Bintang untuk Lintang By Hafizhah

Ads:
BINTANG UNTUK LINTANG
Penulis : Hafizhah

Hembusan angin pagi menerpa lembut di wajah Bintang. Dihirupnya udara segar yang keluar masuk dihidungnya. Bersama-sama ia kayuh pedal sepeda dengan kencang bersama sahabat terbaiknya, Lintang. Tentunya dengan senyum penuh semangat mereka lewati hamparan sawah yang luas menuju tempat mereka menuntut ilmu.

Ini dia kisahnya, ikuti guys!

Bintang dan Lintang. 2 sahabat yang saling bertolak belakang namun juga saling melengkapi. Kala itu, mereka masih duduk di kelas sebelas SMA. Bintang adalah seorang cewe yang misterius tapi mempunyai sifat yang perhatian, ramah, ceria, hangat dan peduli kepada siapapun. Sedangkan Lintang adalah seorang cowo dengan sifatnya yang cuek, pendiam, dingin, dan tak peduli dengan keadaan sekitarnya. Namun semenjak mereka bersahabat, mereka bisa melengkapi satu sama lain. Hal yang paling tak pernah Bintang sangka adalah saat Lintang yang merupakan anak dari Pemimpin Yayasan sekolah itu mau berteman dengannya yang hanya berasal dari keluarga yang kurang mampu. Dan ada satu hal persamaan dari mereka, yang membuat mereka saling mengerti satu sama lain yaitu keluarga mereka yang sama-sama tidak harmonis.

“Lintang, hari ini lo kan ulang tahun. Kenapa sih tu muka kusut banget, harusnya lo itu bahagia dihari ini” ujar Bintang, saat mereka berada di sebuah taman hiburan yang bersebelahan dengan sebuah danau yang ditempati oleh banyak kura-kura. Taman itu adalah tempat favorit mereka dan tempat itu juga bagaikan penyihir yang bisa membuat hati mereka yang kacau jadi damai.
“Males ah, lo kan udah tau gue gak suka” ucap Lintang ketus sambil melempari beberapa batu ke danau.
“Aneh deh lo, massa gak suka ulang tahun sih. Dimana-mana hari yang paling orang tunggu-tunggu itu ya hari ulang tahunnya” ucap Bintang.
“Apa nggak ada bahasan yang lebih penting dari pada ngomongin soal ulang tahun”. “Ya ya ya, susah deh ngomong sama cowo aneh” ujar Bintang dengan santainya. “Lo juga aneh. Dari dulu lo gak pernah mau ngasih tau kapan tanggal lahir lo. Emangnya kapan sih?” tanya Lintang. “Hmmm, ntar juga lo tau sendiri koq...” ucapan Bintang membuat Lintang mengerutkan keningnya dan Bintang pun hanya tersenyum. “Lintang, pulang yuk!” ajak Bintang ketika dia mulai merasa tak nyaman karena tiba-tiba dadanya terasa sesak. “Lo kenapa? Koq muka lo pucat?” tanya Lintang. “gak kenapa-napa koq. Mungkin karena kecapean aja, yuk pulang!” ujar Bintang yang menyembunyikan sesuatu dari Lintang. Lintang pun hanya mengangguk dan menuruti kemauan sahabatnya.

Saat Lintang sampai di rumahnya, ia melihat adiknya yang tengah menangis di depan rumahnya. “Sil, kamu kenapa?” tanya Lintang kepada adiknya yang bernama Silvia. “Mama dan Papa, kak..” Silvia tak mampu melanjutkan kata-katanya karena kesedihannya terlalu kuat. Dan Lintang pun langsung mengerti saat mendengar kata-kata pertengkaran dari ibu dan ayahnya. Kata-kata menyakitkan yang menusuk hatinya, dan yang seakan menghancurkan hidupnya. Lintang melihat semua kejadian buruk itu, melihat saat ibunya ditampar oleh ayahnya dan mendengar kata-kata... “Bawa 2 anak bodohmu itu angkat kaki dari rumah ini. Karena aku akan segera menceraikanmu. Kalian semua udah gak ada gunanya lagi..” ujar Ayahnya yang berteriak kepada ibunya. 

