Ads:
Ukiran Mimpi Dalam Takdirku
Penulis: Hartati
Malam semakin larut suara jangkrik di halaman terdengar begitu mengalun-alun seolah mereka sedang menyanyikan sebuah tembang yang mampu menyihir orang-orang yang mendengarnya sehingga mereka tertidur dengan pulasnya dan hidup dalam mimpinya masing-masing. Angin yang bertiup juga tak mau kalah dengan suara Jangkrik, begitu mendukung untuk menggulungkan tubuh dalam balutan selimut hangat.
Sementara orang-orang sedang terbuai dengan mimpi malam mereka tapi tidak untuk seorang perempuan cantik bernama Fatimah Az Zahra, sudah beberapa malam ini ia tidak bisa tidur, terkadang perasaan lelah dan kantuk amat sering menghampirinya dikarenakan aktivitasnya menuntut ilmu di pondok pesantren Ulumul Qur’an selama seharian penuh, tapi ketika ia merebahkan dirinya di kasur dan berusaha untuk memejamkan matanya lagi-lagi bayang wajah itu muncul dan hadir seakan-akan bayangan itu menari dengan indah dalam pikirannya dan terus saja berulang seperti itu hingga terlihat layaknya tayangan ulang sebuah cerita dalam sinetron yang menampilkan adegan-adegan para tokohnya.
Zahra. Seperti itu lah orang-orang biasa memanggilnya, namanya indah sebagaimana orangnya, parasnya cantik, seorang Perempuan sholehah yang begitu ketat dalam menjaga peraturan Islam dalam kehidupannya. Zahra berasal dari keluarga sederhana, kedua orang tuanya berkerja sebagai petani yang harus menghidupi tiga orang anaknya, tapi dari keluarganya itu lah ia mampu belajar tentang bagaimana kehidupan, bagaimana sulitnya menjalani hidup, bagaimana caranya kita untuk tetap bisa bertahan hidup tanpa menyimpang sedikitpun dari koridor agama Islam meskipun kita sedang berada dalam zaman yang semakin hari semakin modern.
Malam itu begitu sunyi mungkin karena orang-orang sudah tertidur, akan tetapi hal itu sama sekali tidak bisa membujuk matanya untuk terpejam, perlahan ia bangkit dari pembaringan dan memutuskan untuk pergi ke kamar mandi serta mengambil wudhu, “Mungkin lebih baik aku sholat dan meminta petunjuk dari Allah.” pikir Zahra.
Sesaat kemudian ia sudah berdiri di atas sajadahnya dengan menggunakan mukena putih polos, ia berniat ingin melaksanakan sholat Tahajjud dan meminta petunjuk kepada Allah atas semua ini. Sebelum melaksanakan sholat ia sempat melirik jam dinding yang bergantung di samping tempat tidurnya, “Sudah pukul 02:00” ucapnya dengan perlahan karena takut membangunkan teman-temannya yang juga berada sekamar dengannya.
Zahra semakin terbuai dalam shalatnya, ayat demi ayat yang ia baca begitu indah terdengar ditelinga, maklumlah Zahra adalah seorang Qari’ah juga seorang hafidzah di pondoknya dan ia mengerti betul arti dari setiap ayat yang ia baca.
Ketika ia menemui ayat yang menerangkan janji Allah untuk memasukkan hambanya yang beriman kedalam syurga Zahra merasa senang dan begitu berharap semoga ia termasuk dalam kelompok orang-orang yang beriman itu. Dan ketika ia menemui ayat Al-Qur’an yang menerangkan tentang neraka yang diperuntukkan kepada orang-orang kafir dan munafik ia merasa begitu takut, ia takut dan meneteskan air matanya menangis dengan sesenggukkan saat membaca ayat tersebut. Dan dalam hati Zahra berdo’a semoga ia tidak termasuk dalam golongan orang-orang kafir maupun munafik.
Ba’da shalat Zahra menadahkan tangannya keatas dan membacakan do’a yang biasa di baca sesudah shalat Tahajjud, kemudian di ikuti dengan curahan hatinya kepada sang kekasih tercinta yaitu Allah Swt.
“Ya Allah… siapakah gerangan orang yang kelak bisa menjadi pendamping hidupku, baik dalam suka maupun duka, saat tertawa maupun menangis, saat bahagia maupun bersedih, dan yang paling penting adalah menjadi pendampingku dalam beribadah kepada Mu, dalam melaksanakan Sunnah Rasul Mu, dan demi mengharapkan Ridha Mu ya Allah… orang yang akan menjadi imam dalam keluargaku kelak, menjadi imam untukku dan untuk anak-anakku…” pinta Zahra dengan lirih dalam tangisnya.
