Bunga Terakhir By Merlin

Ads:
BUNGA TERAKHIR
Penulis : Merlin

Tak terasa ternyata aku sekarang udah menginjak masa remaja ku, rasanya baru kemarin aku manja-manja di pelukan mama, sekarang aku udah bisa sendiri, punya teman baru, punya sekolah baru, dan tahun yang baru untuk memulai semuanya dari awal. Kira kira mama apa kabarnya ? apa dia merindukan ku ? apa dia sehat ? apa yang sedang dia lalukan ? i miss her so much.
Tak terasa udah 4 tahun aku sendiri di denpasar, tanpa liat senyumnya, tanpa dengar suaranya, tanpa dengar betapah nyaring tertawanya, tanpa lihat betapah cantiknya wanita terhebat ku 

I miss you mama

Pagi yang indah saat cahaya matahari memantulkan sinarnya, dan saat langit biru tersenyum ramah menyapa setiap insan di dunia. 
“dddrrrttttttt” getar hp nya merlin, dan secapat kilat dia langsung membuka pesan masuknya.
From nitya : udah siap ? aku jemput ke asrama sekarang.
To nitya : udah nii lagi tunggu kamu di depan.

“selamat pagi merlin” sapa gadis manis itusambil melemparkan senyum cantiknya.
“pagi juga tya” balas ku, sambil menghampiri nitya dan bersiap siap untuk berangkat ke tujuan kami yaitu SMK WIRA HARAPAN.
“tya, aku nggk enak badan lohh, semalam aku demam untung ada nidia jadinya dia yang jagain aku” seru ku memulai percakapan di pagi itu.
“masa mer ? trus udah agak baikan belum ? kenapa tadi nggk tinggal aja di asrama ?”
“malas tya, disana nggk enak, aku udah baikan kogk, enakan ke sekolah aja”
“yee merlin !! tarr, sampe sekolah sakit baru tau rasa !!” seru nitya lagi.
“nggk tya, aku kan kuat” seru ku lagi kemudian di sambut tertawa oleh nitya.

Nitya Lestari, atau biasa orang orang memanggilnya nitya. Cewe cantik, manis, pintar, kuat , tegar, dan sempurna itu menurut ku, tapi dari sekian banyak penilaian ku terhadap dia semuanya benar. Aku beruntung memilikinya, walau baru satu bulan lebih dua puluh sembilan hari (terhitung dari awal agustus sampai sekarang tanggal 29 september 2010) kami berteman tapi rasanya aku sudah lama dan sangat lama berteman dengannya, walau singkat tapi aku udah menggangapnya lebih dari teman atau bisa dibilang di sahabat ku, aku bercerita banyak ke dia tentang kehidupan ku tentang aku yang udah 4thn tinggal di asrama (panti asuhan), tentang aku yang naksir berat sama teman sekelas ku, dan tentang betapah rapuhnya aku, hanya dia yang tahu.

Pagi itu baru saja aku dan nitya masuk ke kelas, satu teman ku langsung heboh menyambut kami, namanya erin.
“tya tahu nggak itu status status yang di FB (facebook) itu loh di baca sama reza, trus dia kirain itu status kita buat untuk dia” cerocos erin nggk ada berhenti.
“udah riin .. duduk dulu muuhhh, baru ngomong baik-baik” seru ku lagi.
dan akhirnya yah nitya sama erin heboh ngebahas soal kingkong-kingkong yang ada di status FB yang di buat erin. Kalo menurut ku, erin juga kadang suka ceplas ceplos apalagi itu di media sosial pasti banyak yang baca, banyak juga yang tahu. Dan reza kalo emang dia nggk merasa yang nitya, erin, fani, novi, tara, nita bahas soal dia ya udalah cuek aja, tapi masalahnya ya emang fani ma erin si kelewatan akhirnya nitya dan aku juga dingk keseret, tapi aku malas tahu, walau sebenarnya aku dagdigdug juga, takut lah reza loh temennya banyak mana badannya juga gede ahh pokonya takut. Jadi malas dingk dengarin erin.