“Mama sama Papa mau cerai?” tanya Lintang yang berusaha menguatkan hatinya.
“Lintang, maafin Mama. Mama udah nggak tahan. Mungkin ini semua yang terbaik untuk kita” ucap Ibu Lintang dengan berat hati sambil terisak menangis.
“Ohh, yaudah. Terserah” respon singkat yang Lintang lontarkan lalu pergi lagi dengan menaiki motornya.
“Liat itu! anak yang selama ini kamu bangga-banggakan, dia aja udah nggak peduli sama kamu” ujar Ayah Lintang dengan senyum jahatnya.
“Itu semua karna kamu, kamu yang tak pernah perduli dengan keluarga kamu. Kamu yang....” ucapan Ibu Lintang terputus saat sebuah tamparan mendarat di pipinya lagi. Ibu menangis sambil memegangi pipinya yang memerah karna tamparan keras itu. Sedangkan Ayah Lintang langsung pergi meninggalkan Ibu. Silvia hanya bisa menangis, hatinya juga sangat sakit menerima kenyataan itu.

Lintang tak bisa mengendalikan emosinya dan langsung meninggalkan rumah dengan amarah yang membara.
“Hhh, kata-kata macam apa itu? Yang terbaik? Mungkin terbaik untuk kalian. Kalian tak pernah memikirkan perasaan aku dan Silvia” keluh Lintang saat mengendarai motornya.
“Untuk ke-sekian kalinya. Gue ngucapin MAKASIH buat hari ini. Karna gue dikasih hadiah yang sangat mengejutkan di hari yang gak pernah ada artinya buat mereka” ujar Lintang sendirian. 
Ditelusurinya jalan raya dengan kecepatan yang tidak stabil, tak peduli apa yang akan terjadi di jalan raya itu, ia tetap melaju dengan kecepatan tinggi. Bahkan kalaupun dia harus mengakhiri hidupnya di jalanan itu, ia sudah siap dengan segala resikonya.

* * *

Beberapa hari berlalu, Bintang sudah tak pernah terlihat lagi di sekolah. Lintang berusaha untuk mencarinya tapi dia tak tau Bintang dimana. Orang itu seperti menghilang ditelan bumi. Lintang pun tak tau rumah Bintang dimana karena Bintang adalah sosok seorang yang misterius.
“Hari ini Bintang gak masuk lagi ya?” tanya Lintang kepada Sinta, yang merupakan teman sekelas Bintang. “Iya, udah seminggu ini dia gak masuk” ujar Sinta. “Emangnya dia kemana?” tanya Lintang lagi. “Denger-denger sih, katanya Bintang sakit, tapi gak tau sakit apa” jawab Sinta. “Hmm ya udah deh. Thanks ya!” ucap Lintang sebelum dia pergi dan Sinta pun hanya mengangguk.

Di bawah rindangnya pepohonan, Lintang duduk di sebuah bangku taman favorit mereka itu yang menghadap ke sebuah danau. “Bintang sakit? Sakit apa? Kenapa sampai seminggu gak sekolah? Emangnya parah?” tanya Lintang bertubi-tubi pada dirinya sendiri sambil melempari batu-batu kecil ke danau itu.

Ada saat ketika hampir 2 minggu berlalu, akhirnya Bintang kembali memutuskan untuk ke sekolah karena mungkin baginya itu adalah hari terakhir dia sekolah. Orang pertama yang sangat ingin dijumpainya di sekolah yaitu Lintang, tapi dia tak punya cukup kekuatan untuk mengucapkan kata perpisahan kepada Lintang. “Lo kemana aja sih? Hampir 2 minggu lo gak masuk. Emangnya lo sakit apa?” tanya Lintang saat mereka sudah berjumpa. “Hmm, Lintang. Sebaiknya kita gak usah sahabatan lagi..” bukannya menjawab, Bintang malah berucap seperti itu. “Lo ngomong apa sih? Becanda lo gak lucu tau gak..” ujar Lintang. “Gue serius. Gue gak pengen lagi sahabatan sama lo” ujar Bintang menyembunyikan kesedihannya. “Koq omongan lo jadi ngawur banget sih? Lo kenapa? Kalo ada masalah kan bisa diomongin baik-baik, gak begini caranya.” Lintang pun mulai mengerutkan dahinya.
“Lintang, mulai sekarang lo lupain gue ya. Dan gue juga akan lupain lo. Anggap aja kayak kita gak pernah kenal” ujar Bintang yang langsung pergi meninggalkan Lintang yang tengah di landa tanda 
tanya karena sikap Bintang yang tiba-tiba jadi begitu.

