Senyummu Mengalihkan Duniaku By Fachry Abdul Razak

Ads:
SENYUMMU MENGALIHKAN DUNIAKU
Penulis : Fachry Abdul Razak

Seorang laki-laki muda menatap barisan frame foto yang masih tertata rapi di di atas meja belajar yang terbuat dari kayu jati. Rasa sakit kembali menghampiri dadanya. Ia mencoba bertahan agar tetap bisa mengendalikan diri. Sayangnya rasa sakit sudah terlalu dalam hingga menyayat hati . Akal sudah tidak bisa bermain, hanya perasaan yang terus mengerutu menyesali apa yang telah terjadi beberapa tahun yang lalu. Frame diangkatnya dengan pelan, ia menatap dengan tatapan penuh penyesalan. Foto seorang lelaki merangkul mesra seorang perempuan yang kini mulai basah oleh air mata yang menetes dari mata lelaki tersebut.

Rasa kecewa kini mulai memuncak. Rasa kecewanya sudah tidak bisa di tahan. Rasa kecewa pada sebuah pengkhianatan. Rasa sesalnya mulai merebak. Bercampur menjadi satu. Menghasilkan tetesan air-air yang semakin membasahi frame foto. Cinta yang sudah lama ia jaga hancur dengan mudahnya hancur oleh sebuah peristiwa yang tak pernah ia duga, perempuan yang ia cintai ketahuan mengkhianati rasa percayanya dengan lelaki yang sangat ia percaya yaitu sahabatnya sendiri.
“Kenapa ya aku tak bisa mempercayai bagas yang berkali – kali memberi tahuku kalau Cindy udah berpacaran dengan Arya ? Cowo sebodoh apa sih aku ini sampai mempercayakan hati ini kepada cewe seperti dia?dan sebodoh apa diriku sampai menanggis karena seorang wanita? Huh.. apa benar kata bagas kalau tuhan sudah mempersiakan perempuan yang lebih baik dari Cindy?” Frame tersebut di letakkan dengan perlahan.

Direbahkan badannya ke kasur. Air matanya mulai berhenti menetes. Tubuhnya lelah. Hatinya terasa begitu rapuh. Badannya terasa semakin tak berdaya, matanya perlahan mulai menutup. Ia tertidur. Mencoba melepaskan semua rasa sakit yang menghinggapi diri. Nama lelaki tersebut adalah Ilham. Ya, Ilham yang malang.
*

Alarm berbunyi dan aku pun mulai membuka mata. Ku lihat jam yang berada dinding kamarku ternyata sudah pukul 00.60. tapi ibuku sudah berteriak. “Masih sepagi ini ibu sudah berteriak padahal inikan masih liburan ganggu tidurku saja apalagi semalemkan aku habis galau banget nih.” gumamku dalam hati
“Ilham bangun!!!! Sudah jam 6! Bentar lagi kamu harus berangkat kesekolah.”
astaga aku lupa kalau hari ini adalah hari pertama masuk sekolah di kelas XI. 
“Iya ibu” teriakku sambil bergegas menuju kamar mandi. Setelah mandi aku langsung turun menuju ruang makan dimana ibuku sudah mempersiapkan sarapan pagi buatku.
“Cepetan makannya sudah ditunggu Pak Udin tuh.” Ibuku mengingatkan
“ Siap bu.”

Aku habiskan sarapanku yaitu sebuah roti dengan selai coklat dengan sangat cepat lalu bergegas memasuki mobil untuk berangkat ke sekolah. Sekolahku letaknya memang agak jauh oleh karena itu aku menggunakan mobil untuk sampai kesana. “ semoga saja bagas sudah datang ke sekolah akukan mau cerita tentang yang semalem kan bagas biasanya suka kasih kata mutiara itu yang membuat aku merasa lebih baik.”
*