Setelah mereka berbincang bincang aku hanya bisa perhatiin si reza dari tempat duduk ku, dan berpikir “perasaan reza baik dee, pas awal aku masuk sekolah di SMK WIRAHARAPAN bisa di bilang dia orang pertama yang ngajak aku ngobrol waktu istirahat, habis itu baru yang lainnya ajakin aku ngobrol, tapi kenapa dia bisa jadi pemarah seperti itu ?” gumam ku dalam hati.
lihat mukanya resa yang lagi marah serem. 
“merlinnnnn ... udah kerjain pr bahasa indonesianya belum ??” tanya erin heboh, bikin aku kaget dan semua tentang reza yang seram pun langsung hilang.
“udah riinn !!” sseru ku pelan sambil lempar senyum ku untuk erin. Kemudian erin pun ajakin aku bercanda, aku sama erin pun tertawa-tertawa. Dan yaialah tertawa erin loh lucu banget, dia bisa buat siapa aja tertawa dalam situasi apa pun dengan tingkahnya dan dengan sifat nya laucu itu semua orang pasti menyukainya si cowo cakep yang mempunyai kulit putih, hidung mancung, rambut air dan berhati baik.

Selain erin aku juga punya teman lain fani, teo, tara, nita, loni, ayu, ngurah, eka, maria dan masih banyak lagi teman-teman di kelas hanya saja aku belum begitu akrab dengan yang lainya. Paling cuman dengan mereka-mereka yang aku sebut namanya. Meraka baik-baik punya karekter masing masing dan aku rasa yang buat aku dan mereka jadi dekat adalah perbedaan ayng kami miliki.

tttttttrrrrrrreeeeeeeennnnnnnggggggggg !!!!
Bel sekolah pun berbunyi dengan merdunya, dan pelajar pertama pun akan segera di muali.
pelajaran bahasa indonesia. Pelajaran yang paling aku senang dulu sewaktu SMP untuk sekarang bahasa indonesia adalah pelajarang yang paling membosan kan apalagi ketika aku melihat wajah cantik Bu.lini guru bahasa indonesia itu.

Setelah kami memberikan salam pada bu.lini, kami pun duduk dan memulai pelajaran tersebut.
belum lama setelah pelajaran berlangsung tiba-tiba suara pintu di ketuk pun terdengar, sesaat semua mata menatap ke pintu dan ternyata sesosok guru yang cantik pun muncul dan masuk menuju ke tempat duduk bu.lini. namanya bu.debora dia adalah seorang guru BP seketika itu juga erin, aku, nitya, fani, tara, dan nita pun langsung saling lempar pandang dan mulai berbincang karena kami berpikir bahwa reza telah melapor ke BP, namun saat kami mulai berbincang tiba-tiba bu.debora memangiil nama ku “merlin” dan aku menoleh heran “iya bu..” jawab ku singkat.
kemudian bu.debora mengajak ku ke bawah ke tempat piket guru, namun dengan segera aku menolak aku dan dalam hati “kenapa bu.debora memanggil ku ? apa salah ku ?” tanya ku dalam hati.
aku binggung kenapa aku di panggil. Saaat aku masi binggung memikirkan kenapa, ada suara yang berkata,
“makanya jangan nakal, naahh jangan-jangan mau masuk BP tuu, ato jangan-jangan di keluarin lagi” seru seseorang entah siapa, namun mampu membuat dada ku berdegup kencang.
“merlin ke bawah aja, nggak apa-apa kogk, kmu nggk masuk BP kogk, hanya saja ada yang sudah tunggu merlin di bawah” seru bu.lini kepada ku. Kemudian aku menoleh ke arah nitya dan nitya pun mengangguk.

