Cerita Horor: Situs Kematian By Intan Hanana

Ads:
CERITA HOROR: SITUS KEMATIAN 
Penulis : Intan Hanana

Bukankah kematian seseorang hanya Tuhan yang tahu? lantas jika kau tahu kapan dan dengan cara apa kau dipanggil menghadap-Nya lewat sebuah ramalan, akankah kau percaya?
Jantungku berdetak cepat mengingat semua itu. Kematian Alexa dan Stevi menurutku cukup membuktikan kebenaran ramalan situs tersebut. Berarti tak lama lagi kematian akan segera menjemputku dengan cara... ah aku merinding membayangkan penyebab kematianku yang diramal situs sialan itu. Aku tak habis pikir bagaimana sebuah situs internet dapat meramal dengan begitu tepat tanggal dan cara kematian itu datang.

""Hei lihat! situs ini bisa meramal kapan kita meninggal,"" seru Stevi. 
""Oh ya,"" kataku sambil tetap membaca sebuah novel.
""Jasmine, coba lihat sini,"" panggil Stevi. Aku melipat salah satu halaman novel sebelum menutupnya. Lalu menghampiri Stevi dan Alexa.
""Menurut situs ini aku akan meninggal tanggal 1 April 2014, tiga bulan lagi akibat tertabrak kereta api,"" kata Stevi mengernyitkan dahinya kemudian tertawa, dasar aneh. Mungkin ia baru menyadari kalau semua itu hanyalah lelucon. Kemudian ia menyuruh Alexa mencobanya. Menurut situs itu Alexa akan meninggal tiga bulan setelah Stevi, 1 Juli 2014 akibat terbakar. Berbeda dengan Stevi, kulihat wajah Alexa berubah pucat.
""Tenanglah Al, semua hanya lelucon. Kematian tetaplah menjadi rahasia Tuhan,"" kataku. Giliran aku mencobanya. Setelah memasukan tanggal lahirku dan lainya di form yang disediakan, aku menekan enter. Disana tertulis aku akan meninggal pada tanggal 31 Desember 2014 akibat dibunuh? seketika suasana hening. Aku memandang Stevi dan Alexa bergantian.
""Oh shit! ayolah semua hanya lelucon hahaha,"" kataku memecah keheningan.
""Oke, sesi horor-hororan sudah selesai. Saatnya kita tidur.""

Seperti itulah awal dari semua mimpi buruk ini. Lebih tepatnya lelucon yang berakhir tragis. Kenapa? karena saat itu aku sama sekali tak percaya akan ramalan itu. Yang benar saja, apa situs itu milik Tuhan? dan Tuhan memberitahu kapan kematian itu datang lewat situs milik-Nya? ya aku tahu itu semua memang tak masuk akal. Sampai aku berbalik mulai mempercayainya sedikit demi sedikit.

1 April 2014, aku melihat dengan mata kepalaku sendiri bagaimana tubuh langsing Stevi dihantam kereta api listrik. Bahkan potongan kepalanya menggelinding dan berhenti tepat di kedua kakiku. Butuh waktu cukup lama bagi polisi untuk mengumpulkan potongan tubuh Stevi yang hancur. Malam sebelum kejadian mengerikan itu, Stevi datang kerumahku untuk mengembalikan beberapa barang yang dipinjamnya. saat itu kulihat wajahnya yang lesu tidak seperti biasanya yang centil dan enerjik.
""Vi, apa kau baik-baik saja?""
""Ya,"" jawabnya singkat tanpa memberi ekspresi apapun. Kemudian ia pamit. Saat itu aku tak ingat bahwa besok 1 April, walau aku tahu pun aku akan biasa menaggapinya. Sebab aku memang sudah mulai melupakan ramalan situs kematian itu. 

Cerita Horo: Situs Kematian By Intan Hanana

Perlu aku beritahu, yang paling terpukul atas kematian Stevi adalah Alexa. Karena ia menyadari kematian sedang menghitung mundur. Hampir setiap malam Alexa menelponku sekedar curhat akan kegelisahannya. Sebisa mungkin aku mencoba menenangkan sahabatku itu.
""Bagaimana aku bisa tenang Jes? Stevi tewas persis di tanggal yang diramal situs itu.""
""Mungkin itu hanya kebetulan, Sedangkan takdir sudah memilih Stevi meninggal saat itu.”
""Engga, situs itu benar. Sebentar lagi aku mati. Aku belum mau mati Jasmine... aku belum mau mati..."" Alexa terdengar histeris, kemudian sambungan telepon terputus. Saat itu aku merasa perlu untuk menemuinya. Alexa bisa dibilang memiliki kehidupan yang hampir sempurna. Ia terlahir dari keluarga kaya. Ayahnya seorang pengusaha sedangkan ibunya hanya dirumah mengurus Alexa dan adik laki-lakinya. Keluarga yang harmonis bukan? meski tak terlalu pintar, ia dapat dengan mudahnya masuk di perguruan tinggi swasta yang terkenal dibandingkan denganku yang hanya mengandalkan beasiswa. Saat aku memasuki kamarmya yang luasnya dua kali dari kamarku. Aku melihatmya sedang tersudut di sudut kamar. Melihat dirinya yang begitu takut akan kematian, aku berpikir kalau saja ada yang menjual obat hidup abadi, ia pasti sudah membeli berapapun harganya.

