Ads:
MATA CINTA UNTUK AISYAH
Karya : Ilham
Sudah beberapa tahun ini akibat kecanggihan dan modernnya seluruh alat peraga manusia, di kampungku ini, mulai dari orang tua hingga anak-anak sudah mengenal dan bahkan mahir menggunakan yang namanya handphone. Entah dipergunakan untuk apa, Aku juga tak tahu persis. Mungkin smsan, telfonan, bbman, fecebookan, atau bahkan twiteran. Jelasnya mudah-mudahan saja tidak dipergunakan untuk mencari pasangan untuk SETIA (Setiap Tikungan Ada).
Tak jauh berbeda denganku. Aku pribadi sebenarnya ikut menjadi korban kemodernan. Aku memiliki sepucuk hp komuniketer. Kegunaannya hanya ada dua, Komunikasi dan Senter. Jadi tak salah jika handphoneku itu hanya aku pergunakan jika dalam kegelapan atau ketika ingin melepas rindu pada kekasih semata wayangku. Seorang gadis cantik yang selama ini menjadi dambaan hatiku. Rambutnya panjang terurai, lengkung alisnya yang indah dan lesung pipitnya sebagai tempat tergenangnya butiran air dikala Ia sedang mandi menjadi penambah kecantikan parasnya. Ibarat hp, Dia bagaikan hp tujuh jutaan. Maaf. bercanda
Namanya Aisyah. Dia terlahir dari keturunan keluarga berada. Sekarang ini Bapaknya menjadi salah satu anggota DPRD provinsi. Sedangkan ibunya menjadi Ibu kepala desa di kampungnya. Tepat bersebelahan dengan kampungku. Sungguh wanita yang sebenarnya cukup beruntung jika saja Ia tidak memiliki sedikit kekurangan. Katanya, sejak kecil Ia terlahir dengan keadaan yang cacat. Gadisku itu tak mampu memandangi keindahan dunia. Tuhan tak ingin menitipkan Bola mata indah untuknya. Mungkin saja Tuhan terlalu mencintainya. Tuhan tak ingin melihat gadisku itu menggunakan kedua bola matanya hanya untuk memandangi sesuatu yang Tuhan tidak sukai. Seperti apa yang sekarang ini manusia banyak pandangi. Termasuk Aku.
Sebenarnya, andai boleh jujur orang-orang sekampungku dan termasuk kedua orang tuanya tidak mengetahui hubungan asmara kami. Entah mengapa. Semenjak Aku menyatakan isi hatiku pada Aisyah melalui handphone komuniketerku, Ia ingin menerima menyatukan rasaku dan rasanya jika Aku ingin komitmen. Katanya Aku harus berjanji agar tak satupun ada yang mengetahui hubungan kami. Termasuk kedua orangtuaku. Kata Aisyah, Ia takut jika Aku akan malu ketika orang-orang semua tahu jika Aku berpacaran dengan gadis buta sepertinya. Itulah sebabnya Ia tak ingin melihatku bertamu ke rumahnya jika ingin bermaksud menemuinya. Aku bingung, padahal Aku begitu mencintainya dengan tulus. Dengan berbagai cara untuk meyakinkannya. Mulai dari pengakuanku bahwa Aku ini hanya lelaki peternak sapi yang tidak mungkin malu mengakuinya. Terlebih lagi bahwa Dia hanyalah dicintai oleh anak dari keluarga sederhana. Tetapi sayang, semuanya sia-sia. Tetap saja gadisku itu langsung mengunci mulutku dengan sepatah katanya,
“Ini semua demi kamu kak Riank, Aku tak mau jika orang mencemohmu karena berpacaran dengan gadis cacat sepertiku. Percayalah, Aku sangat mencintaimu, sebesar cintamu padaku. Jadi tolong, rahasiakan hubungan ini.” Begitulah kata-kata yang acapkali Ia curahkan sebelum sesaat Ia mengakhiri percakapan kami di telefon. Demikianlah hubungan asmaraku bersama Aisyah kujalani dengan penuh kerahasiaan.
Di malam ini, dimana malam yang indah gemintangnya tak mampu dipandangi oleh Aisyah, Aku berniat menelfonnya. Seperti biasanya, suasai mengisi pulsa yang cukup dipergunakan sekali nelfon pada Aisyah, kujelajahi nomor kontak gadisku itu di layar hp komuniketerku. Terpampang jelas 12 digit nomor hp milikinya, 085399362### yang bertuliskan “CynkQ”. Tak begitu lama menunggu, akhirnya suara manis Aisyah mengalun indah di gendang telinga,
“Halo…!”
“Halo juga sayang. Kabar kamu baik juga kan?” balasku dengan yakin.
“Kok Tahu..?” balasnya kedengaran seperti biasanya. Manis dan manja.
“Yah tahulah, tidak mungkin sekarang ini Aku sehat kalau kamu juga tak sehat sayang,” kataku yang kedengaran sangat lebay. Tapi menurutku tak apa kata-kata terdengar berlebihan asal menyimpan sedikit kebenaran yang dapat membuahkan manis senyuman. Buktinya, seusai mendengar kata-kataku, terdengar jelas senyuman gadisku itu di genggaman hpnya.
