Menunggu Pinangan Kaleo By Maynovika Eka Ruwinata

Ads:
Menunggu Pinangan Kaleo
Penulis: Maynovika Eka Ruwinata

Sudah selama setahun aku menunggu kehadirannya. Tak sedikitpun ada aroma tubuhnya yang tercium disekitarku. Mungkin aku akan putus asa jika dia tak berjanji untuk menemuiku. Tapi untuk saat ini dan esok aku akan tetap menunggu sampai dia datang karena janjinya telah terucap layaknya sumpah pengikatan janji suci. Kaleo, pulanglah!

Dulu, saat-saat manis awal perkenalanku dengannya…
“Kaleo…” ucapnya sambil mengulurkan tangan
Akupun menjabat tangannya dengan malu-malu.
“Aku Abby…” jawabku dengan tertunduk

Waktu perkenalan itu aku masih remaja berusia 19 tahun tepat berada di koridor kampus didepan ruang kelasku. Sejak perkenalan singkat itu hubunganku dengan Kaleo tak hanya berhenti saat itu juga. Mengalir hingga akhirnya aku dengannya telah menyandang status “SARJANA, tepat aku dengannya berusia 23 tahun.” Kemanapun dan dimanapun aku dan Kaleo selalu bersama. Hingga akhirnya Kaleo meminangku tetapi dia memintaku untuk menunggu hingga awal bulan Romadhon. Tepat awal bulan itu ia akan meminangku tapi entah tepat tahun hijriah keberapa. Hinga setahun lamanya aku menunggu dengan letih dan merintih dan berusaha munafik dengan ketegaranku namun yang sebenarnya hatiku rapuh. Akhirnya aku tetap berusaha untuk tetap kuat menunggunya hingga masa itu tiba. Dia berjanji pergi dengan alasan mencari tambang penghasilan untuk menghidupi aku dan anakku kelak. Tapi nyatanya hingga saat ini dia tak kunjung pulang.

Waktu makin cepat berlalu, sebulan lagi Romadhon tiba. Akankah kekasihku yang dulu berikrar untuk meminangku kembali?
Jika saat-saat sepi seperti ini aku rindu dengan kata-katanya “Aku hidup dan kau yang bernafas!” selalu setiap malam ia kirim kata-kata itu melalui SMS.
“By! Kok belum tidur?” ucap Bunda tiba-tiba
“Abby, teringat Kaleo terus. Sampai kapan, Leo menggantungku terus…” kataku dengan suara gemetar
Bunda hanya terdiam dan memandangku miris. Sehari aku hanya makan satu atau dua sendok saja dan seteguk air putih. Berat badanku yang dulu proposional kini kurus ibarat tulang yang hanya terbungkus kulit. Wajahku yang kusam dan tak seriang dulu lagi. Aku kasihan dengan bunda yang setiap hari menahan tangis jika melihat keadaanku tapi aku sendiri juga tak mampu dan terus-menerus menjadi wanita tegar yang munafik. Aku lelah!
Menunggu Pinangan Kaleo By Maynovika Eka Ruwinata
Menunggu Pinangan Kaleo By Maynovika Eka Ruwinata

“AAku tak bisa terus menerus seperti ini..” gumamku
“Harus bisa, By! Aku sakit jika terus melihatmu dalam keadaan kalut seperti ini. Lupakan Leo, dan berpalinglah kepadaku.” Sahut Alroy
“Tidak bisa…” suaraku melemah dan menutup mukaku dengan kedua tangan
“Apa yang kamu tunggu dari laki-laki pengecut macam Leo?” suara Alroy mulai meninggi. “Membuang tenaga dan waktu.” Ucapnya kemudian
“Apa maksudmu berkata seperti itu?” sahutku yang mulai erpancing amarah
Hening…
“APA MAKSUDMU !!” bentakku
“Dia sudah pasti menikahi gadis lain. Dan aku yakin dia hanya menipumu. Jika dia berjanji, harusnya ditepati jika seorang Kaleo kamu anggap bertanggung jawab!” Jawab Alroy tak mau kalah
Aku terdiam sejenak dan akhirnya tak kuasa aku mendengar ucapan Alroy yang menyesakkan dada. Aku menangis sejadi-jadinya. Keras, keras, dan makiiinnnn keraaasss!!!

Malam ini , umat islam akan melaksanakan tarawih pertama. Dan mungkin awal Romadhon ini akhir dari penantian sia-siaku. Akhirnya aku membenarkan ucapan Alroy. Aku tak ingin bernasib seperti istri seorang Bang Thoyib yang beberapa kali puasa dan lebaran ia tak kunjung pulang. Meski itu hanya fantasi sebuah lagu tapi bagiku kedengarannya menyakitkan, dan aku tak ingin seperti itu.

Dan aku mencoba kembali menunggu ketempat dimana aku dapat melihat senja dan bertepatan dengan awal Romadhon. Tiba-tiba aku mendengar suara derap langkah kaki mendekatiku. Tak kuasa kebahagianku kubendung dan ketika aku membalikkan badanku dan ternyata…
Aku tertunduk dan kecewa, ternyata seorang laki-laki paruh baya menghampiriku.
“Kamu menunggu siapa?” tanya laki-laki itu
“Calon suami saya…” jawabku (membalikkan tubuh kearah senja)
“Menunggu…, aku teringat dengan laki-laki yang juga menunggu calon istrinya disini…” ucapnya tiba-tiba
Aku terkejut tapi dengan cepat aku menepis keterkejutanku.
“Pasti bukan Kaleo…” gumamku
“Dia seorang laki-laki yang sukses dan tampan..” cerita laki-laki paruh baya itu berlanjut
Akupun tak enak hati jika memunggunginya. Akhirnya aku membalikkan badan sebagai isyarat mendengarkan ceritanya.
“Sayangnya, laki-laki itu menceburkan diri kedalam danau itu.”
“Apakah dia tewas, Pak?” Tanyaku yang mulai penasaran dengan cerita itu
Bapak itu mengangguk pelan.
“Dan itu pasti bukan Kaleo. Kaleo itu hanya mengkhianati saya.”
“Kaleo? Siapa Kaleo?” tanya Bapak itu
“Calon suami saya yang saat ini sedang saya tunggu. Tetapi dia malah mengkhianati saya.” Ucapku menahan airmata
“Abby? Kamu Abby?” tanya Bapak itu
Aku terkejut, bagaimana dia bisa tahu namaku.
“Bapak siapa?” tanyaku heran
“Aku adalah ayah dari laki-laki yang kuceritakan tewas kepadamu tadi..”
Aku mengernyitkan dahi..
“Yaa.. aku adalah calon ayah mertuamu…”
Teriakanku menggaung merusak warna senja pinggiran danau. Dan tubuhku terkulai lemah diatas tanah

Tentang Penulis:
Nama : Maynovika Eka Ruwinata
Add Fb : Maynhov_Winata
Follow : @NovicaWinata
dan saya sedang menulis sebuah naskah novel. untuk sahabat dejavu “Minta doanya yah…” ??
(Happy Reading)

Cerita Terkait

Menunggu Pinangan Kaleo By Maynovika Eka Ruwinata
4 / 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan cerita di atas? Silakan berlangganan gratis via email

FANSPAGE