1 Juli 2014, aku mendengar kabar Alexa tewas. Ia terjebak di dalam gudang belakang rumahnya yang terbakar. aku memang tak melihat jasadnya, tetapi kata salah satu pembatu yang bekerja di rumah Alexa, tubuhnya sudah tak dapat dikenali sebab seluruhnya hangus. Sial, sepertinya aku mulai mempercayai ramalan situs itu. Rasa takut perlahan mulai menyelimutiku. Tapi tunggu, bukankah kematian memang pasti akan datang dan kita harus siap kapanpun kematian menjemput kita? Salah satu ketakutan kita akan kematian mungkin karena kita belum siap meninggalkan apa yang kita milikki. 

""Ibu lihat akhir-akhir ini kamu sering melamun, ada apa Jes?"" tanya ibu. Tangannya sibuk meletakan beberapa piring berisi telur dadar dan lauk lainnya untuk makan malam kami. Meski baru pulang bekerja, ibu masih bisa menyiapkan makanan untuk aku dan kedua adikku. Kutatap mata lelahnya. Jika nanti aku mati sesuai ramalan situs itu. Siapa yang membantu ibu bekerja? meskipun aku hanya mengajar privat, tetapi hasilnya cukup untuk sekedar meringankan beban ibu dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari juga menyekolahkan Zidane dan Aline. Dulu keluargaku tidak sesusah ini sebelum ayah memutuskan untuk bunuh diri. Karena tertipu bisnis bodong dan uangnya habis dibawa kabur. Aku mengutuki keputusan ayah untuk mengakhirinya hidupnya seperti itu. Disatu sisi banyak orang yang menginginkan agar kematian segera menjemputnya disisi lain banyak juga orang yang sedang mati matian agar bisa hidup lebih lama. Bagi orang yang ingin cepat mati bunuh diri adalah cara yang paling diminati. Tunggu, apa bunuh diri juga termasuk cara kematian yang dipilih Tuhan untuk manusia? atau manusia itu sendiri yang membuat takdirnya? entahlah. 

Saat sedang berjalan ditaman, aku melihat dua orang gadis yang sepertinya masih sma sedang asyik memainkan laptop yang dipangku salah seorang darinya. Aku berdiri berjarak beberapa sentimeter dari mereka. Ternyata mereka sedang membuka situs peramal kematian itu.
""Hei berhenti! jangan kau buka situs itu,"" teriakku spontan. Mereka berdua menoleh kearahku dengan wajah bingung.
""Apa masalahmu?"" tanya gadis berambut pirang dengan sinis.
""Situs itu meramalkan yang sebenarnya."" Mendengar perkataanku barusan. Kedua gadis itu langsung tertawa.
""Jadi, kau mempercayai ramalan situs ini?""
""Tidak... maksudku ya..."" kedua gadis itu saling berpandangan sambil menahan tawanya.
""Di sekolahku sudah banyak anak yang mencoba. Dalam situs ini kita memang diramalkan akan mati muda, tapi semua itu bohong. contohnya temanku yag disebelah ini. Ia diramalkan mati seminggu yang lalu, tapi lihatlah sekarang dia baik-baik saja.""

Jika benar apa yang dikatakan kedua gadis itu, lantas bagaimana menjelaskan kematian Stevi dan Alexa? bukankah situs itu meramalkan kematian mereka dengan sangat tepat?. 

31 desember 2014, hari ini aku beraktivitas seperti biasanya. Setelah pulang dari kampus aku langsung mengajar privat hingga malam. Setelah selesai aku tak langsung pulang kerumah. Aku berhenti di alun-alun kota menikmati kembang api yang saling beradu menghiasi langit malam. Ya ini malam tahun baru. Biasanya aku akan menghabiskan malam tahun baru bersama Stevi dan Alexa, tapi kini aku hanya bisa tersenyum bersama kenangan tentang mereka. Sesuai situs kematian itu aku mati hari ini. Entahlah aku hanya bisa pasrah jika situs itu benar. Hampir tengah malam, aku memutuskan untuk kembali ke rumah lewat jalan terdekat, meski jalan itu terkenal sepi. Entah kenapa aku ingin lewat jalan ini. Padahal selama ini aku tak berani lewat sana apalagi jika sudah malam. Aku melihat jam tanganku yang menunjukkan pukul 23.50. Sepanjang jalan hanya terlihat semak belukar, rumah pun hanya beberapa yang jaraknya berjauhan. Kupercepat langkah kakiku karena barusan aku mendengar derap kaki seseorang, tapi ketika aku menoleh tak seorangpun kudapati diasana. Tiba-tiba seseorang menyergapku dari belakang. Tangan kirinya menutup mulutku dan satu tangannya meletakkan pisau tepat di leherku.

""Diam! jangan bergerak atau kubunuh!"" perintah laki-laki itu. Ia merampas tasku. Aku relakan tas itu. Mungkin lebih baik kehilangan tas daripada nyawaku sendiri. Tapi sayang laki-laki itu menginginkan nyawaku juga. Sebilah pisau itu kini telah menancap di perutku. Mataku membendung air mata menahan sakit saat laki-laki itu menikamku beberapa kali. Setelah itu ia menyeretku ke balik semak. Situs itu mungkin benar mungkin juga tidak. Mungkin Aku , Stevi dan Alexa mendapat keistimewaan oleh Tuhan untuk mengetahui kapan kematian datang lewat situs itu. Kulihat sekujur tubuhku dipenuhi darah dan kurasakan nafasku yang hampir habis dan....

Cerita Terkait

Cerita Horor: Situs Kematian By Intan Hanana
4 / 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan cerita di atas? Silakan berlangganan gratis via email

FANSPAGE