“Aku ingin dia yang jadi jodohku nanti. Aku merasa dia lah laki-laki yang terbaik dari yang baik-baik diantara semua laki-laki yang pernah ku temui. Biarlah aku berharap padanya dan menggantungkan harapan ku pada Mu ya Allah, kalaupun seandainya dia bukan takdirku di dunia ini maka izinkan lah aku untuk bersamanya di akhirat kelak, izinkan lah kami berdua bersama dalam syurga Mu…” seperti itu lah cinta sucinya Zahra, cinta kepada hamba Allah yang ia serahkan sepenuhnya kepada Yang Maha Mengetahui isi hati.
Perlahan ia rasakan setetes air hangat telah mengalir lembut di kedua pipinya, lagi-lagi wajah itu muncul dalam pikirannya menari indah dalam angannya. wajah seorang laki-laki yang tidak lain adalah ustadz nya sendiri, wajah yang terlihat begitu jujur, bertanggung jawab, dewasa, tampan, dan sangat pantas di jadikan sebagai imam dalam keluarga dengan ke shalehan nya. Wajah yang selalu di idam-idamkan oleh kebanyakan santriwati di pondoknya. Dan wajah ini lah yang belakangan ini selalu muncul dan menghantui pikirannya Zahra. Sudah pasti orang itu adalah ustadz Hafidz, seorang Sarjana Cairo Mesir yang berhasil menyelesaikan program S1 dan S2 nya disana.
Ukiran Mimpi Dalam Takdirku By Hartati |
Zahra masih ingat beberapa minggu belakangan ini saat ustadz Hafidz masuk ke kelasnya untuk mengajar Ilmu Tafsir Al-Qur’an, ustadz Hafidz terlihat sangat berbeda dalam sikapnya terutama hal ini di tujukan kepada Zahra sendiri dan bukan santriwati yang lain, sehingga Zahra merasa menjadi satu-satu nya perempuan yang paling istimewa di bandingkan dengan perempuan-perempuan yang ada di dunia ini.
Ia masih ingat dengan tatapan mata ustadz Hafidz yang tanpa sengaja bertemu dengan tatapannya, ia masih ingat ketika ustadz Hafidz berkata “Aku ingin menikah dengan seorang perempuan yang meskipun hanya seorang santri biasa, meskipun nantinya hanya bekerja sebagai seorang guru biasa tapi pekerjaannya halal”. Ia masih ingat dengan perkataan ustadz Hafidz ketika ia mengajar dan tepat berdiri di hadapannya Zahra “Ya Allah… ini lah orang yang aku harapkan akan menjadi jodohku kelak, saat ini orang nya berada di hadapan ku, aku ingin dia lah yang menjadi jodohku bukan orang lain, karena dia lebih baik dari yang lain.” Begitulah yang di ucapkan oleh ustadz Hafidz, meskipun ustadz Hafidz tidak menyebutkan bahwa nama perempuan itu adalah Zahra tapi entah mengapa perasaan Zahra selalu berkata bahwa perempuan yang dimaksud adalah dia tanpa ia tahu bagaimana perasaan ustadz Hafidz yang sebenarnya terhadapnya bagaimana.
Semua perkataan yang di ucapkan oleh ustadz Hafidz telah melekat begitu kuat dalam pikiran dan bahkan selalu terngiang di telinganya Zahra, sehingga meskipun ia berusaha untuk melupakan nya akan tetapi semua itu akan muncul lagi, dan lagi-lagi wajah ustadz Hafidz akan terbayang dalam benaknya Zahra. Ya Allah inikah yang namanya cinta.
“Astaghfirullah… kenapa aku jadi seperti ini dan kenapa aku terus saja memikirkan orang yang jelas belum halal bagi ku. Ampuni aku ya Allah aku hanya seorang manusia biasa yang begitu lemah tanpa petunjuk dan Rahmat Mu… jika memang dia adalah orang yang Kau takdirkan untuk ku maka pertemukanlah hati kami berdua… tapi jika memang dia bukan orang yang terbaik untuk ku maka jauhkanlah kami tanpa ada salah seorang yang merasa sakit di hatinya” Amin. Kata Zahra dengan khusyuk nya.
Zahra lantas merebahkan tubuhnya di atas sajadah yang tadi ia pakai untuk melaksanakan shalat, tanpa ia sadari mata nya mulai terpejam dan akhirnya saat waktu subuh tiba ia pun terbangun dari tidurnya. Seperti itu lah kebiasaan Zahra yang ia lakukan apabila ia tidak bisa tidur yaitu dengan melaksanakan shalat dan akhirnya ia tertidur di atas sajadah nya sendiri.
Hari ini ustadz Hafidz mengajar di kelasnya Zahra, dan Zahra begitu gelisah dan tidak sabar menunggu kedatangan ustadz sekaligus laki-laki yang sangat ia kagumi dan ia harapkan menjadi jodohnya itu.