Saat aku mau turun, saat itu juga “merlin, bawa langsung saja tasnya dan buku-buku” seru bu.debora lagi.
Aku masih diam binggung namun tangan ku terus memasukan buku ku kedalam tas ku.
“semua pasti baik-baik aja” seru nitya saat aku melewati tempat duduknya, dan aku pun hanya bisa menoleh dan tersenyum. Walau sebenarnya aku binggung, aku derdebar, dan aku gemetaran, lutut ku seakan tak bisa bergerak lagi. Karna ini baru pertama kalinya aku di panggil oleh guru BP. Saat sampai di lantai 2.
“merlin kalo dari sini ke kupang pakai kapal laut kira-kira berapa lama ?” tanya bu.debora
“hmm tiga hari dua malam bu ?” jawab ku cepat sambil tersenyum
“ahhh mungkin opa ku atau sapalah yang mau ajak aku liburan sebentar ni, ato jangan-jangan bapak mama angkat ku yang datang mau ajakin aku jalan - jalan” gumam ku dalam hati sambil tersenyum.
“trus kalo ke kupang pakai pesawat ?” 
“hmm cuman satu setengah jam saja bu” jawab ku lagi, dan lagi-lagi aku tersenyum, sambil dengan lincahnya aku menuruni setiap anak tangga.
“oh, cepat yaaa ? hmmm merlin belum tahu yaa ?” tanya bu.debora lagi, tapi kali ini membuat ku benar-benar binggung.
“maksudnya ibu?” aku berbalik bertanya.
“ohh, tidak... cepat yuuk, merlin udah di tunggu tu” seru bu.debora saat aku dan bu.debora hampir sampai di depan tempat piket guru.

Seketika itu juga mata ku terpana dengan dua sosok lelaki yang aku lihat, yang satu aku mengenalnya dia opa ku, yang satunya lagi, hanya bisa aku tebak-tebak dalam hati, semakin langkah ku mendekat barulah aku tahu, dia om ku, anak pertama dari opa ku.

Dan saat langkah ku makin mendekat dan ketika aku mampu menatap wajah opa ku, aku tersenyum bahagia namun seketika itu senyum ku memudar, karna ku dapati mata opa ku sembap habis menagis kemudian aku menoleh melihat kearah om ku, berharap menemukan jawaban namun sama hanya diam dan matanya pun sama sembabnya. Lama aku terpaku menikmati adegan tersebut, aku masih diam dan binggung sampai akhirnya opa ku memeluk ku erat dan berkata.
“sayang yang ikhlas ya, mama sudah pergi” lelaki separuh baya itu berkata pelah namun aku mampu mendengar jelas dan sangat jelas. Seketika itu juga tubuh ku seakan melemah, lutut ku seakan tak lagi mampu menopang tubuh ku, namun ku masi bisah berdiri dengan sia-sisa kekuatan ku. Separuh dari diri ku seakan mati dan lumpu. Dan tanpa ku sadari ternyata air mata ku telah menari-nari di atas pipi ku, setiap butiran itu seakan-akan menikmati perih, hancur, dan rapuh yang aku rasakan. Saat itu juga bu.debora menarik tubuh mungil ku hendak memeluk ku namun tanpa di perintah aku menolaknya rasanya aku ingin berteriak di telinganya
“kenapa nggak ngomong dari tadi kalo ternyata kaya gini ??” namun semuah kata yang ingin ku lontarkan hanya mampu tertahan di bibir ku, tanpa mampu ku ucapkan, hanya ekspresi tubuh ku yang mengisyaratkan aku menolak. Saat aku menghindar saat itu juga sosok lelaki berbadan besar atau yang biasa aku kenal dengan sebutan pak.adi. dia datang dan memeluk ku erat sambil berbisik,
“yang kuat nak”