Sesampainya di sekolah aku mencari bagas namun yang kutemui di depan gerbang yang kulihat dua sejoli yang memamerkan kemesraan mereka di depan gerbang ya mereka adalah Cindy dan Arya.
“Aduh.. kenapa mesti ketemu mereka sih? Aku kan mencari bagas bukan mencari mereka.” gumamku dalam hati
“ Hai jones!! Apa kabar?” sapa Arya

Aku gak menoleh sama sekali gak menghiraukan mereka, aku gak mau rasa sakit yang aku alami semalem kembali lagi menusuk jantung ini. Rasa sakit yang tak pernah aku rasakan sebelumnya. Rasa sakit menyayat hati begitu dalam. Rasa sakit yang memberikan luka yang begitu sakit. Saat aku memikirkan semua tentang rasa sakit ini, Arya memanggilku dengan nada sinis sambil menyidirku.
“Halo jones, ngak nyaut nih gue panggil? Sok jual mahal sih lo pantesan sampe sekarang masih JOMBLO NGENES!”

Aku hanya membalas dengan senyum, sudah biasa aku mendapat perkataan seperti itu. Setelah melewati Arya dan cindy yang mengikutiku hingga ke loby aku di kagetkan oleh Bagas yang mengagetkan ku.
“Hai Ilham. Masih pagi kok mukanya masih kusut sih? Gaenak tau liatnya. Hahahahahaha.” ucap 
Bagas setelah mengagetkanku dengan nada becanda khas bagas. Aku sama sekali gak membalas ucapan bagas aku hanya tersenyum dan menolehkan wajah yang kata bagas itu kusut.
“Waduh... kamu kenapa ham? Ada masalah nih? Ceritalah ke gue dong!!”
“Semalem aku teringat masa masa....” ucapanku langsung dipotongnya
“Aduh Ilham.. sahabatku yang satu ini masih aja galau karena CINDY, cewe kayak gitu masih lo galauin gak jaman tau. Di dunia ini masih banyak wanita yang lebih baik dari dia. Sudahalah jangan galau lagi gue bosen ingetinnya.” kata bagas panjang lebar
“Tapi lo kan gatau gue galaunya gimana? Lo juga gatau kenapa gue galau? Ini bukan masalah cewe itu tapi masalah kontraversi hati gue nih.” kataku dengan muka lesu
“Bahasa lo formal banget dah, udahlah jangan bahas ini lagi gue bosen ngomonginnya mending sekarang kita jalan cepetan ke kelas udah mau bell nih.
“Yaudah deh.”

Saat baru sampai di kelas bell berbunyi dan karena aku maih bermuka kusut Bagas tidak mau duduk denganku katanya sih aku akan menganggu hari pertama sekolah. Jadi, aku duduk sendiri tapi tak apalah siapa tau nanti ada teman yang duduk di sebelahku. Tak lama kemudian Pak Made, Wali Kelasku masuk ke kelas namun ada yang aneh ada seorang siswa perempuan parasnya sih cantik banyak teman laki – lakiku yang tertarik sama dia tetapi, mungkin aku belum menemukan sesuatu yang menarik perhatianku. Namun ada hal yang membuatku terpana oleh siswa baru yang satu ini..
“Hai namaku Aulya , aku dari bandung. Salam kenal ya.”
“Ya aulya sudah memperkenalkan diri sekarang nak aulya duduk di sebelah Ilham ya.”
“Baik pak.”

Aulya berjalan menghampiri mejaku dan menyodorkan tanganya sambil memperkenalkan dirinya. Aku yang sedang terhanyut dalam fikiran tentang mantan pacarku yang telah menyayat hati ini. 
“Hai namaku Aulya. Salam kenal.” Sapa Aulya dengan ramah. Aku tidak menjawab, aku yang masih larut dalam fikiran. Tiba tiba tersadar oleh lambaian tanganya yang membangunkan lamunanku.
“Eh maaf.. namaku Ilham. Salam Kenal.” jawabku dengan muka malu.

