Tetaplah Tersenyum By Miftahul Hanifah Qohar

Ads:
TETAPLAH TERSENYUM
Penulis : Miftahul Hanifah Qohar

 “Malam ini malam yang cantik ya?” Tanya Raihan , seolah bertanya pada diri sendiri . “nggak semua punya pemikiran yang sama . bener nggak ?” tanyaku. “tapi aku ingin selalu berfikir begitu Sandra “ jawab Raihan . “kenapa ?” tanyaku lagi . “karena keindahan , sesuatu hal yang cantik itu ada di balik kegelapan. seperti bintang , adanya di kegelapan malam”. Ujar Raihan padaku . 

Tak terasa malam itu jadi malam kenangan . kini hanya tinggal memori .aku kembali merantas sepi . “ Sandra !”panggil seseorang . “iya ada apa ?” jawabku . “ oh Raihan “ gumamku . “ kok nggak ikut yang lain di api unggun ?” tanyannya . “ lagi pengen sendiri . lihat bintang lebih seru “ jawabku . “ hmmm bener . tapi itu bukan pilihan “ . ujarnya. “ maksud kamu “ tanyaku . “ sendiri itu egois . “ tegasnya . aku terdiam . “ jadi menurutmu aku egois? “ tanyaku . “ aku nggak bilang , tapi kalau kamu merasa ya …. Itu lebih baik “ jawabnya enteng . “ aku cuma pengen mengenang masa lalu “ . aku berusaha mengelak tuduhannya . aku tak seegois yang dia fikirkan .Raihan berdehem .” jadi keinget tanggal 22 Desember “ gumamnya. aku tersenyum . “ nggak nyangka ya …udah lama kita kenal . sekarang udah nggak bisa sering barengan lagi .” ujarnya dengan mata tertuju ke langit . aku dapat melihat senyumnya . dan kurasa itu masih senyum yang dulu . yang selalu di pamerkan saat bertemu denganku . senyum yang diam diam selalu kurindukan .

“ Gimana sekolahnnya ?” tanyaku . “aku ??” tanyannya. “ jelas … siapa lagi “ ujarku meyakinkan . “ biasa . lancar lancar aja “ jawabnya . “ kayaknya udah bisa beradaptasi nich “ pujiku . Raihan hanya tersenyum . aku memalingkan wajah ke langit , pura pura tak melihat senyumnnya . tak ingin Raihan tau bahwa aku masih mencuri senyumannya . “ sebenarnya masih belajar . sulit menyesuaikan “ ujarnya . “ semangat donk …. Jalani aja yang harus kamu jalani “ sahutku . “ makasih ya …. jadi semangat nich aku ……” ujarnya tampak sumingrah . tawa kecilnya terdengar jelas . “ gimana dengan mimpimu ? sudah menemukan inspirasi ?” Tanya Raihan . aku terdiam sesaat . “ sudah , tapi semu “ jawabku . “ kenapa semu ?” Tanya Raihan lagi . “ karena cahaya itu semakin jauh , aku semakin sulit menjangkaunya .” jawabku sambil mengalihkan pandanganku ke langit . lama kami saling terdiam . “ maaf ya …sandra . aku pergi untuk kembali kok “ ujarnya . “ hmm selesaikan dulu studymu “ ujarku lirih . “jangan mikir macem macem “ lanjutku . “ kamu nggak akan cari cahaya lagi kan ? “ Tanya Raihan .” cahaya apa ?“ ujarku balik bertanya . “ cahaya inspirasi, Sandra “ jawabnya . aku tersenyum . itu kalau kamu nggak menghilang dari kehidupanku Raihan , bisikku dalam hati . 