“Hhh,, hebat. Setelah keluarga gue hancur dan pergi dari gue, dan sekarang sahabat gue juga ninggalin gue. Bintang, apa lo gak sadar dengan ucapan lo itu. Lo gak seperti Bintang yang gue kenal selama ini. Lo kenapa??”

* * *

Beberapa bulan berlalu....

Tetes air mata turut berjatuhan di sepanjang lorong rumah sakit yang dingin dan dipenuhi dengan bau obat. “Bintaaang? Tunggu kakak. Bintang??” Teriak Bulan kepada Bintang yang tengah berlari di sepanjang lorong itu. Bintang sama sekali tak memperdulikan teriakan kakaknya yang mengejarnya dari tadi. Yang dia inginkan hanya berlari dan berlari sejauh mungkin agar dia tidak menerima kenyataan yang terjadi. Sampai pada saat dia memasuki jalan raya, tiba-tiba muncul sebuah mobil putih yang tengah melaju dan hampir menabrak Bintang. Teriakan suara Bintang hampir mengalahkan decitan rem yang berbunyi ketika orang yang mengendarai mobil itu menginjak rem dengan keras.

Alhasil Bintang pun selamat. Bintang terjatuh karna kaget, nafasnya ter-engah-engah. Namun Bintang berusaha untuk tetap kuat walaupun sakit yang dirasakannya. Orang yang mengendarai mobil itu pun keluar dari mobilnya dengan marah-marah sambil berkata, “Eh, lo ngapain sih nyebrang pas ada mobil?! Lo mau bikin gue masuk penjara gara-gara nabrak lo!!” Bentak orang itu tapi Bintang hanya menunduk sambil mengatur nafasnya. “Bintaang!!” terdengar teriakan keras dari Bulan yang memanggil Bintang. Dengan cepat Bintang pun berdiri “Hhhh,,, Maaf...” ucap Bintang dengan suara parau karena sedang menangis. Lalu dengan cepat Bintang pun kembali berlari saat kakaknya hendak mengejarnya.

Bintang untuk Lintang By Hafizhah

“Bintang?” gumam orang itu yang adalah Lintang. Nama itu mengingatkannya kepada sahabat yang sekarang sudah menjadi orang asing untuknya.

Bintang berlari selaju mungkin agar kakaknya berhenti mengejarnya. Perasaannya tengah kacau dan tak ingin ditemani siapa-siapa. Sampai dia berhenti di taman favorit nya dan Lintang. Taman itu selalu bisa menenangkan hatinya yang tengah dirundung kesedihan dan taman ini pula yang selalu mengingatkannya pada seseorang yang sangat berarti untuknya. Bintang duduk di bangku taman yang menghadap ke danau itu, menangis sesukanya, meratapi semua hal yang sudah terjadi dihidupnya.
Tak lama kemudian, datanglah kakaknya yang dari tadi mengejarnya. Bulan berdiri di belakang Bintang yang tengah terisak dengan tangisnya. “Kenapa kak? Kenapa disaat Bintang udah ikhlas nerima semua nya, tapi malah kenyataan yang menghempaskan Bintang?” tanya Bintang saat tau kakaknya sudah berada disampingnya. “Bintang,, kamu harus kuat! Walaupun kenyataan udah menghempaskan kamu, tapi kamu harus buktikan, kamu bisa bangkit, seperti Bintang yang biasanya” ujar Bulan menguatkannya. “Ini semua gak adil. Kenapa Bintang dikasih penyakit mematikan kayak gini? Apa karena Bintang emang gak berhak untuk hidup? Kenapa ibu pergi ninggalin kita kak? Dan kenapa Ayah sangat kejam sama kita?” tanya Bintang bertubi-tubi kepada kakaknya. “Bintang, setiap orang yang hidup bukan hanya untuk merasakan bahagia aja, ada saatnya dia juga harus merasakan cobaan supaya Tuhan tau, dia kuat atau nggak menjalaninya. Dan kakak yakin koq kalau Bintang pasti kuat” ucap Bulan yang terus berusaha mengebalikan senyum adiknya itu. “Bintang mau menyerah kak. Rasanya harapan Bintang udah hilang di hidup ini” ujar Bintang yang mulai putus asa. “Bintang, jangan pesimis kayak gitu. Anggap aja hidup ini kayak sebuah tangga, yang butuh banyak perjuangan buat nyampe ke puncaknya. Saat kamu jatuh, kamu harus bisa bangkit, karena di atas sana penuh dengan kebahagiaan yang akan kamu rasakan nantinya. Kuat ya Bintang!!” Bulan pun memeluk Bintang yang sudah tenggelam dalam tangisnya.