Saat itu juga hati ku seakan makin hancur, dan semua pertanyaan “mengapa” pun terus berputar-putar dalam otak ku.kemudian opa ku pun menandatangani surat ijin ku selama satu minggu.
setelah selesai mengurusi semua surat ijin ku, aku, opa ku dan om ku pun pergi ke asrama. Saat aku mau naik mobil, saat itu juga aku kaget karna di dalam mobil ternyata ada oma ku yang ternyata matanya pun sembab karna menagis. 
“nona, oma baru sampe tadi pagi, tapi kakak oa di sama (kupang) langsung telpon kalo mama disana sudah pergi, jadi oma dengan opa langsung kesini jemput nona, jadi nanti sampe asrama nona makan dulu, trus kita langsung ke bandara cek in, semuanya biar opa yang urus ya” seru oma ku.
dan aku hanya mengiyakannya dengan sebuah angukan. Ketika mobil hanpir sampai di asrama,
“nona baru tau ya, kalo mama pergi ?” 
“iya oma” 
“kakak tidak sms ato telpon nona ?” tanya oma lagi kemudian aku baru teringat, karna semalam aku sibuk buat PR dan sibuk bercerita dengan nidia mana tambah aku demam jadinya HP ku aku matiin, dan paginya aku hanya aktifkan kartu Im3 ku, karna mau sms nitya, sedangkan kartu Simpati ku belum aku aktifkan sampai sekarang.
“oh iya, oma ... Hp ku dari tadi belum aku aktifkan” seru ku sambil mencari-cari HP nokia ku, perlahan aku aktifkan kartu simpati ku, dan ku dapati begitu banyak sms dari kakak ku.
From kakakku:* : nona mama sudah tidak ada.
From kakakku:* : nona balas saya punya sms dulu.
From kakakku:* : nona kenapa kakak tlpn tidak angkat !!!
From kakakku:* : merlliiiinnnnnn.....
Dan beberapa menit kemudian, 
From kakakku:* : ade,
To kakakku:* : iya, aku sebentar lagi ke bandara, maaf baru sms aku baru aktifin HP, aku sama opa dan oma sekarang.
From kakakku:* : iya saya tunggu disini.
Hati ku seakan hancur, remuuk dan tak karuan, aku seolah-olah kehilangan arah, selama perjalanan aku hanya bisa melamun,
“Tuhan semoga semua ini hanya mimpi, semoga semuanya nggk benar, Tuhan aku takut” gumam ku dalam hati.
“Tuhan, apa betul aku sudah kehilangan mama ? atau ini hanya bohongan ? Tuhan kemana lagi aku berbagi semua hayal ku, kemana lagi aku menagis ? kemana lagi aku cerita dan berbagi ? Tuhan aku sekarang benar-benar nggk punya mama yaa ?” semua pertanyaan terus terniang dalam hati dan otak ku, sesaat semua memori tentang mama kembali berputar-putar dalam ingatan ku, senyumnya mama, marahnya mama, tawanya mama, candanya mama, betapa tegarnya dia, betapa kuatnya dia, semua kembali ku ingat jelas. Dan air mata ku pun terus bercucuran tanpa henti, hati ku sakit sekali seperti di tusuk-tusuk benda tajam. Sesampainya di asrama aku langsung menuju loker ku, beres beres baju, dan saat aku keluar kamar dan menuju mobil aku bertemu dengan mba.yani wanita mudah yang dengan senang hati mau meluangkan waktu untuk menjaga kami semua di asrama. Mba.yani pun memandang ku lama, kemudian aku berlari ke arahnya dan ku peluk dirinya aku menagis lagi, aku terisak lagi kali ini dalam pelukan seseorang yang terlanjur buat aku sayang dia seseorang yang telah aku anggap lebih dari kakak dan dalam isak ku,
“mba, mb... mbaa, aku udah nggk punya mama” aku kembali menagis, dam mba.yani pun sekuat tenaga iya coba tersenyum pada ku dan berkata,

“kamu ngggk sendirian kogk sayang, habis ini makan dulu yaa, mba.yani ambilin nasi goreng yaa, ada satenya juga, merlin kan suka sate” seru mba.yani, namun aku tahu dia dengan sekuat tenaga tak ingin menagis di depan ku. Dan aku hanya terpaku memandang kepergiannya yang kemudian menghilang di balik tembok ruang makan. Dan saat aku menghampiri oma, aku bertemu dengan suster cory, dia adalah sosok wanita hebat begitu menurut ku, dia adalah sorang suster, dan menjadi pemimpin panti asuhan atau biasa nitya bilang asrama tempat dimana aku tinggal. Dia menjadi seorang suster cantik dan menyerah kan diri seutuhnya untuk mengabdi dan berbakti ke pada TUHAN. Suster cory sedang berbicara dengan oma ku, dan saat iya menyadari keberadaan ku iya pun menghampiri ku dam memeluk ku eret,

