvan Irdan

”Merdeka…merdeka…merdeka.”Kata itulah yang sering keluar dari guru PMP(Pendidikan Moral Pancasila) Praja,Pak Suwanto namanya.Beliau telah mengajar selama lebih dari 10 tahun di MTs Al-Mukmin.Walaupun kelihatan orangnya sederhana,tetapi jangan ditanya pengalaman apapun pasti bisa dijawabnya dengan rapih.Ya,seperti biasa,setelah pelajaran PMP berakhir murid-murid kelas 3 MTs Al-Mukmin bergegas pulang.Seperti halnya dengan Praja,bocah berusia 14 tahun ini langsung pulang ke rumah untuk melakukan tugas utamanya yang tidak lain adalah menggembalakan kambing dan sapi milik tetangganya,ya nambah-nambah uang untuk menyambung hidup bersama kedua orang tuanya yang pekerjaan bapaknya hanyalah petani dan ibunya yang bekerja sebagai penjahit rumahan.

“Pak,aku mau gembalain sapi dan kambinge pak To dulu”.kata Praja.”Yo uwes gembalain sana gih,mumpung matahari masih agak redup sinarnya,hati-hati ya nak”balas ayahnya.”Ya Pak,Assalamualaikum”.ungkap Praja.”Waalaikumsalam”Sambung ayahnya.Praja pun bergegas ke padang rumput yang terletak tidak jauh dari rumahnya sambil membawa sapi dan kambingnya Pak To.Setelah sesampainya disana hamparan hijaunya rumput telah menyambut kedatangan Praja.Lantas Praja langsung membiarkan kambing dan sapinya memakan hijaunya rumput tersebut.Sambil menggembalakan hewannya Praja baring-baring di bawah pohon yang terletak di padang rumput itu.Tak lama setelah menggembalakan kambing dan sapinya,tiba-tiba terdengar suara ledakan yang cukup dahsyat berasal tak jauh dari tempat menggembalakan hewannya.Praja lalu bergegas ke sumber ledakan tadi yang ternyata berasal dari 3 desa dari desa tempat ia tinggal.Dan disana telah ada beberapa kerumunan warga yang melihat-lihat apa yang terjadi.Disitu pun pula ada teman Praja yang bernama Gasan.”Gas ada apa ya ini?”Tanya Praja”aku ora ngerti juga e.”jawab Gasan.”Yuk kita lihat yuk.”ajak Praja.”Ayo.”balas Gasan.Mereka pun menembus kerumunan warga yang melihat peristiwa itu.Tak lama kemudian rumah-rumah telah hancur berserakan dan hangus terbakar.”Wah kenapa ini,rumah kok sudah hancur seperti ini”tanggap Gasan.”Iya –iya ckckckck”sambung Praja.

Tiba-tiba setelah mereka melihat peristiwa itu,ada sekompi tentara Belanda yang masuk ke desa dan menangkap warga desa tersebut.Untung Gasan dan Praja lari dengan sekuat-kuatnya meninggalkan tempat tadi dan langsung menuju ke padang rumput tempat Praja menggembalakan hewannya.”huh huh huh huh”suara capeknya mereka berdua terdengar kencang.”Ja untung kita tadi cepat larinya,kalau tidak kita pasti sudah tertangkap sama tentara-tentara itu”kata Gasan.”iya,pasti mereka mau menjadikan kita budak-budak mereka”jawab Praja.”kasihan ya mereka yang ditangkap disiksa dan dikejami tanpa ampun,andai aku bisa mengusir tentara-tentara itu dari tanahku Indonesia ini”kata Praja.”Ia aku juga ingin sepertimu”balas Gasan.Setelah kejadian itu mereka berdua lalu pulang ke desa mereka dan menceritakan kejadian itu kepada warga desa.

Cerita Perjuangan: Merdeka By Yvan Irdan
Cerita Perjuangan Lainnya : KUMPULAN CERITA PERJUANGAN

