Cerita Motivasi: Big Dream By Firda Bing Slamet

Ads:
CERITA MOTIVASI: BIG DREAM 
Penulis: Firda Bing Slamet

Terlihat sesosok yang lebih tepat disebut sebagai seorang remaja menyendiri di sebuah taman. Menatap ke arah cerahnya awan dengan segenggam harapan. Tiba-tiba datanglah dari arah berlawanan seorang wanita tambun berlari tergopoh-gopoh sambil sesekali mendengus-denguskan nafasnya. Hampir saja ia tersandung. Keringat pun mengucur di di berbagai macam area sampai tidak ada yang tersisa. Akhirnya ia pun sampai juga di tempat persemedian sahabatnya. Dengan tangan yang menekuk ke belakang, pelan-pelan ia menghela nafas sambil melontarkan sepatah dua patah kata. 

“Al... hufftt... Happy... hufftt... birth... hufftt... dayyyyy!!!!! Happy birthday, Nyitttttt!!! Hosh hosh hosh...”, dengan sisa nafas setelah berlari-lari tadi ia mencoba sekuat-kuatnya untuk mengucapkan sebuah kata surprise. Dan ia pun langsung memeluk sahabatnya dengan erat sambil berjingkrak-jingkrak kegirangan.
“Al, lo tadi gua cariin kemana-mana tau. Di kantin gak ada, di kelas juga gak ada. Apa lagi di perpus. Haha. Ternyata lo ada di taman FKIK. Hadeh... Tapi... Happy Birthday ya Unyiiiitttt. Ya Allah... Sohib gua ini ternyata udah naik umurnya... Hehe. Gue berharap Allah ngasih umur yang panjang, kesehatan, keberkahan, kecerdasan, kesolehahan dan yang pasti kesuksesan, Al...!!! Dan masih banyak lagi ke-an ke-an yang lain, Al”, sambil berpelukan mereka berdansa-dansa kecil.

“Hahaha. Makasih banyak ya Ndut atas perjuangan lo ngebela-belain nyari gue. And makasih juga buat doanya. Moga doanya juga balik ke elo, Ndut...!”, mereka pun lebih mengeratkan lagi kehangatan persaudaraan itu. Kemudian dengan cepatnya Rara melepaskan pelukannya. Karena tangannya tidak sabar lagi untuk segera menyodorkan hadiah kepada Alya.

“Al, ini buat lo! Hehe. Gue cuma bisa ngasih ini, Nyit. Tapi gue berharap lo suka ama maknanya ketimbang isinya. Maklum, gue lagi emergency soalnya. Haha”, Rara tersenyum malu sesekali menyela keringatnya.
“Haha. Lebay lo, Ra. Lo tu sahabat gue. Gak usah deh sampe ada ras kayak gitu. Eh, tapi makasih banyak ya, Ndut kadonya. Gue suka!!!”
“Lah... Kan belum lo buka kadonya, Al?”
“Ah, gue udah tau kok isinya. Novel ama diary udah jadi makanan gua tiap ultah. Gue apal banget kado lo, Ndut. Haha”.
“Lah terus lo maunya yang gemana, Nyit... Lo bosen yak?”, Rara mengerucutkan mulutnya ke depan hampir bersamaan dengan menyatunya ke dua bola mata.
“Eh, lo jangan serius gitu ngapa? Gue cuma pengen, kita harus lebih peka lagi, Ndut. Gue pengen bertujuh lagi kayak dulu”.
“Hah? Bertujuh? Kita musti bersyukur banget kali udah bersepuluh, Nyit. Lo satu gua nol. Kemana-mana bareng udah kayak angka sepuluh, kan?”.
“Hadeh, Ndut... Kayaknya gue musti narik kata-kata gue tadi deh. Gue tarik terus gue ganti jadi ‘eh, serius dong’”. Alya tahu bahwa Rara sebenarnya hanya pura-pura bersikap konyol. Dan itu membuatya sedikit kesal.

Cerita Motivasi: Big Dream By Firda Bing Slamet

Cerita Motivasi Lainnya: Kumpulan Cerita Motivasi

Beberapa menit tidak ada kalimat. Bahkan kata. Yang terdengar hanya kicauan burung dan gemericik air taman. Dua sohibah itu terdiam merenung dan mengingat kembali memori yang terpendam terlalu dalam saat mereka bersama-sama. Dan yang pasti dengan ke lima sahabat mereka lainnya.
Tapi, keheningan itu kemudian pecah.
“Ra, semalem gue mimpi dahsyat!” Alya membuka pembicaraan dengan mata berkaca-kaca.
“Mimpi apaan lu, Al? Haha”, Rara memicingkan matanya sambil menatap Alya lekat-lekat dan kemudian tertawa.
“Gue berharap de-javu, Ra...”, matanya masih berkaca-kaca.
“Eh, bentar, Al. Interupsi. Hp gue geter”, Rara cepat-cepat membuka pesan singkat itu. Tapi entah apa yang dirahasiakannya dengan secepat kilat dia menutupi layar ponselnya. Kurang lebih dua menit dia terfokus dengan pesan singkat itu kemudian melanjutkan pembicaraan dengan Alya.
“Ah, lo bikin gue penasaran, cerita dong... Tapi jangan bilang kalo lo mimpi ketemu pangeran. Atau dikejar-kejar si Jamal tukang ngibul (baca playboy). Haha. Imajinasi lo terlalu tinggi sih, Al. Jadi sampe kebawa mimpi”, Rara tertawa kemudian mengeleng-gelengkan kepala.
“Jadi gini. Dulu kan gue pernah cerita ke lo, sebelum pengumuman SBMPTN gue pernah dapet mimpi keterima di kampus ini. Pas hari pengumuman, eh ternyata beneran. Nah, kali ini di hari milad gue, gue mimpi lagi. Mimpi kalo salah satu proposal PKM yang kita ajuin itu lolos plus dapet dana dari Dikti...! Ya Allah”, Alya menceritakan dengan menggebu-gebu. Seolah-olah hanya dengan satu tarikan nafas dia berbicara. Tangannya memegang erat lengan Rara sambil sedikit mengguncang-guncangkan. Tapi guncangannya itu tidak berefek apa pun kepada tubuh Rara yang besar.