Dia hanya tersenyum dan senyumnya itu jauh menusuk lubuk hatiku, seakan semua luka yang di hadiahkan oleh Cindy kini mulai sembuh hanya dengan satu senyuman seorang perempuan yang aku baru kenal 5 menit yang lalu. Semua luka yang kemarin hadir kini mulai menghilang, hilang tanpa bekas, hilang dengan begitu cepat. Aku tersenyum malu. Aku tersadar bawa diriku melamun lagi, aku merasa hari ini aku mudah kehilangan konsentrasi. Ya semua itu karena memoriku dengan cindy dan sebuah senyuman dari Aulya. Ternyata seisi kelas memperhatikan kami berdua itu karena Aulya blm duduk ke kursi dan aku masih senyum sendiri.
“Cie.. Cie... Cie....” teriak seisi kelas yang membangunkanku dari lamuman.
“Cie.. Ilham kayaknya kita bakal dapet pajak jadian nih hahaha.” timpal Bagas.
“Eh... maaf ya.. silahkan duduk... hari ini gue kurang konsentrasi.. Sekali lagi maaf ya.” ujarku dengan muka memerah karena malu. Aulya tersenyum sambil duduk disebelahku membuat jantung ini berdetak tak karuan. 
Hari ini tidak ada pelajaran karena wali kelas kami hanya menjelaskan kembali tentang aturan aturan sekolah dan juga menjelaskan tentang target nilai agar kami bisa naik kelas. Bell pulang sekolah pun berbunyi aku segera merapikan tasku begitu pun Aulya. Namun sebelum pulang aku ingin menanyakan berapakah nomor hpnya.
“Aulya.. Gue boleh gak minta nomor hp lo?” tanyaku dengan perasaan gugup.
“Boleh-boleh ini sekalian sama kartu nama gue.” sambil menyodorkan sebuah kartu nama
“Thanks ya.. nanti gue sms ya, boleh kan? Kalau gue kerumah lo juga boleh kan? ” tanyaku dengan gugup.
“Boleh kok.” Balasnya dengan senyum yang kali ini membuatku ingin terbang.

Senyummu Mengalihkan Duniaku By Fachry Abdul Razak

Lihat Cerita Romantis lainnya : Kumpulan Cerita Romantis

Sesampainya dirumah aku langsung membuka handphoneku dan menuliskan smsku untuk Aulya, namun saat ku lihat kartu namanya aku tersadar kalau rumah Aulya dekat dengan rumah. Rumahnya terletak di ujung gang dan berjarak 5 rumah dengan rumahku. Aku beranikan diri untuk mengunjungi rumahnya sekalian untuk mengajak dia jalan ke taman kompleks perumahan kami. Selama di perjalanan aku gugup banget ada satu pertanyaan yang kini terus mengiang di kepalaku “Apakah aku jatuh cinta sama Aulya?” aku pun tak sadar kalau aku sudah sampai di depan rumah Aulya. Masih dengan perasaan gugup aku pun memencet bel selang beberapa lama akhirnya muncul seseorang anak yang kelihatan sangat lucu dan aku berfikir kalau dia adalah adik dari Aulya.
“Kakak mencari siapa ya?” tanyanya dengan nada polos.
“Aku mencari Kak Aulya, Kak Aulyanya ada gak dek?” jawabku
“Ada kak. Masuk dulu kak, aku pangillin Kak Aulyanya.” jawab anak tersebut dengan nada penuh semangat.