* * *

Lintang tengah berjalan menuju tempat kenangan yang sangat berarti untuknya, sudah berbulan-bulan dia tidak ke tempat itu, karena rasa marah dan kecewanya kepada sahabat yang dengan tega sudah meninggalkannya. Tapi kini entah angin apa yang menuntunnya untuk ke tempat itu. Saat Lintang sampai di tempat itu, dia melihat seseorang yang tengah duduk di bangku taman itu. Lintang tak tau siapa orang itu, karena orang itu duduk membelakangi Lintang yang berdiri.
“Bintang?” ucap Lintang pelan karena dia pun ragu tentang siapa orang itu. Orang itu menoleh dan tersenyum kepada Lintang. “Kamu Lintang kan?” tanya orang itu. “Iya, kamu siapa?” tanya Lintang. “Aku Bulan. Kakaknya Bintang” ujar Bulan dan Lintang pun hanya terdiam membisu. “Bintang selalu bercerita tentang kamu. Dia pernah bilang ke aku, kalo dia sangat beruntung memiliki sahabat seperti kamu yang bisa menerima dia apa adanya” ungkap Bulan. “Tapi,,,, tapi kenapa dia malah pergi dari aku kak? Kenapa dia bilang kalo dia gak mau lagi bersahabat denganku?” tanya Lintang.

“Setiap hari aku nunggu kamu disini, tapi kamu gak pernah datang. Dan syukurnya hari ini kamu datang juga. Dan sekarang aku mau menjelaskan semuanya” ujar Bulan sambil menarik nafas panjang untuk menceritakan semua tentang Bintang. “Dulu keluarga kami bahagia, aku dan Bintang sangat bersyukur karena memiliki ibu dan ayah yang sangat sayang sama kami. Tapi semua keadaan berubah saat Bintang di vonis sakit jantung oleh dokter pas umur dia 7 tahun” awal cerita dari Bulan sudah membuat Lintang kaget. “Kehidupan kami jadi sulit karena ibu dan ayah jadi sering bertengkar. Bintang jadi sering sakit-sakitan tapi Bintang selalu berusaha untuk kuat di depan aku.” Jeda Bulan.
“Lama-kelamaan ibu nggak bisa nerima semuanya dan pergi ninggalin kami, entah kemana.. Ayah jadi keras, dan sering mukuli kami berdua. Saat itu aku ngerasa hidup aku benar-benar hancur, tapi nggak dengan Bintang, dia sangat kuat dan aku juga harus lebih kuat dari dia” mata Bulan pun sudah mulai berair saat menceritakan nya. Lintang hanya mendengarkan dan menampakkan wajah yang seolah tak percaya dengan apa yang barusan didengarnya.
“Sebulan yang lalu, dokter bilang kalau keadaannya tambah parah dan umurnya gak akan lama lagi, hal itu sangat membuat dia jatuh dan dia sangat takut kalau dia harus ninggalin aku dan kamu...” tambah Bulan lagi.

“Kenapa Bintang gak pernah cerita ke aku kak?” tanya Lintang dengan pandangan kosong. “Dia gak pengen nambahin beban kamu. Dan dia juga sangat sedih saat dia harus terpaksa ninggalin kamu. Dia gak mau kehilangan sahabatnya, tapi menurut dia, mungkin semua itu yang seharusnya dilakukan”.
“Sebenernya Bintang ngelarang kakak nyeritain ini semua ke kamu, tapi kakak udah gak sanggup lihat kondisi Bintang yang ga pernah membuka matanya, tapi dia selalu berusaha untuk menyebut nama-nama orang yang dia sayangi, termasuk nama kamu, Lintang” Bulan pun mulai tak kuasa menahan tangis. “Dimana Bintang sekarang kak? Aku pengen ketemu dia.” pinta Lintang.
Bulan pun membawa Lintang ke tempat Bintang di rawat. Saat sudah sampai di rumah sakit, ternyata Bintang sudah tidak ada di kamarnya. Dan salah satu suster memberitahukan kalau Bintang sudah dipindahkan karna tiba-tiba kondisinya tidak stabil dan mengalami koma. Bulan dan Lintang sangat khawatir terhadap keadaan Bintang.

“Bintang, sekarang aku udah ngerti dengan semua nya. Maafin aku yang gak pernah ada buat kamu. Bangun Bintang.. “ ujar Lintang.