“Wah... Serius lo, Nyit?! Asiiiikkkkk. Amin Ya Allahhhhhh....!!!”, Rara tak kalah senangnya. Yang diguncangkannya lebih parah lagi. Alya hampir saja jatuh dari kursi taman.
“Haha... Serius lah, Ndut. Masa’ gue ngarang? Emang gue cerpenis apa? Gue sih berharap mimipi di malem milad itu bener-bener sebuah berkah, Ndut. Gue pengen mimpi itu nyata. Apa lagi mimpi itu salah satu mimpi yang paling gede diantara mimpi yang kita-kita targetin. Mimpi gue, elo, Keke, Anggi, Dinda, Chika sama Mita. Tapi kalau pun mimpi itu gak nyata nantinya, gak apa-apa kok. Yang penting kita tetep anti yang namanya frustasi. Toh, masih ada kesempatan-kesempatan yang bakal dateng nantinya. Asal gak nyia-nyian kesempatan aja. Hehe. Gue mikirnya belum nyata aja udah indah. Apa lagi nyatanya ya, Ndut?”. Alya bercerita sambil menahan rasa haru.
“Iya, Nyit... gue denger cerita lo jadi lebih semangat lagi. Gue seneng dengernya. Bikin terharu. Gue juga jadi inget mereka...”, kali ini air mata itu dimulai dari Rara. Kemudian disusul oleh Alya. Dan, tiba-tiba lagi...
“Happy Birthday to you... Happy birthday to you... Happy Birthday.. Happy Birthday.. Happy Birthday... Alya.... Happy Birthday Alya yang ke-18 tahun... ! Moga panjang umur, sehat selalu, makin solehah, pinter and sukses... Tiup dulu dong lilinnya... cieeeee”.

Huft!!!
Saking senangnya, sepuluh lilin itu pun padam dalam satu hembusan nafas.
“Eh, kalian! Ngapa baru ke sini di waktu gue ultah? Mau minta jatah kue lo?! Jahat lo... gak setia kawan”, Alya berpura-pura marah sambil berkacak pinggang.
“Ahahahaha... Lo gak tau ya, Al? Sebenernya yang nyuruh kita-kita kesini tuh si mahluk yang lagi makan kue ultah elo tuh... wih, asiknya tuh anak makan”, Mita menunjuk Rara yang sedang asik menikmati kue sambil tertawa.
“Hah? Serius lo? Pantesan tu anak waktu gue ajak ngobrol malah asik sms-an. Gua kira dia pacaran. Eh, ternyata lagi nyusun strategi tuh anak. Ampun dah. Haha”, Alya menggeleng-gelengkan kepala lemah sambil berdecak kagum dengan sahabatnya yang bertubuh tambun itu.
“Al, maafin gue ya. Jujur, gue sayang banget sama lo”, Chika memeluk Alya dan bergantian dengan Anggi, Dinda, Keke dan Mita.
“Eh, kita foto dulu yuk”, Keke sudah siap dengan kameranya.
“Bilang ‘abadikan setiap momen indahmu dengan berfoto’ ya, Guys.... Cheersssss”.

Tali persahabatan yang terputus kini tersambung kembali. Dan mimpi-mimpi yang tercecer kini teraup kembali. Dalam satu wadah persahabatan yang luar biasa. Mereka berjanji untuk meraih kesuksesan bersama-sama. Mereka berjanji untuk bisa menyatakan mimipi-mimpi besar mereka dalam sebuah nyatanya dunia. Tak peduli sesusah apa pun rintangan itu. Toh mereka akan berusaha memberikan yang terbaik dari apa yang mereka punya. Dan mereka berpegang teguh pada kutipan kata-kata dari sebuah novel favorit mereka “hanya mimpi dan keyakinan yang bisa membuat manusia berbeda dengan makhluk lain. Hanya mimpi dan keyakinan yang membuat manusia sangat istimewa di mata Sang Pencipta”- 5 cm. 

Tentang Penulis:
Nama: Firda Bing Slamet
TTL: Yogyakarta, 16 September 1996
Kuliah: Universitas Jambi
Motto: Never Give Up, Man Jadda Wajada, Going The Exta Miles
Hobi: Menulis, membaca dan menggambar
FB: Firda Nevergiveup@yahoo.co.id
Twitter: @Firda_BS

Cerita Terkait

Cerita Motivasi: Big Dream By Firda Bing Slamet
4 / 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan cerita di atas? Silakan berlangganan gratis via email

FANSPAGE