Terhitung dari 22 Desember aku dan raihan punya ikatan special . tapi bukan ikatan sebenarnya . ikatan semu yang sering dimiliki oleh remaja masa kini. 22 desember adalah saat aku dan Raihan sama sama SMP . saat itu kami kemah pelantikan .dan aku mulai tertarik pada raihan sejak kelas 1 . hanya ngefans awalnya . namun aku tak menyangka bahwa Raihan juga mempunyai rasa yang sama denganku . dan di bumi perkemahan itulah Raihan mengucapkan kalimat yang kurasa itu kalimat terindah yang pernah ku dengar . aku tak memintanya untuk menjadikanku kekasihnya atau pacarnya . aku hanya memintanya untuk tetap menjadi motivasi dan penyemangatku . dan Raihan menerima permintaanku . sejak saat itu aku dekat dengan Raihan . aku juga berkata pada Raihan bahwa dia tak harus selalu terikat denganku . jujur aku memang menyayanginya . tapi itu bukan berarti aku harus selalu dengannya . melihatnya tersenyum adalah hal yang selalu membuatku bersyukur dapat mengenalnya dengan baik . 

“ Jangan nglamun !” ujar Raihan tepat di dekat telingaku . “ siapa yang nglamun “ ujarku ketus . Raihan selalu bisa membuat khayalku terbang tertiup angin. “ jangan cuma berkhayal . wujudkan itu dalam dunia nyatamu “ ujarnya sambil berlalu . Raihan masih sama, datang dan pergi sesuka hatinya di manapun ia berada . 

Tetaplah Tersenyum By Miftahul Hanifah Qohar

Aku termenung meresapi kata katanya . kulihat langit yang semakin pekat . masih ramai dengan cahaya bintang . angin malam mengabarkan suasana hati yang saat ini tersenyum bersama embun malam. 

Aku membalikkan tubuhku , bersiap kambali keperkemahan . namun langkah ini terhenti . aku merasa ada sesuatu yang keluar dari hidungku . benar ! darah itu keluar di saat yang tidak tepat . saat aku bisa tersenyum bersama bintang inspirasiku . kuusap tisu pada hidungku , menjadikannya berwarna merah . ku arahkan ekor mataku ke sekeliling. memastikan tak ada yang melihat kejadian tadi . sungguh aku sangat menyesal karena penyakit ini aku jadi lemah . bukan sekuat dulu . saat aku masih SMP . hal itu juga yang menyebabkan aku kurang aktif ekstra pramuka di sekolah . jika aku boleh meminta aku akan meminta : Tuhan … beri aku umur lebih panjang lagi untuk dapat melihat senyumnya .

“ Lama banget kamu , ngapain aja tadi ?” tanya raihan cuek . “tadi ada bintang jatuh , pasti kamu nyesel banget tadi nggak tungguin aku “ jawabku seolah tak peduli dengan sikapnya yang cuek . dan benar . dia hanya tersenyum tipis dengan nada sinis . “ apa bagusnya bintang jatuh . sebenarnya bukan bintang kan , kenapa masih percaya yang begituan “ ujarnya sinis . “ hmmmm udah lupa ? kamu dulu yang paling semangat saat ada bintang jatuh saat kemah ? “ ujarku sinis .“ kapan aku pernah lihat bintang jatuh saat kemah ?” jawabnya lebih ketus . “ sombong kamu udah lupa saat itu “ ujarku tak kalah ketus. Aku pergi meninggalkannya yang masih terpaku di depan tenda . 

Langkah ini terhenti saat ada seseorang menghampiriku . “kak Sandra , aku boleh tanya sesuatu ?” ujarnya malu malu . aku mengangguk . “ tanya apa ?” ujarku . “ nanti acara selesai jam berapa ?” tanyanya . aku merenung kemudian berucap “ mungkin kurang lebih jam 11 malam , kenapa ?” tanyaku . “ boleh izin keluar ?” tanyanya . “kemana ? bukannya nanti masih ada pentas seni ?” ujarku . “ sebentar saja kak . ada yang mau saya temui “ pintanya . “ orang tua ?” tanyaku. “bukan , tapi ….teman “ ujarnya terbata bata . aku tersenyum . “ teman apa teman ?” godaku . dia hanya tersenyum , senyum yang mengingatkanku pada senyum raihan saat SMP . senyum simple yang selalu membuatku ikut tersenyum karenanya . “ oke , tapi untuk jaminannya berikan kartu namamu “ ujarku tegas , agar dia tak seenaknya saat meminta izin . “ terimakasih kak. “ ujarnya dengan wajah yang lebih ceria dari tadi . aku membiarkannya berlalu setelah mengucap salam padaku . 