“Tuhan punya rencana indah buat merlin, merlin yang kuat ya, merlin nggk sendiri kogk” seru suster cory pada ku, dan aku pun mengis lagi, aku terisak lagi, kali ini aku tak sendirian terisak, suster cory pun terisak sambil terus memeluk ku. Setelah ditawari makan dan hasilnya aku tolak, aku hanya minum seteguk air, kemudian aku berpamitan pada mba.yani dan suster cory. Kemudian sesampainya di bandara, opa pun cek in dan ternyata penerbangan Merpati Bali - Kupang baru take off tadi jam 10, hanya tinggal pesawat Batafia Bali - Kupang sebentar sore jam setengah 7, akhirnya aku dan opa pun menuju ruang tunggu.
“nona, makan ya dari tadi nona tidak makan”
“merlin belum lapar opa”
“kalo begitu sebentar kalo mau makan ambil di sana ya” seru opa ambil menunukan meja di runag tunggu yang telah berisi penuh dengan makanan. Dan aku pun hanya mengganguk, kemudian jam pun menunjukan pukul 12 siang.
“opa aku ke kamar mandi ya”
“iya jangan lama-lama ya” seru opa lagi,

Bunga Terakhir By Merlin

Sampai di kamar mandi aku pun mengeluarkan Hp ku dan dengan tangan yang gemetar dan jari yang lincah aku pun mulai mengetik huruf-huruf hingga menjadi kata dan kalimat.
To nitya : tya aku pamit.
From nitya : kamu mau kemana mer ? ke kupang ? nagapin ? katanya kamu nggk bakal tinggalin aku 

To nitya : mama ku udah nggk ada tya, aku mau pulang ikut pemakaman, tya aku udah nggk punya mama, aku nggk punya mama, aku gimana dong sekarang ? aku nggk tauh harus gimana, aku takut, tya... aku sendirian sekarang.
From nitya : kamu masih punya aku mer, kamu jangan sedih, kamu masih punya erin, masih punya fani yang penting aku nggk tinggalin kamu, kamu yang kuat yaa sayang. Kamu diama skarang ?
To nitya : makasi tya, aku di bandara, di rung tunggu, pesawatnya masih baru take off jam setengah tujuh nanti.
Habis sms terkirim nitya telpon, 
“mer aku kesana iya sama erin ma fani, kita kawatir ma kamu mer, kita kesana ya, ini udah mau pulang kogk”
“jangan tya, aku nggk apa kogk, tya lanjut aja belajarnya aku baik kogk aku sama opa ku” seru ku namun masih terisak.
“mer, jangan nagis”
“tya, aku nggk punya mama, aku .. aku”
“tuuutttt, tuuuutttt” telpon terputus
From nitya : pulsa ku hbis, kamu jangan nagis yaaa, kamu masih punya aku sayang, merlin kuat ya.

Dan aku pun hanya terus terisak dalam kamar mandi, menagis, menagis dan terus menagis rasanya sesak sekali, hati ku serasa hancur, aku seperti kehilangan diri ku, seperti kehilangan dunia dan hidup ku, aku takut berulang kali pula aku memohon pada Tuhan dan Bunda Maria, aku memohon bahwa ini hanya mimpi.
“tokkk tokk tokk tokk, merliinn, nonaaaaa ??” suara opa terdengar dari luar.
“iya,” aku menjawab dengan suara sereak, menghapus air mata ku dan membuka pintu kamar mandi seketika itu opa ku langsung memeluk ku erat.
setelah keluar dari kamar mandi.
“nona lama sekali di kamar mandi”
aku pun hanya melirik jam yang ada di ruang tunggu teryata sudah jam 2 siang, pantasan opa cemas, aku di kamar mandi lama sekali. Dan akhirnya jam menunjukan setngah 7 malam. Setelah opa mengurus semuanya, pramugari pun mengantar ku ke pesawat Batafia. Akhirnya pesawat take off juga,
“sebentar lagi aku sampai kupang” seru ku dalam hati sambil menatap karangan bunga yang aku pegang sedari tadi. Perlahan ku pejamkan mata semua tentang mama kembali menari-nari indah dalam ingatan ku, 
“selamat ulang tahun merlin” seru mama sambil memberikan ku 10 kue donat dengan taburan coklat, kue kesukaan ku, hari itu tanggal 23 september dan itu hari ulang tahun ku yang ke sepuluh. 