Kemudian mereka lalu mengumpulkan warga desa untuk diberi pengarahan untuk mengungsi karena agar tidak terjadi korban kebiadaban Belanda lagi.”Assalamualaikum,warga desa sekalian tadi,saya dengan kawanku Gasan telah melihat peristiwa yang mengiris batin.warga desa yang terletak dari 3 desa dari desa kita telah diserang oleh tentara Belanda dan disiksa tanpa ampun,dan saya yakin mereka akan menyerang desa kita ini oleh karena itu kita harus mengungsi ke tempat yang aman.”Kata Praja.”ah tidak mungkin itu hanya khayalanmu aja”kata salah satu warga.”ia ia itu hanya mimpi kali”tambah yang lain.”Salah itu benar-benar terjadi”.jawab Praja”ah bohong itu,ayo udah ngapain kita dengar suara anak kecil tidak penting ini”Kata yang lain.”Tapi……”kata Gasan.Belum sempat ngomong,warga desa pun bubar dan kembali melakukan aktivitas mereka masing-masing.Dengan berat hati Praja dan Gasan menerima kenyataan itu.Tetapi mereka berdua tetap yakin bahwa tentara-tentara Belanda itu akan menyerang desa ini.Mereka berdua pun pulang ke rumah masing-masing,Praja lalu mengembalikan hewan gembalaannya kepada Pak To.Dan mendapat upah atas jasanya tersebut.

Malam harinya Praja menceritakan kejadian tadi siang kepada kedua orangtuanya.”Pak,tadi siang Praja lihat desa seberang tak jauh cuma 3 desa dari kita diserang oleh Belanda”
“Ah le..le.. kamu ini bicara opo to,gak enek to Belanda nyerang kita,wong Negara kita ni dah merdeka”jawab Ayahnya.”Memang Pak udah merdeka tapi siapa tahu mereka mau menjajah Negara ini kembali.”tangkis Praja.”Lah lah le..le.. masih kecil pikiranmu wes luas koyok ngono”kata Ayahnya.”he.he.he.tapi ini bisa jadi gawat pak bagaimana kalau mereka nyerang desa kita ini.?”Ulas Praja.”Le..le.. wes malam ini turu sana gih”jawab Ayahnya”Ya Pak”Balas Praja.Praja pun tidur dengan ditemani lampu neon dan gemericik suara jangkrik di malam hari.

Keesokan harinya, Praja bangun dari tempat tidur yang terbuat dari tikar dengan wajah malas.Maklum hari ini hari minggu jadi,sekolah libur.Praja pun bergegas mandi dan membantu ibunya membereskan rumah.Setelah itu Praja pamit ke orangtuanya untuk bermain bersama Gasan.”Pak,Bu aku dolanan karo Gasan desek”Kata Praja.”io hati-hati yo”balas ayahnya.Sesampainya di rumah Gasan.Praja mengajak Gasan untuk bermain di sungai dan dia ingin mencurahkan sebuah ide yang didapatnya kepada sahabat karibnya itu.Sesampainya di sungai,Praja mengutarakan idenya tersebut kepada Gasan.”San aku punya ide nih tentang tentara Belanda itu”kata Praja.”ide apa Ja”jawab Gasan.”nih,dengarkan baik-baik,aku punya ide bagaimana kalau kita membuat sebuah pondok untuk kita jadikan markas.”terang Praja “Markas apaan?”Tanya Gasan.”Itu markas kita untuk melawan tentara Belanda”jawab Praja”boleh juga tuh”kata Gasan”Ya udah kalau kamu setuju kita buat aja sekarang”ulas Praja.”ayo”kata Gasan.

Mereka pun membuat pondok dengan bahan kayu jati yang mereka tebang dan letak pondok itu cukup strategis yaitu di rerimbunan sebelah desa mereka.Setelah setengah hari bekerja,pondok mungil mereka pun jadi dan mereka menamakannya “Pondok Garuda”.”Terus di pondok ini kita mau ngapain ya?”kata Gasan.”Di pondok inilah kita membuat perlengkapan untuk melawan tentara-tentara itu,seperti bambu runcing .”jawab Praja.”okelah kalu begitu”kata Gasan.

Setiap hari,setelah pulang sekolah mereka mampir ke pondok untuk membuat senjata seadanya yaitu bambu runcing.Secara terus-menerus mereka membuat bambu runcing,sehingga sampai-sampai terbuat 50 bambu runcing.Pada suatu hari,ketika mereka berdua sedang dalam perjalanan pulang ke rumah,tiba-tiba mereka melihat dari balik semak-semak.Tentara-tentara Belanda menyerbu desa mereka,jika ada yang melawan, mereka akan menembaknya tak terkecuali Ayahanda Gasan tercinta beliau ditembak bertubi-tubi oleh tentara Belanda karena ingin melawan mereka dengan senjata hanya sebilah clurit.Gasan pun tak sanggup menahan air mata yang jatuh membasahi pipinya.”Sabar San yang sabar”Praja menenangkanya.Kemudian yang lain ditangkap dan dijadikan budak-budak mereka.Bendera Merah Putih yang berkibar di depan rumah Pak Kades diambil,disobek-sobek lalu dibakar dengan kejam.Hati Praja seakan teriris dengan kejadian itu.Keluarga Praja juga menjadi korban keganasan Belanda tersebut,ayah dan ibunya menjadi budak suruhan Belanda. 