“ Ada anggota yang masih di tenda ?” tanya Anwar dengan suara tegas , namun masih ada unsur wibawa . mereka hanya terdiam , mungkin takut dengan Anwar yang terkenal galak . “bisakah kalian menjawab “ ujar Diky yang ikut membuat suasana semakin mencekam. “ siap ! tidak ada kak “ ujar seorang dari mereka dengan lantang . “berani di cek ?!! “ tanyaku . mereka terdiam kikuk . aku tersenyum sinis . aku merasa menang karena ada satu kartu nama yang kubawa sebagai jaminan . “ sekarang berbaris sesuai dengan kelompok masing masing ! “ perintah Anwar dengan tegas . mereka segera berbaris sesuai intruksi . aku menghampiri Raihan . “ lagi ngapain disini ?” tanyaku . terlihat wajahnya masih menatap langit malam . “ bintang “ jawabnya . satu kata yang membuatku mengerti . “ tapi bukan bintang jatuh , bintang yang sebenarnya “ lanjutnya . aku tersenyum . “ bintang itu nggak pernah cuek ya …” ujarku menyindirnya . Raihan mengganti arah tatapan matanya tepat di mataku . “ tapi bintang itu perhatian , selalu bercahaya “ ujarnya datar . “ kalau gitu aku bukan bintang dong …” tukasnya . aku tertunduk . “ kamu bukan bintang , tapi kamu cahaya yang hadir dalam kegelapanku “ ujarku lirih . “ makasih …. “ ujarnya sambil tersenyum . masih senyum yang selalu kurindukan . aku membalas senyumnya . Raihan berlalu dan meninggalkan bekas telapak tangannya di kepalaku . aku akan menyimpannya di sini Raihan . batinku . hatiku selalu punya tempat untuk menyimpan semua tentangnya. 

Perkemahan itu berlangsung begitu singkat . aku mengemasi barang ku dan bersiap pulang . “ Sandra , kamu di cari anwar tuh … “ ujar Acha . “ oke , makasih “ jawabku . aku bergegas menemui Anwar . “ ada apa ?” tanyaku begitu dia ada di depanku .“ bisa ngomong?” tanyanya . aku mengangguk dan mengikuti langkahnya menuju sebuah pohon . “ hmmm Sandra , sebenernya aku udah lama pengen ngomong ini sama kamu . tapi aku nunggu moment yang tepat , aku tau kamu suka perkemahan . aku mau moment ini nggak bakal kamu lupakan “ ujarnya . aku mencoba untuk menerka apa yang di maksud Anwar . tapi aku masih bingung . “ aku nggak ngerti apa maksud kamu “ ujarku . “ kamu masih sendiri kan ?” tanyanya lagi . “ sendiri ? kamu tau aku kan … dari SMP aku sendiri . masak iya kamu udah lupa ?” tanyaku . “ kenapa nggak cari pengisi hati ?” tanyanya . aku tersenyum . “ belum percaya sama komitmen “ jawabku . “ tapi aku mau buat kamu percaya sama komitmen “ ujar Anwar . aku mengangguk . ahirnya aku faham apa yang dimaksud anwar . “ sulit. beralih dari bintang satu ke bintang lain itu imposible “ ujarku . “ kamu tau ada banyak bintang , tapi kenapa kamu memilih satu ?” tanya Anwar . “ karena dari satu aku jadi tau banyak hal .“ ujarku . “bukankah jika kamu memilih banyak bintang kamu akan tau lebih banyak “ tukasnya . “entahlah …. aku lebih suka satu bintang untuk waktu yang tidak sebentar “ ujarku.“ bintang itu berasal dari banyak satuan cahaya , begitu pula dengan orang orang special dalam hidupku . karena banyak hal yang ku lalui bersamanya yang membuatku semakin mengerti . itulah mengapa mereka kusebut bintang dalam kehidupanku , bukan yang paling terang tapi yang selalu ada “ ujarku panjang lebar . “ jadi aku yakin kamu mengerti “ lanjutku .aku menepuk pundaknya , “ kita itu sobat !” tukasku . aku membiarkannya tetap di sana .di bawah pohon dalam balutan gelap .