Kemudian aku menagis lagi.
“trimah kasih nona, bunganya bagus, mama suka mawar merah” seru mama sambil memcium sekuntum mawar merah yang aku petik di depan halaman rumah sebagai kado hari ibu. Dan aku pun kembali teringat pertengkaran-pertengkaran kecil yang aku buat dulu hingga mama menagis, kadang hanya disuruh angkat air saja aku mengomel, disuruh masak nasi aku pun mengomel tanpa aku sadari aku telah menyakiti hatinya, aku membuatnya terluka sangat dalam, dan ku sadari itu sekarang, saat dia telah menutup matanya, walau begitu dia tak pernah membenci ku, dia tak pernah marah pada ku,dia wanita terhebat ku, dan baru kusadari, mama ku adalah wanita luar biasa, dia selalu memaafkan siapa saja yang menyakitinya, yang membuatnya terluka, dia terlalu dan lebih dari sekedar sabar, kaut dan tegar.
“para penumpang harap kenakan sabuk pengaman anda, karna sebentar lagi kita akan lending dan welcome to Kupang” seru pramugari, membuat ku tersadar.
“sampai” begitu batin ku berucap.

Setelah aku turun dari pesawat om ku telah menunggu ku di tempat kedatangan. Aku berjalan dengan ogah-ogah seperti tak tahu arah, aku saja tak menyadari bahwa om ku ada di dekat ku. Kemudian dia menarik tangan ku dan mencium pipi ku, memeluk ku erat dan lagi berkata “yang kuat ya nona” aku pun terdiam, dan hanya mengikuti om ku menuju tempat parkir. Seteleah menyalakan motornya.
“nona, ayo naik kita pulang, mama sudah tunggu nona dari tadi” seru om ku dan aku pun menurut. 

Dan ketika hampir sampai di rumah, aku memejam kan ke dua mata ku dengan eratnya,
“Tuhan ketika ku buka mata ku, semuanya hanya mimpi, ku mohon, semuanya baik-baik saja” saat itu juga motor yang aku naiki tadi berhenti dan ketika ku buka mata, banya orang yang ku lihat, di halaman rumah ku yang lumayan besar penuh sesak dengan banyak orang. Ketika aku turun dari motor aku hanya terpaku,
“Tuhan bukan nya aku sudah bilang semua ini hanya mimpi, tapi kenapa ? kenapa kau buat semuanya jadi nyata ? Kau ambil dia dari ku, kau ambil mama ku !!!” batin ku berteriak, seketika itu juga aku berbalik kearah jalan dan terus melangkahkan kaki ku.
“nona mau kemana ? mama disana sudah tunggu, nona jagan begini nanti mama nagis” bisik om ku sambil terus memegangi kedua pundaku, aku pun berbalik dan ku berani kan diri untuk berjalan maju masuk ke rumah, dan kakak ku tetap setia menunggu ku di depan pintu. Rasanya aku pengen berteriak kencang ketika semua orang memandang ku dengan tatapan kasian,
“apa yang kalian liat ? apa kalian senang aku tak lagi punya mama ?” teriak ku dalam hati, namun aku terus melangkah maju. Dan aku pun semakin mendekat dengan pintu rumah ku, ketika aku tiba di depan pintu kakak ku pun memeluk ku erat namun ia tak mengucapkan apa-apa. Aku pun hanya terdiam, dan terus memeluknya, entah apa, mungkin hanya bahasa tubuh ku dan dia yang mengerti apa arti pelukan tadi. Dan sekian lama aku pun melonggarkan pelukan ku, aku menuju meja dan meletakan karangan bunga yang dari tadi ku pegang, dan dengan perlahan aku mendekatinya yang terbaring lema di atas tempat tidur, aku berdiri diujung kakinya dan terus menatapnya, air mata ku terus mengalir tanpa bisa ku cegah, dan aku masih menatapnya,

“ma, aku datang, aku udah pulang, mama nggk peluk aku ? mama nggk senyum sama aku ? kenpa mama tutup mata ? mama nggk mau lihat aku ya ? aku jelek sekali emangnya ? maaa, mama hanya tidur kan, mama bangun, aku udah datang, aku janji nggk lagi tinggalin mama, maaa, merlin dini” seru ku, teriak ku dalam hati, semuanya kata yang ingin ku lontarkan hanya tertahan dibibir, aku seakan tak bisa berbicara lagi, hanya air mata yang mampu menjelaskan, hanya air mata yang mampu menyampaikan semua pertanyaan ku dan semua permintaan ku, kemudian aku tersadar ketika kakak ku menyentuh pundak dan berbisik,