“Halo…!”
“Iya halo Kak..!”
“Sayang, sebenarnya Aku ini semakin gelisah. Tak tahu mengapa. Sudah hampir dua tahun kita menjalani hubungan dan mungkin sampai sekarang hanya tuhan dan malaikat cinta yang tahu.
Mata Cinta Untuk Aisyah By Ilham |
Sebenarnya Aku punya permintaan,”
“Permintaan apa itu Kak?” tiba-tiba saja Aisyah memotong perkataannku. Mungkin saja Ia tahu apa maksudku. Yah, dengan hampir terbata-bata Aku menjawab,
“Sebenarnya, walau Aku sudah terbiasa melihatmu jika Aku melintas di depan rumahmu, tapi jujur, kali ini Aku ingin bertemu dengan kamu,”
“Apa, tidak Kakak, tidak mungkin. Aisyah tidak mau. Jangan sampai orang-orang melihat Kakak menemuiku. Maaf kakak,”
“Tapi sayang..” mohonku,
“Maaf Kak, maaf.”
“Tapi Aku sudah tak sabar ingin menikahimu Aisyah,” tak sadar nada ucapanku meninggi.
“Sudah berulang kali Aku katakan Kak, Aisyah belum ingin menikah jika Aku belum bisa melihat. Jadi hargai permintaanku.”
“Kalau itu permintaanmu, tidak akan pernah kita menikah.” Balasku dalam hati. Sekedar mencoba menjaga janji bahwa Aku tidak akan pernah melukai perasaannya. Walau itu melalui kata terlebih lagi dengan sentuhan.
“Kalau begitu maafkan Aku yah sayang..” Aku sedikit mencoba melerai kekesalan hatinya.
“Tidak apa-apa Kak. Terima kasih atas pengertian Kakak selama ini. Aisyah berharap Kak Riank terus bersabar sampai Aku bisa melihat. Aisyah janji, Aisyah akan menikah dengan Kak Riank. Kalau begitu Kak, Aisyah makan malam dulu, mama sudah memanggil.”
“Baiklah sayang, jaga diri kamu baik-baik yah. Tetap semangat. Assalamualaikum,” balasku.
Seusai mematikan panggilan telfonku pada Aisyah, tak sadar aku terus mengutak-atik tombol hpku dalam keadaan terkunci. Pikiranku terus bertarung pada hasrat dan rasaku padanya. Dirasaku ada satu, hanya ingin menikahinya. Umurku hampir 27 tahun. Aku rasa umur yang cukup matang untuk memulai hidup baru. Usia yang siap menjalani kisah rumah tangga yang bahagia dari beberapa penggalan cerita dari suka dan duka. Aku siap merawat dan dirawat oleh Aisyah. Walau dia gadis buta, tidak berarti Ia buta akan mata hati.
Sering kali Aku meminta agar niat suciku padanya dapat terkabulkan. Tetapi selalu saja wanita itu menjawab dengan alasan yang sama,
“Aisyah belum ingin menikah jika Aku belum bisa melihat. Jadi hargai permintaanku.”
Ketika mendengar pengakuan itu lagi, Aku tak tahu harus berbuat apa. Sepertinya Tuhan dan malaikat cinta benar-benar mengujiku di kisah ini. Jika memang benar adanya, mulai sekarang Aku akan mencoba menggantungkan perasaan pada pikiranku. Walau penuh dengan resiko, asalkan Aisyah bahagia semuanya akan nampak baik-baik saja.
*****
Keesokan hari, ketika mentari merayap pelan di balik pegunungan, sebelum berangkat ke tempat yang ingin kutuju, tiba-tiba handphone komuniketerku bergetar.
“Aku yakin pasti dia,” bisikku dalam hati. Dengan tersenyum kuangkat panggilan itu,
“Halo sayang..!”
“Halo. Kak Riank, hari ini Aisyah akan ke rumah sakit,”
“Untuk apa sayang?”
“Kata Ayah, hari ini Aku akan operasi mata. Ada teman Ayah yang ikhlas bersedia mendonorkan matanya untuk Aisyah,” seru gadisku itu dengan girangnya. Aku yang mendengar kebahagiaanya hanya mampu tersenyum simpul dengan mengajaknya sedikit bercanda,
“Syukurlah sayang. Semoga saja teman bapak kamu itu hidup bahagia dengan keihklasan hatinya…! Dan semoga saja Aisyah yang kukenali sekarang tidak berniat menguburkan rasa ketika Ia telah mampu memandangi indahnya siang dan malam,”
“Kakak…! Kak Riank berkata apa sih..? meski Aku dapat melihat, Aisyah tidak akan pernah berubah, sebab keindahan bola mataku hanya untuk kak Riank. Itu janji Aisyah kak,” dengan penuh keyakinan akan cinta dan kasihnya, Aisyah mencoba meyakinkanku. Merasakan ucapannya, seakan-akan rasa takut yang menghantui rasa dan pikiranku beranjak pergi entah kemana. Mudah-mudahan kata bijak yang guruku katakan benar adanya, “Janganlah takut akan bayangan, karena bayangan berarti ada setitik cahaya yang bersinar di dekatnya.” Semoga saja.