Setelah beberapa lama menunggu akhirnya Aulya muncul juga dan membawakanku minuman.
“Hai Ilham.. maaf sudah menunggu lama.” jawab Aulya dengan nada yang begitu ramah
“Gak apa-apa kok Aulya.” balasku dengan penuh senyuman
“Eh.. tadi katanya lo bakal sms gue? Daritadi gue tungguin tau, sampe bete nunggunya.” tanya aulya dengan muka sedikit kecewa.
“Tadi sih gue udah mau sms lo tapi, waktu liat alamat yang ada di kartu nama lo ternyata rumah lo deket sama rumah gue jadi ya gue samperin aja. Sekalian mau ngajak lo ke taman kompleks, lo mau ga?” jawabku sekaligus bertanya.
“Hmm.. gue mau deh soalnya lagi gak ada kerjaan di rumah. Sebentar gue ganti baju dulu ya.”
“Jangan lama-lama ya nanti keburu gue pergi duluan.” ejekku sambil tertawa 
Aulya pun memasang muka betenya, namun dengan bergegas ia berlari menuju kamarnya. “kok aku gak canggung lagi ya sama dia? Kemana rasa gugup yang tadi sempat muncul? Apakah gak beneran jatuh cinta sama dia?” gumamku dalam namun kini jantungku berdegup dengan kencang entah bagaiamana perasaanku saat ini susah banget untuk aku tebak. Di saat aku masih memikirkan perasaanku, aku mendengar suara pintu terbuka dan beberapa saat kemudian Aulya muncul.
“Hey lo mau kemana rapi amat? Kayak mau ngedate aja.” tanyaku dengan agak sinis
“Ya gue mau ngedate hahahaha.” jawabnya dengan nada becanda.
“Ngedate sama siapa lo?” jawabku agak kecewa.
“Yaelah lo gimana sih katanya mau ke taman? Yuk kita berangkat” ajaknya sambil menarik tanganku
“Iya Iya.”

Perjalanan menuju taman terasa begitu indah bagaimana tidak? Selama perjalanan aku dan Aulya terus bercanda seperti orang sudah mengenal satu sama lain sejak lama. Sesampainya di taman aku mengajak Aulya untuk berjalan mengelilingi taman. Sebenarnya disini ada sesuatu yang aku mau tunjukan padanya ditaman ini.
“Aulya.. gue mau nunjukin sesuatu ke lo.” kataku sambil memegang tanganya
“Apaan?” jawabnya dengan penasaran 
“Sini ikutin gue.” ajakku kepada aulya
“Ini yang gue mau tunjukin sama lo.” kataku dengan sangat bangga.
“Wah.. Indah banget ya.” jawab Aulya dengan takjub.
“Ya.. begitulah. Gue suka banget sama danau ini. Disini adalah tempat yang sering gue kunjungin saat suasana hatiku sedang tidak enak.” jawabku dengan nada yang pelan.
“Gue gak nyangka loh.. lo suka dengan tempat seperti ini gue kira lo anak rumahan yang kerjanya main dan belajar aja hahahaha.” jawabnya dengan nada mengejek.
“Aku juga gak ngerti kenapa aku suka ketempat ini. Emang sih aku kelihatan seperti anak rumahan yang kerjanya cuman main dan belajar tapi danau ini begitu berarti bagi hidup gue.” Jawabku dengan nada yang datar.
“Wah.. segitu dalemkah makna danau ini untuk lo?” tanya aulya padaku.
“Ya.. banyak memori indah yang danau ini hadirkan. Memori yang mungkin akan terus aku ingat hingga wafat nanti.” Jawabku dengan nada yang sendu.
Kami larut dalam fikiran masing-masing. Berusaha untuk mengerti pikiran satu sama lain. Aku dan 

Aulya mungkin baru kenal 1 hari namun dia sudah memberikan sesuatu yang bisa menyembuhkan luka yang digoreskan sanagat dalam oleh Cindy. Sebuah senyuman yang membuat damai hati ini. Sebuah senyumman yang aku rasa begitu tulus.
Lama kami terdiam memikirkan masalah masing-masing. Akhirnya aku tersadar kalau matahari sebentar lagi akan tenggelam. Aku pun mengajak Aulya pulang. Setelah sampai di rumah Aulya, aku langsung pamit untuk pulang.