“mama sudah tunggu kamu dari tadi, sana bilang ke mana kamu udah sampai” aku hanya menoleh ke kakak ku, kemudaian aku berjalan maju menghampiri sisi kanan tempat tidur, tempat di mana mama ku berbaring, aku menatapnya lagi kemudian dengan lemahnya dan dengan sisah tenaga ku aku pun memeluk tubuhnya, aku mencium keningnya, aku menciu pipinya, masih sambil menagis,
“maaa, kenapa tubunhnya mama dingin ? mama, maaa kenapa nggk balas pelukan ku ? maa, kenapa nggk balas ciuman ku ? maaa, kenapa mama nggk buka mata ? mama bener nggk mau lihat aku yaaa ?? maaaaaaa ...” aku masih terus memeluknya, aku pun masih terus menagis, aku berharap dia membalas pelukan ku, kemudian kakak ku menyentuh pundak ku lagi, “ adek, air matanya jangan sampai kena mama, nanti mama inagt ade terus” serunya sambil memisah kan ku dari mama,
“terlamabat air mata ku sudah terlalu banyak menetes” seru ku dalam hati. Kemudian aku duduk di kursi mengamati setiap detali wajah wanita terhebat ku. Dia tampak cantik dengan gaun pengantin yang ia kenakan, rambutnya yang panjang, 
“betapa masisnya dia” seru ku dalam hati.
Dan tanggal 31 september 2010.
Pagi itu aku aktif kan Hp ku, dan banyak sms yang masuk,
From nitya : mer, kamu udah nyampe ? kamu baik-baik aja kan ? kalo udah nyampe kasih kabar ya.
From nitya : mer, knapa Hp mu mati ?
From teo : mer, dimana ? baik-baik aja kan ?
From eka : mer kamu dimana ? kamu baik baik aja kan ? 
From erin : mer, jangan nagis terus, kamu nggk sendirian kogk, kamu udah nyampe mer ? sms naeee, kasii jeee kabar, kawatir ni,
From fani : mer udah nyampe kan ? aku turut berduak yaa, merlin yang kuat jangan lupa makan, jaga kesehatan.
Dan masih banyak lagi sms yang masuk dan isinya sama saja, aku pun mulai mengetik,
To nitya : aku udah nyampe dari tgl 29 malam jam setengah 10 malam, hari ini mama ku di makam kan, tya aku baik baik aja kogk, makasih banyak, bilang ama erin ma fani jangan kuatir.
To teo + eka : aku lagi di kuapng, mw ikut pemakaman mama ku, aku baikbaik aja 
Setelah pesan terkirim ak pun hendak keluar kamar untuk ikut misah penguburan, namun langkah ku terhenti, teo telpn,
“halo”
“mer, kamu baik kan ?”
“iya teo,” jawab ku dengan suara bergetar.
“mer, kamu yang kuat yaaa .. salam buat mama mu, aku juga pernah ngalamin kaya kamu, yang kuat mer,jangan lupa maem, jaga kesehatan”
“iya teo makasih akuu ...”
“tuuutt tuutt tuuuttt”

From teo : pulsa ku habis, ini juga udah bel masuk, kamu yang kuat yaa, jangan nagis terus.

Kemudian aku meNonaktifkan Hp ku lagi. Tepat jam 11 pagi, saat itu juga misa di mulai penguburan dimulai, air mata ku terus mengalir, aku tak dapat berucap banyak hal, aku hanya bisa menagis dan menagis sampai akhir dimana aku tak dapat melihatnya lagi.