“Ya sudah… sekarang kamu bersiap-siap. Karena tidak lama lagi Aisyah akan melihat tampang dan rupa Kak Riank yang jelek ini. Hahahah…”
“Kak Riank bisa aja..!”
“Oh ya sayang, satu lagi, Doaku selalu bersama cinta dan hidupmu,”
“Terima kasih Kak. Assalamualaikum…!”
“Waalaikumsalam sayang. Tut, tut, tut..!” Seusai percakapan itu, Aku pun melangkah sambil tersenyum.
*****
Setelah kesekian kalinya waktu bersenggama pada ruang yang tak bertepi, akhirnya harapan kini berbunga kesempurnaan. Aisyah yang dahulunya tak memiliki kemampuan untuk memandang, kini akhirnya Ia mampu melihat terbit dan terbenamnya sang surya. Parasnya kini benar-benar sempurna dengan keindahan bola mata barunya. Sepasang bola mata pemberian seseorang yang katanya teman ayahnya.
Demikian pula dengan hubungan kami berdua. Ia sebentar lagi akan melihat dan mengetahui siapa dan bagaimana Aku sekarang. Hari ini juga Gadisku itu akan datang menemuiku di rumah. Semoga saja Ia tidak kaget dengan melihat kehidupanku yang hakikatnya hanya untuknya. Tapi jika memang Ia sudah tidak lagi mengingat ukiran-ukiran janjinya dulu padaku, meski sakit, toh Aku tidak akan dapat meneteskan air mata lagi.
“Assalamualaikum…!”
“Walaikumsalam…! Kamukah itu Aisyah..?” tebakku ketika mendengar suara sentakan kaki menelusuri anak tanggah rumahku.
“Iya. Aku Aisyah. Maaf, Kak Rianknya ada?” mendengar kalimat itu, Aku sedikit kaget.
“Ini Aku sayang. Riank yang selama ini hanya mampu kamu dengarkan suaranya. Oh ya, Silahkan duduk..!” usai meyakinkan dan mempersilahkannya duduk, aku terus tersenyum sambil menunggu suaranya kembali mengalun di telingaku.
“Aisyah, silahkan duduk..” kembali aku mempersilahkannya duduk saat Aku tak mendengarkan suaranya lagi. “Aisyah… kamu masih adakan?” semakin Aku diselimuti rasa penasaran.
“Maaf Kak Riank. Rupanya kamu lelaki buta. Sepertinya Aku tak sanggup menepati janji-janjiku dulu. Apalagi menerima pinanganmu. Aku tak akan mampu mencintai lelaki buta sepertimu. Permisi…!”
Tiba-tiba saja suara Aisyah yang tak pernah kudengar sebelumnya akhirnya bergetar di gendang telingaku. Aku tersentak kaget. Ingin kucoba melerai dan menahan amarahnya, tapi apa daya sama sekali Aku tak tahu harus melangkah kemana. Sepertinya Aisyah kini benar-benar pergi seiring dengan deruan kuda besi yang baru saja terdengar mulai menjauh dari halaman rumahku.
“Maaf Kak Riank. Rupanya kamu lelaki buta. Sepertinya Aku tak sanggup menepati janji-janjiku dulu. Apalagi menerima pinanganmu. Aku tak akan mampu mencintai lelaki buta sepertimu. Permisi…!” kembali kata itu menjadi racun ingatanku.
Merasakan akan sakit yang memenjara hatiku saat ini, untung saja disudut relung hatiku yang lain masih menyimpan sepenggal harapan. Menyadari bahwa hidup ini layaknya piano, yang ada hanyalah hitam dan putih. Jika tuhan memainkannya, maka segalanya menjadi indah. Kata sesal hanya akan menjadi bunga-bunga kehidupan yang berduri. Semoga saja semua itu tak menjadi ranum hidupku. Jika memang esok atau lusa air mataku akan menetes meski tanpa bola mata, Aku akan menangis di tengah-tengah derasnya hujan, agar semua orang dan bahkan Aisyah pun tak tahu kalau Aku sedang menangis. Sekarang Aku hanya akan mampu mengantarkan kepergian Aisyah dengan tangis dan sepenggal pesan untuknya. Dengan harapan, semoga kelak Aisyah akan membaca kisahnya ini.
“Sayang… Jaga dan rawatlah baik-baik mataku… Itu cintaku!”.
Tentang Penulis:
Nama : Ilham
Alamat : Polewali Mandar Prov. Sulawesi Barat
Bekerja : Yayasan Darputri dan Sanggar Seni Darputri
Alamat Fb : Ilham Suripink Jhie / ipink_itujie@yahoo.com
Mata Cinta Untuk Aisyah By Ilham
4
/
5
Oleh
Admin