Di kamar aku terus memikirkan tentang Aulya, tentang senyumnya yang seakan menghapus dengan perlahan memori namun danau kembali mengingatkanku tentang memori bersama Cindy. Memori yang harusnya aku lupakan memori yang harusnya tak pernah ku ingat. Cindy memang pernah memberiku kasih sayang yang bergitu indah namun itu semua tak akan cukup untuk menutupi satu luka yang ia berikan padaku. Sekarang semua luka itu harus aku hapuskan. Aku harus melupakan itu dan aku akan mengejar cinta Aulya agar semua luka itu hilang bagai ditiup angin. Aku harus cepat melupakan Cindy dan fokus mengejar Aulya karena aku yakin Aulya menaruh rasa padaku walaupun kita baru bertemu satu hari. Besok aku harus bisa mengajaknya makan ke kantin dan aku harap bisa banyak berbicara dengannya. Aku yang lelah memikirkan ini mulai merasakan rasa kantuk. Aku memutuskan untuk tidur.
Di sekolah aku akhirnya dapat banyak waktu untuk berbicara dengannya ternyata Aulya memang anak yang ramah dan juga humoris sehingga ia mudah ternsenyum karenanya. 

11 Bulan kemudian 
Hubunganku dengan Aulya kini makin dekat namun kami belum menjalin hubungan apapun meskipun kami berdua sudah sering memberi kode satu sama lain kalau kami memang punya perasaan yang lebih bukan sekedar perasaaan suka sebagai teman. Mendekati ujian kenaikan kelas aku mendapat kabar bahwa ayahku akan di pindahkan kerjanya ke Jepang. Ayahku bilang kita akan pindah setelah aku menyelesaikan ujian kenaikan kelasku. Namun hal ini belum aku sampaikan ke Aulya. Aku belum memiliki keberanian untuk mengungkapkan hal ini kepadanya. Akupun berfikir aku akan memberinya surat dan boneka sebagai tanda perpisahan sebelum aku pergi ke jepang itupun akan kuberikan lewat Bagas setelah aku pergi.

Ujian selesai dan hari dimana aku akan pergi ke jepang pun datang. Aku gugup, takut dan kecewa pada diriku karena aku tidak berani bilang secara langsung. Namun apa daya sekarang aku sudah memasuki boarding time dan sebentar lagi aku akan pergi. Aku hanya memberikan pesan singkat via sms kepada Bagas. 
“Gas.. gue udah mau berangkat. Sekrang lo boleh kasih surat dan boneka itu ke Aulya. Suruh dia buka dan baca suratnya di depan lo ya. Thanks banget ya gas.” itulah isi pesanku kepada Bagas.
“Siap kawan. Semoga selamat sampai tujuan. Nanti kabarin gue ya ham.” balas Bagas. 

Bagas pun langsung meluncur kerumah Aulya. Sampai disana ia tidak menemukan Aulya kata adiknya sih dia lagi keluar ke taman kompleks. Bagas segera bergegas menuju ke taman tersebut. Setelah mengitari taman bagas akhirnya bagas menemukan Aulya di pinggir danau sedang duduk sendiri.
“Hai Aulya! Sendiri aja nih?” sapa Bagas dengan santai.
“Eh Bagas. Iya nih sendiri. Kebetulan lagi bosen dirumah jadi aku kesini deh. Hehehehe.” jawab Aulya dengan nada bercanda.
“Eh.. seru juga ya punya rumah di kompleks ini. Ada tamannya.” ujar Bagas.
“Iya sih, tapi gue merasa ada yang kurang gas.” jawab Aulya dengan nada lesu.
“Yang kurang apa ly?” tanya Bagas penasaran
“Ilham.” jawab Aulya lesu
“Ilham? Sepenting itukah Ilham sampai kamu merasa kesepian di taman yang indah ini?” tanya Bagas penasaran
“Ini semua karena Ilham yang ngajak gue kesini sepanjang gue kesini selalu ada Ilham yang nemenin. Beberapa hari ini Ilham gak pernah hubungin gue. Rumahnya juga sepi.” jawab Aulya sedih
“Oke gue ngerti. Lo jangan bersedih, lo harus kuat. Walaupun gak ada Ilham di sisi lo untuk beberapa saat ini, lo harus tetap jalani hari dengan senyuman yang membuat Ilham jadi suka sama lo. Oh ya... ini gue ada sesuatu buat lo. Semoga bisa menghibur lo ya.” Kata Bagas sambil memberi hadiah yang sudah Ilham persiapkan.
“Thanks ya Bagas.” Ucap Aulya.
“Ya sama-sama. Oh ya hampir lupa. Di situ ada surat lo boleh buka surat itu kapan aja, tapi lo harus baca surat itu saat lo sendiri jangan sampai ada yang tau ya. Oke gue pamit dulu ya.” ucap bagas seraya meninggalkan Aulya.
Setelah Bagas pergi. Aulya pun membuka surat itu. Aulya terkejut saat mengetahui bahwa surat tersebut yang menulisnya adalah Ilham. Aulya tersentak. Air matanya mulai menetes membasahi surat tersebut. Ia tak percaya Ilham kini meninggalkan dirinya. Meninggalkan semua kenangan indah yang pernah hadir diantara mereka berdua. Kenangan yang seakan membuat dunia serasa hanya mereka yang miliki. 