“ Darimana kamu ?” tanya Raihan saat aku kembali . tampaknya dia cemas . uh … jangan jangan aku yang terlalu ge-er . batinku . “ dari cari angin malam “ jawabku . Raihan mengikutiku . tampaknya ada sesuatu yang ingin dibicarakan . “ tadi kamu di cari Anwar . udah ?” tanyanya . aku mengangguk . “ dia ngomong apa aja ? “ tanya Raihan . “ nggak , cuma konsultasi . nggak penting kok “ jawabku . “ kamu nggak ada apa apa sama dia kan ?” tanyanya lagi . aku menghentikan langkahku . “ nggak Raihan . kamu kayaknya takut banget kehilangan aku “ ujarku . kulanjutkan langkah kaki yang sempat terhenti. “itu jelas ! kita memang bukan sepasang kekasih atau pacar . tapi …. aku sayang kamu . kamu tau itu kan ? kamu nggak akan membuka hati itu untuk orang lain kan ? “ tanyanya dengan nada lebih tegas daripada nada sebelumnya . “ Raihan , aku terlalu takut untuk melepas cahaya dalam hatiku untuk menerima cahaya yang baru “ tukasku . Raihan tersenyum . di letakkannya kedua tangan itu di atas pundakku . “ aku percaya itu . jangan kecewakan aku ya “ ujarnya . “ aku nggak bisa semudah itu untuk mengecewakan orang yang kusayang” jawabku . “ so don’t worry “ lanjutku . 

Seminggu setelah perkemahan , “ hati hati ya Raihan …. Jalani apa yang harus kamu jalani . jangan kembali sebelum mimpimu terwujud . jangan pernah berhenti jadi pemimpi , dan jadilah pemimpi yang bertanggung jawab “ ujarku saat aku mengantarnya ke Stasiun . karena disanalah dia akan berangkat merajut mimpi mimpinya . aku tak bisa memintanya untuk tetap disini . karena pada hakikatnya bintang itu memang jauh . “ jangan berhenti berkarya . mimpi itu indah saat di dalam dunia nyata . bukan dalam imajinasi “ ujarnya dengan mengacak rambutku . aku memasang wajah kusut . tapi aku tak marah karena tak lama lagi dia akan jauh. “ jangan cari bintang lagi ya…………” ujarnya . aku mengangguk .

Ujung senja semakin memerah .memantulkan cahaya jingganya . “tuh keretanya udah datang . berangkatlah , nanti kamu telat . jaga diri baik baik ya “ ujarku mengawali melambai tangan padanya . Raihan membalasnya dengan lambaian yang sama . aku tersenyum diatas deru kereta yang semakin menjauh . tapi air mata ini tak sanggup bertahan lebih lama . aku menangis dalam guyuran embun malam yang melahirkan suhu begitu dingin karena malam telah datang . 

Liburan berahir dan aku harus kembali menekuni aktivitasku sebagai siswa SMA . belajar belajar dan belajar . tapi untukku menulis adalah hal utama dalam kehidupanku . cita cita jadi penulis tak bisa ku abaikan karena aku harus banyak latihan untuk jadi penulis seperti idolaku , Pipiet Senja . 

“ Sandra , novelmu masih aku bawa “ ujar Dinda . aku hanya membalasnya dengan senyuman . “ bantu aku kerjakan pr kimia dong . sulit nih ! “ pintaku . “ tumben mau kerjakan pr kimia “ sindir Liza . “ hmmm penulis juga butuh pengalaman dari banyak ilmu kan ? “ ujarku . Liza mengangguk membenarkan . “ aku pinjam novelmu dong “ ujar Angga . “ masih di bawa Dinda “ jawabku . “ yah ! keduluan lagi kan .kapan aku jadi pembaca pertama “ keluh Angga . aku tersenyum . “sorry “ celetuk Dinda . “ kenapa nggak kamu kirim ke penerbit ?” tany Liza . “ aku masih terlalu dini untuk mengirimnya . belum siap terima kritik dari para penulis yang lebih senior “ ujarku .” bukannya lebih baik kalau di kritik “ ujar Angga . aku mengangguk membenarkan perkataannya .“ sukses buat kamu ! jangan lupa kami pokoknya “ tambah yang lain . aku bahagia karena kehadiran mereka membuat mimpiku semakin hidup. suasana jadi semakin riuh karena kesibukan mereka mulai berjalan ,mengerjakan pr yang belum tersentuh .

