Lagu Rindu Hanya Untukmu By Inka Firda Rahman

Ads:
LAGU RINDU HANYA UNTUKMU 
Penulis : Inka Firda Rahman

Kapan kamu akan pulang? Aku disini menantimu bertahun-tahun. Aku ingin membelai wajahmu, aku ingin menyentuh lembut pipi halus itu. Bintang pun serupa denganku menginginkan pangerannya kembali. Tahukah Engkau? Perasaanku gundah gelisah memikirkanmu. 

Bayanganmu tak pernah hilang. Hari-hari aku jalani dengan penuh berat. Karena aku disini tanpamu. 
Berjalan diantara teman-teman yang bersama pasangan, membuatku sangat iri. Pagi tak lagi seindah dulu, kini buruk. Aku duduk dibawah pohon rindang bersama Saraswati, sahabat dari kecil. Hembusan nafas berkali-kali aku keluarkan. Bosan dan jenuh. Aku ingin ada seseorang datang kesini.
“Mungkin, dia enggak akan pulang deh, dia disana kayaknya udah ngelupain lu,” kata Saraswati. Aku menoleh padanya. Setiap hari—bila aku dan dirinya kemari, kalimat yang sering aku dengar seperti itu. Tidak akan kembali. “Ibaratkan lu itu kayak lagi nunggu buah durian jatuh dari pohonnya tapi ngk jatuh-jatuh,” timpalnya.

Aku terdiam, menopang dagu. Apa benar yang dikatakannya? Namun, hati ini terus berkata ya, dia akan segera kembali. Sekali lagi aku menghela nafas. Angin sepoi-sepoi mulai menerpa wajah kami. Menerbangkan rambut-rambut. Kemudian, seseorang melambai ke arah aku dan Saraswati. Aku menegakkan badan. Ternyata Ican, teman sekaligus pacar Saraswati.

Dulu, aku yang menjadi Saraswati. Tersenyum menyambut kehadiran Roy (pacarku). Itu menyenangkan, begitu membahagiakan seperti anak kecil bertemu ibu. Ican memeluk pacarnya dihadapanku. Menyesakkan, aku hanya bisa menahan air mata. 
“Eh, Ri, kata Roy dia pasti balik. Bilangnya 2 hari lagi.” ucap Ican. Aku sudah berkali-kali mendengar berita kepulangannya. Dan tepat hari kepulangan, dia tidak muncul. Membuat sakit sekali. Aku menyahut iya. “Ya udah, nikmatin berdua. Gue mau cari buku.” 

Tiba ditoko buku, aku jadi teringat saat Roy mengantarku ke tempat ini. Seraya menggandeng tangaku, lalu masuk tanpa malu. Tapi, hanya masa lalu. Aku melangkah masuk. Tinut tinut! Suara ponselku berbunyi. Ketika aku lihat, Roy. Bingung, akan aku angkat atau tidak. Aku matikan. 

Bermenit-menit berdiri memilih buku, tak ada yang pantas untuk perasaanku. Jadi, aku putuskan membeli buku kuliahku. 

Malam,...
Sunyi, dirumah sedang tidak ada orang. Mamah dan papahku pergi, entah kemana bersama Risma. Sambil makan roti sandwich, aku membaca buku yang tadi aku beli. Ponsel ku selalu saja berbunyi. Tidak ku terima karena Roy yang menghubungi. 

Lagu Rindu Hanya Untukmu By Inka Firda Rahman

Riau, malam hari...
Sangat tidak sabar bertemu kekasih tercinta yang telah lama tak bertemu. Bagaimana wajahnya sekarang? Semakin cantikkah? Laki-laki gagah terus bertanya-tanya dalam hati. Namun, gelisah menghampirinya. Fikiran negatif pun hadir diujung-ujung saraf. Putus? Aduh!
Laki-laki gagah tengah duduk di muka halaman sambil meminum teh hangat, dan ia kesal. Meremas-remas ponsel yang berada digenggaman. Kenapa susah dihubungi? Sedang apa bidadarinya? Bangkit dari tempat duduknya, mondar-mandir cemas. 