“Asslamu’alaikum…” ucap ustadz Hafidz dengan nada suara yang begitu sopan, beliau sempat melihat kearah Zahra dan tepat saat itu juga Zahra melirik kearah ustadz Hafidz, pandangan merekapun bertemu saat itu juga, tapi kemudian kedua orang itu langsung menundukkan wajahnya. “Astagfirullah al ‘adzim…” Zahra langsung mengucap istigfar.
Saat pelajaran berlangsung ustadz Hafidz selalu berusaha menjauhkan pandangannya dari Zahra, dan begitu pula dengan Zahra. Mereka berdua tahu dan mengerti betul tentang hukum agama, meskipun hubungan mereka adalah guru dan murid, akan tetapi mereka merasa takut sehingga tetap saja berusaha menjaga pandangannya. karena kebanyakannya syaitan menggoda manusia dari tatapan mata kita yang tak pernah berusaha kita kontrol dan kita kendalikan untuk melihat yang indah-indah tapi di haramkan untuk kita dan akhirnya apabila kedua mata sudah saling bertemu dan berpandangan maka tatapan mata itu akan berubah menjadi tatapan yang begitu menggoda bagi seorang hamba untuk melaksanakan maksiat. Ya semuanya berawal dari mata. Naudzubillah…
Takdir tampaknya berkata lain, apa yang Zahra harapkan selama ini tidak sesuai dengan kenyataannya. Ustadz Hafidz ingin menikah dengan perempuan lain. perempuan yang sangat cantik, baik, dan yang tidak kalah penting perempuan itu berasal dari keluarga yang kaya. pasangan yang sangat serasi jika mereka berdua bersanding yang membuat orang lain berdecak kagum jika melihat mereka berdua bersama.
Lantas haruskah orang yang terus memendam perasaannya di dalam hati membunuh perasaan itu, mengubur dalam semua harapan, membuang jauh-jauh segala impian, dan melemparkan mimpi yang telah diukirkan dalam setiap do’a.
“Ya Allah… haruskah seperti ini, haruskah aku merelakan semuanya, ini kah jawaban dari semua do’a ku, ini kah jawaban untuk semua harapanku?” lirih Zahra dengan pasrah.
“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)… (Q.s An Nur ayat 26)
Tapi bagaimana dengan Zahra dan ustadz Hafidz, bukankah mereka berdua adalah orang yang baik, bukankah Zahra adalah perempuan yang shalehah dan ustadz Hafidz adalah laki-laki yang shaleh, lantas mengapa tidak bisa bersama. Mengapa takdir harus meluluh lantakan bahtera harapan yang sudah di bangun oleh Zahra dengan susah payah, yang sudah mengakar dan bersumber dari hatinya.
“Semua jawaban sudah jelas, aku memang tidak di takdirkan untuknya dan dia bukan untuk ku… aku tidak menyalahkan takdir, tidak berprasangka buruk terhadap Allah, dan aku juga tak pernah menyalahkan perasaan ini, karena aku yakin ini adalah perasaan terindah yang pernah diberikanNya untuk ku…” ucap Zahra dalam diam.
Memang benar kawan… tidak selamanya sesuatu yang kita anggap paling baik dari yang terbaik akan tetap dan akan menjadi yang terbaik untuk kita, karena pilihan dan penilaian manusia sering kali salah bahkan keliru, tapi pilihan dan penilaian Allah lah yang terbaik dari yang paling baik, dan segala sesuatu yang di tentukan oleh Allah adalah yang terbaik untuk kita sebagai hambanya yang pasrah dalam menerima takdirnya.
Akan ada cerita cinta di luar sana, akan ada seseorang yang selalu menunggumu dan mengharapkan kehadiranmu. Seseorang yang sudah dipilihkan Allah untuk mu… seseorang yang akan setia mengisi kekosongan dalam dirimu seperti bulan yang setia menemani malam, dan matahari yang selalu setia menemani siang, seperti hujan yang setia menemani langit yang mendung, seperti kicauan burung yang setia menemani alam. Dan akan seperti itu lah cerita cintamu kelak… suatu saat nanti, waktu yang kita tidak tahu kapan itu akan datang menghampiri kita, tapi waktu itu akan tiba… masa itu akan tiba. Serahkan semuanya pada Allah.
Tentang Penulis:
Nama: Hartati
Facebook: Hartati Tati
Alamat: Jl. Bawang putih, Kelurahan Kuripan, Kec. Banjarmasin Timur
Status: mahasiswa IAIN Antasari Banjarmasin
Ukiran Mimpi Dalam Takdirku By Hartati
4
/
5
Oleh
Admin