Anganku kembali melayang ke atas , bergulat dengan awan putih . apa kabar Raihan ? masihkah dia semangat menjalani kehidupannya . terahir aku membaca statusnya , dia sedang putus asa karena gagal membawa piala emas saat ada olimpiade . setahuku bintang itu tegar . tak peduli badai dan awan hitam yang menghalangi cahayanya . tapi baginya yang terpenting adalah bagaimana caranya agar ia tetap bersinar untuk dimensi yang masih gelap . entah gimana dengan Raihan .

Aku pulang dengan perasaan was was . tadi aku sempat pingsan dan mimisan . aku takut stadium kankerku akan bertambah . aku segera menemui mama saat sampai rumah . “ mama! “ panggilku .” ada apa Sandra ?” tanya mama . “ ma antar Sandra ke dokter dong . sekarang! “ pintaku . “ Sandra mimisan lagi ya ?” tanyanya dengan mimik hawatir . “ ya . tapi sedikit “ jawabku . 

Mobil meluncur membelah aspal hitam . darah itu kembali mengalir dari hidungku . “ ma tisu “ pintaku . dalam hitungan detik tisu itu telah berubah menjadi merah . mama tampak panik . “ aku baik ma “ hiburku . “ tapi darahnya keluar terus “ mama tampak semakin hawatir . Tuhan … jangan buat mama hawatir dan menangis lagi . pintaku .

Aku mencium bau infus ketika aku membuka mata . mata mama tampak merah . aku tau pasti mama menangis . aku tersenyum padanya . berharap senyum itu dapat mengurangi luka hatinya . papa tampak tertunduk dengan muka kusut . “ maafkan papa Sandra “ ujar papa lirih , membuat hatiku ngilu saat mendengarnya . aku tak sanggup membalas perkataan papa . ini bukan salah kalian . aku yang salah . andai aku boleh meminta aku akan meminta , tolong jangan buat mereka bersedih , apalagi menangis . tapi aku hanya bisa berbaring lemah . menunggu namaku di panggil oleh malaikat. 

Aku tau kanker otak yang telah lama hadir kini sudah mencapai stadium ahir . aku hanya bisa pasrah. aku telah menulis surat untuk teman temanku . kukatakan pada mereka bahwa aku harus berhenti jadi penulis . karena akan ada penulis yang lebih hebat daripada aku , mereka lebih pantas mengidolakan penulis yang lebih berbakat , lebih pantas membaca tulisan penulis sesungguhnya yang lebih bermakna daripada tulisanku . aku cukup jadi sahabat mereka . aku juga mengirimkan novel hasil tulisan tangan terahirku pada Raihan , aku berpesan padanya bahwa masih banyak hal yang harus dilakukan daripada menunggu sesuatu yang tak mungkin kembali lagi (aku) . Raihan tak usah datang saat aku pindah ke tempat yang lebih abadi . karena itu akan membuat senyum manisnya hilang , membuat mata hitamnya merah oleh air mata . 

Dan aku ingin berpesan “ tak ada penulis dengan tinta keabadian , karena keabadian itu hanya ada pada dimensi khayal , selama ia masih bisa menggambarkan khayalnya maka selama itu pula jemarinya akan terus menari. ku tau , kamu tau , dan kalian tau jemari punya titik jenuh , maka kejenuhan itu takkan melahirkan keabadian “ .

Tentang Penulis :Namaku miftahul hanifah qohar, sering di panggilnya Qohar :) atau ada juga yang iseng manggil Djumi , hehe nggak nyambung kan ? Lahir di kota Rafflesia, 03 oktober 1998. sekarang sekolah di MAN Nglawak Kertosono Nganjuk, bermukim sementara di PP. Miftahul Ula' . untuk mengenalku lebih detail lewat fb :mifthahul qohar

Cerita Terkait

Tetaplah Tersenyum By Miftahul Hanifah Qohar
4 / 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan cerita di atas? Silakan berlangganan gratis via email

FANSPAGE