Dear My Love Aulya.
Mungkin aku adalah laki-laki paling cemen yang pernah kamu temuin. Di surat ini aku mau minta maaf kalau selama ini aku udah ngelakuin banyak salah. Maafin aku karna aku gak pernah cerita ke kamu tentang kepindahan ini. Aku gak punya keberanian untuk ngomong masalah ini ke kamu karena Aku takut. Aku takut kamu bakal ngelupain Aku. Aku juga belum siap untuk ninggalin kamu, ninggalin semua kenangan yang pernah kamu hadirkan buat aku. Kenangan indah yang selalu membuatku nyaman berada di sisi kamu.

Aku juga mau kasih tau kalau senyum di hari pertama kita ketemu adalah senyum terindah yang pernah aku liat. Senyum pertama itu langsung menyerang lubuk hatiku. Senyum terasa begitu indah ketika kita menghabiskan waktu bersama. Ada satu hal yang ingin aku sampaikan buat kamu. Kalau sebenarnya aku suka sama kamu. Aku juga sayang sama kamu. Aku berharap kalau kita bisa jadian suatu saat nanti. Aku janji aku bakal pulang. Aku janji bakal temuin kamu saaat aku pulang nanti. Tunggu aku. Jaga hati kamu ya, karena disini aku juga akan jaga hatiku hanya buat kamu seorang.

I Love You Aulya.
With All My Love
Ilham

“Ilham kamu itu laki-laki yang paling aku keselin tau gak kenapa? Karena kamu gak pernah peka sama yang aku rasain. Kamu gak pernah ngerti sama senyum yang selalu aku hadirkan untuk kamu? Kamu juga gak ngerti kenapa aku selalu ada di sampingmu? Kamu juga gak ngerti kenapa aku selalu dengerin curhat kamu tentang masa lalumu? Itu semua karena aku cinta sama kamu. Aku sayang sama kamu. Aku cinta banget sama kamu Ilham.” teriak Aulya.
Tak sadar kini air matanya mengalir dengan derasnya. Air mata itu seakan tak berenti dengan cepat. Air matanya kini makin deras membasahi surat yang diberikan oleh Ilham. Kini hanya ada sebuah kekecewaan yang berbekas dalam hati Aulya. Rasa kecewa yang dihadirkan oleh orang yang ia sayangi Ilham.

Tentang Penulis:Nama: Fachry Abdul Razak
Umur: 15 (kelas 11 SMA)
Sekolah: SMA Labschool Kebayoran
Comment ya ke @FachryAbdul_

Cerita Terkait

Senyummu Mengalihkan Duniaku By Fachry Abdul Razak
4 / 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan cerita di atas? Silakan berlangganan gratis via email

FANSPAGE