Sesaat setelah kejadian itu Praja dan Gasan kembali ke pondok untuk bersenbunyi dari Tentara-tentara Belanda.Saat itu pula kekejaman Belanda terdengar sampai ke markas TNI yang berada di kota tersebut.TNI pun berencana untuk menyerbu tentara-tentara Belanda.

Gasan dan Praja lalu bermalam di pondok mereka dan untuk menyiapkan bekal yang rencananya akan melawan tentara Belanda.Keesokan harinya,mereka mempersiapkan peralatan yang mereka butuhkan untuk melawan penjajah negeri ini.Tak disangka pula ternyata ada tentara-tentara Indonesia yang cepat tanggap terhadap peristiwa kemarin.Mereka membentuk suatu kompi dan bersembunyi di dekat desa Praja dan Gasan untuk menyergap musuh pada malam hari.Gasan dan Praja lalu mengintip para tentara ini dari pondok mereka.Lalu, Gasan mempunyai ide.”Ja aku punya ide nih,bagaimana kalau kita diam-diam menyerbu Belanda bersama tentara-tentara kita,jadi pada saat mereka menyerbu Belanda kita ngikut dari belakang tanpa diketahui sama tentara kita agar kita bisa ikut berperang melawan Belanda.”kata Gasan.”Oke komandan”jawab Praja dengan sigap.

Malam harinya,mereka bersiaga untuk melihat-lihat apakah tentara Indonesia sudah melakukan penyerbuan atau belum.Sebelum mereka berperang,Gasan berdoa kepada tuhan dan dia merelakan kematian ayahnya dan dia berjanji akan melawan Belanda hingga titik darah penghabisan demi Indonesia ini.Janji yang sama pun dipegang oleh Praja.Dengan memakai ikat kepala Merah Putih di kepala mereka,mereka siap mati untuk Bumi Pertiwi.Dan saat yang ditunggu tiba,TNI mulai menyerbu dan menyerang tentara Belanda,dibelakang mereka muncul 2 sosok anak muda dengan mambawa bambu runcing berlari kearah tentara Belanda dan mulai menusuk bambu runcing ke tubuh mereka,satu persatu tentara Belanda jatuh terkena hantaman peluru dan tusukan bambu milik mereka.Pada saat itu Praja membebaskan kedua orangtuanya yang dikurung di gudang kantor Desa.Dan Gasan masih tetap berjuang melawan Belanda,dengan gigih Gasan maju kea rah tentara Belanda dan mulai mengibarkan bendera Merah Putih yang dia ikat di bambu runcing tersebut.Praja pun tak mau kalah Merah Putih pun berkibar di ujung bambu runcing Praja.Namun,peristiwa yang mengejutkan terjadi seorang tentara Belanda mengambil senapan caliber dan mulai menembakkan senjatanya tersebut ke arah pembawa bendera Merah Putih yang paling depan yaitu Gasan.Dengan tubuh kecilnya,ia terjatuh dan tersungkur di tanah dengan darah yang tumpah kemana-mana karena diberondong peluru di bagian dada.Praja pun berlari ke-arah Gasan lalu mengambil bendera yang jatuh bersama Gasan.Kemudian Praja berlari kearah penembak tersebut.Tak sampai di penembak itu, Praja pun jatuh ke tanah tetapi ia berhasil melemparkan bambu runcing bersama bendera Merah Putih kearah penembak itu,Dan penembak itu pun mati.Praja jatuh ke tanah dengan berlumuran darah di sekitar pakaiannya.

Tak lama kemudian kedua bocah tersebut gugur dalam mengibarkan bendera Merah Putih.Dan tentara Belanda pun kalah.Akhirnya cita-cita mereka berdua terkabul dengan tetesan dan tumpahan darah hingga nyawa mereka melayang.Desa mereka dan bahkan Indonesia akan tetap merdeka untuk selamanya.

Tentang Penulis:
Haloo,, nama saya Yvan Irdan,, saya berasal Sorong, Papua Barat,, semoga anda menikmati cerita perjuangan ini ya

Cerita Terkait

Cerita Perjuangan: Merdeka By Yvan Irdan
4 / 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan cerita di atas? Silakan berlangganan gratis via email

FANSPAGE