Aku terbangun saat matahari telah tergantikan oleh caya bulan, aku keluar dan kudapati masih banyak orang yang di luar dan memasang lilin di sekitar kubur wanita terhebat ku. Saat ku lihat suasana telah sepi, aku keluar, aku menyalakan lilin ku dan memasangnya, aku terdiam lama, 
“ma, kenapa mama tinggalin aku ? aku belum siap di tinggal begini, setelah ini apa yang harus aku lakukan ? aku mencintai mu mama, buat mengatakan itu saja aku belum sempat, maaaa ... aku benci sakit dan penyakit yang ada di tubuh mama, kenapa harus mama yang sakit ? kenapa mama nggk bagi sama aku rasa sakit itu ? kenapa mama biarin kangker it mengerogoti payudanya mama ?? maaaaa, anday bisa aku pengen gantiin mama, aku pengen gantiin posisi mama, maaa ...” aku berhenti berucap dalam hati ku, aku menghapus air mata ku lagi.
“maa, pasti mama marah yaa liat aku nagis kaiya gini ?, maa .. aku minta maaf belum bisa jadi anak yang baik buat mama, aku mintta maaf belum bisa buat mama bahagia, aku minta maaf” aku terdiam lagi aku berhenti bergumam dalam hati lagi,
“mama ... buat aku lebih kuat dari sekarang, jaga aku ya maa ...” kemudian aku bangun dan beranjak meninggal kannya terbaring di bawah sana, di tempat dimana dia akan lebih nyaman karna dia bersama Tuhan Yesus 
Keesokan harinya semua baju ku telah aku siap, sebentar lagi kaku berangkat ke Denpasar – Bali. Kembali ke tempat dimana aku harus menuntut ilmu, walau begitu banyak yang menunggu kepulangan ku di sana. 
“ddddrrrrrrtttttt” Hp ku bergetar, ada telpon ternyata,
“halo”
“mer ? udah di mana ? jadi kan balik ke bali ?” 
“jadi tya, aku di rumah masi bentar lagi ke bandara kogk”
“oh iya aku tunggu, tar kalo udah nyampe sms aku”
“iya neng cantik” seru ku sambil cengengesan.
“ahhh, merlinnn, kamu nii malah bercanda, aku kangen tau, kamu sehat kan ? nggk sakit kan ? aku mau cerita banyak, kamu jangan sedih kaya kemaren-kemaren lagi ya, buat aku kawatir aja, jangan lagi matiin Hp nya.”
“iya tya aku baik, aku nggk sedih kogk, cuman hati ku masih sedikit sakit, aku juga nggak matiin HP lagi kogk, miss you too, kamu jangan nagis dongk, jangan buat aku juga nagis lagi, aku udah nggk nagis nii” seru ku tertahan, menahan keran air mata ku yang sebentar lagi bocor, kemudian aku tarik nafas dalam-dalam dan,
“tya aku matiin ya, aku mau ke bandara ni, tunggu aku yaa, makasih banyak tya, daaaa”
“tuuuuttt tuuuttt,” panggilan terputus.
Suara nitya tak terdengar lagi, aku melakukan itu karna aku tak ingin menagis lagi, aku juga tak ingin sahabat ku menagis karena diri ku.
“merlin sudah siap ?” 
“sudah om”
“kalau begitu, pamit sama mama trus kita berangkat, om antar ke bandara” seru om ku, dan aku pun meraih tas ku, keluar rumah dan berjalan mendekati rumah baru mama ku, aku menylakan lilin ku dan memasangnya, sambil dalam hati aku berucap,
“maaa ... aku pamit, aku ke denpasar, aku sekolah, ma, jaga aku yaaa jangan sedetik pun tinggalin aku lagi aku belum bisa tanpa mama” aku berhenti berucap dalam hati kemudian, aku terdiam, menahan gejolak dan rasa sakit yang ku rasa, aku menahan air mata ku untuk tak menetes lagi, sekuat tenaga aku tahan, sampai lutut ku bergetar dengan hebatnya dan dengan sisa keberanian ku,
“maaa jaga aku ya,” aku pun menaruh bunga mawar merah di atas rumah baru nya dan berucap,
“maa, ini buga terakhir ku, nanti kalo aku kembali aku nggk mau bawain mama, bunga ini lagi, aku mau bawain bunga lain buwat mama, love you mama, love you more” seru ku, kemudian aku berdiri dan beranjak meninggal kannya terbaring disana, dirumah barunya.

Tentang Penuli:Maria Theresia, atau sering dipanggil Merlin
Umur 19th
Lahir bulan september, 23 tahun 1994

Cerita Terkait

Bunga Terakhir By Merlin
4 / 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan cerita di atas? Silakan berlangganan gratis via email

FANSPAGE