* * *

Sampai pada suatu ketika saat 4 hari Bintang tak sadarkan diri, lalu tiba-tiba terucap sebuah nama dari mulutnya yaitu “LINTANG”. Dan Lintang yang berada di sampingnya pun sangat senang karena Bintang mulai sadar dari koma nya. Saat Bintang sudah sadar, ia tersenyum melihat seseorang yang sangat dirindukannya kini sudah berada di dekatnya. “Lintang,,,hhh,, selamat ulang tahun...” ujar Bintang. Bahkan lintang sendiri saja lupa kalau itu adalah hari ulang tahunnya. Tapi Bintang, yang selama ini tidak sadarkan diri, malah selalu ingat dengan hari itu. “Lintang, kalau aku... punya satu permintaan... apa kamu akan penuhi??” tanya Bintang dengan suara pelan. “Apa itu Bintang?”. “Aku... pengen... ke taman... favorit kita...” pinta Bintang. Permintaan itu membuat Lintang khawatir. “Tapi Bintang, kamu baru aja sadar dari koma. Kita gak mungkin kesana. Aku gak pengen kamu kenapa-napa”. “Aku pengen banget ke sana. Kali ini aja...Please” ujar Bintang memohon. Lintang pun menuruti kemauan Bintang walaupun sempat tak di izinkan oleh dokter tapi akhirnya dokter mengerti kalau itu adalah keinginan terakhir dari Bintang.

Lintang mendorong kursi roda yang diduduki oleh Bintang hingga mereka sampai di taman favorit mereka. “Lintang...hari ini...adalah hari yang sangat berharga...karna kamu udah lahir di tanggal ini. Jangan membenci hari ini lagi Lintang... Karna selama nya... aku akan selalu mengenang hari ini sebagai hari terindah...” Bintang menarik nafas sebentar lalu melanjutkan ucapannya... “Hari itu,, akan selalu ada buat aku. Hari dimana aku ninggalin kamu. Kadang aku takut... aku takut kalau aku ketemu denganmu lagi dan aku harus ninggalin kamu lagi...”. “Kamu gak boleh pergi Bintang...” ujar Lintang yang mulai menitikkan air mata. “Lintang... Aku bahagia...berada di tempat ini... bersama kamu...” Bintang mulai menyenderkan kepalanya ke bahu Lintang. “Kamu...kado...terindah... untukku...” itulah kata-kata terakhir Bintang sebelum dia benar-benar telah pergi dari kehidupan ini. Lintang tak kuasa menahan air matanya lagi. Dan air mata itu kini tumpah bersama kenangan-kenangan indah yang pernah mereka berdua lalui.

* * *

Tetes air mata terus berjatuhan di atas gundukan tanah merah yang masih basah itu. Dan yang menandakan telah perginya seorang Bintang dari kehidupan ini.
Saat Lintang melihat ke arah batu nisan Bintang itu yang bertuliskan BINTANG ALISA. Lahir : 25 Maret 1995. Wafat : 25 Maret 2012.
Betapa terkejutnya Lintang saat melihat tanggal lahir Bintang yang sama dengan tanggal lahirnya sendiri. Ketika itu pula Bulan pun memberikan secarik kertas yang bertuliskan kata-kata dari Bintang sebelum dia koma.

“Lintang, kamu adalah kado terindah untukku. Terimakasih karna udah lahir di dunia ini dan selalu menemaniku. Kalau kamu ngerasa pengen ngeliat aku. Angkat kepalamu ke atas pada malam hari dan lihatlah bintang yang paling terang, itulah aku yang sedang menantimu. “

“Waktu sangat cepat berlalu ya! Rasanya baru kemaren kita ketemu, baru kemaren kita duduk di taman favorit kita sambil ngeliat kura-kura. Dan rasanya baru kemaren juga kamu pergi ninggalin aku. Bintang, sekarang aku lagi ngeliat kamu. Kamu yang selalu bersinar terang di atas sana, terimakasih karena udah menjadi Bintang yang sangat berharga untukku” ...


The End

Tentnag Penuli :Namaku Hafizhah,, aku sekarang kelas 10 MIA,,, semoga para readers gak bosan ya baca cerpenku yang panjang ini.... add fb ku ya nama nya Zha Fiza Harahap

Cerita Terkait

Bintang untuk Lintang By Hafizhah
4 / 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan cerita di atas? Silakan berlangganan gratis via email

FANSPAGE