Sampai pukul dua belas malam tepat. Yang laki-laki tersebut lakukan hanya macam bos pusing.

Aku bangun dan bersiap pergi ke kampus. Ah iya, hari ini tidak ada jadwal. Aku bebas. Rencananya, aku ingin seharian ditempat kenanganku bersama Roy. Saraswati meng-SMSku bahwa Roy akan pulang kini. Bagiku itu berita basi. Tidak ku tanggapi apapun. 
Cerahnya sabtu. Orang-orang mulai menjalani aktivitasnya. Senyuman matahari membuatku semangat untuk mengerjakan tugas. Sesampainya disana, sepi. Cahaya mentari terselip daun-daun pohon. Bunga bermekaran, rumput ternyata sudah dipotong kemarin. Indahnya.
Bandara... Siang hari....

Roy cepat-cepat berlari menenteng koper dan tas, menerobos. Segera ia menyetop sebuah taksi. Dirinya sudah cemas, perasaan tak enak terus mendatangi. Pikiran-pikiran setan mengelilingi otak. Roy menyuruh pak supir taksi cepat, karena sedang terburu-buru.
Keringat bercucur, menetes, menjiplak baju. Namun, itu Roy biarkan. Datang di kampus, ia bertemu Ican dan Saraswati. “Roy? Kok? Sekarang pulang bukan bes—” kalimat temannya dipotong. “Mana Riri? Biasanya sama kalian?” Saraswati mengangkat bahu.

Roy mengerutkan alis, wajahnya bertanya-tanya. “Dari pagi, mas Roy enggk ada. Soalnya lagi bebas. Samperin geh kerumah. Muka Riri cemberut aja.” Roy mengangguk. Ia menelfon supirnya.
Nihil. Roy datang ke rumah, Riri pergi. Ia cari ke caffee, kedai makan dan toko buku pun hasilnya sama. Saraswati benar-benar tidak tahu dimana bidadarinya. Tiba-tiba ia teringat taman. Buru-buru membanting setir. 

Aku tidak menyelesaikan tugasku. Sebab, telah selesai. Aku hanya duduk-duduk disini. Mengenang masa lalu. Begitu hangat. Mungkin betul apa yang dibicarakan Saraswati, Roy tidak pernah kembali menemuinya. Namun, kenangan tidak ia lupakan saja. 2 tahun menjalani hubungan berakhir diujung jalan. 
“Riri!!!”, seseorang memekik dari jauh. Laki-laki berlari, melambaikan tangan kanan. Aku berdiri, melihat siapa yang memanggilku. Roy? Dengan mendadak, setelah sampai dimuka, Roy mendekapku. Nafasnya belum bisa ia atur. 

Inikah kekasihnya? Yang hangat? Aku membeku tak bisa berkomentar apa-apa. “Riri sayang, maaf aku baru pulang. Kamu baik?” tanyanya. Roy menatapku, aku masih diam. Jadi, benar yang dikatakan Ican kemarin. “Sayang, kenapa?” aku menggeleng. Sebuah cincin jatuh dari tanganku. 
Roy memungutnya, memakaikan lagi dijari manis kiriku. “Sayang, ini aku Roy. Kamu lupa? Kenapa? Ada apa?” Aku tersenyum, linangan air mata menari-nari dipelupuk mata. “Inget banget, aku baik. Sangat baik.” Roy sekali lagi mendekap. Hangatnya. “ Aku enggak akan pergi lagi, sayang.” Mencium keningku. 

Tentang Penulis:Saya adalah seorang murid di SMPN 7 Cirebon kelas IX H. Ini adalah cepen perama saya, yang saya publishkan. Mohon kerja samanya, dan semoga suka.

Cerita Terkait

Lagu Rindu Hanya Untukmu By Inka Firda Rahman
4 / 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan cerita di atas? Silakan berlangganan gratis via email

FANSPAGE