Cerita Indah di Kampus Asing By Desty Yunilawati

Ads:
CERITA INDAH DI KAMPUS ASING
Penulis: Desty Yunilawati

“AKU LULUSSS !! mulai sekarang aku bukan seorang siswa lagi, aku calon mahasiswi … ya calon mahasiswi Universitas Cinta Bangsa …” ucap Karin gembira
        
Udara pagi mulai menyusup melalui ventilasi kamar yang berdebu dan usang dimakan usia, membangunkanku dari tidur lelap. Aku menyibakkan selimut kemudian bergegas bangkit dari tidurku. Dibukanya jendela kamar, udara pagi yang dingin langsung menyambutku, membuat rasa kantuk yang masih tersisa pun hilang. Aku pun keluar kamar menemui Ibu yang sedang sibuk mencuci piring di dapur. Dan duduk dikursi kayu halaman belakang rumah.
Hari yang cerah diminggu pagi. Matahari bersinar terang seperti biasanya, burung – burung berkicauan seperti membentuk nyanyian. Tak lama berselang datang sang Ayah yang duduk disebelahnya sambil membawa Koran untuk hari ini.
“Yah … kapan aku daftar kuliah di Universitas Cinta Bangsa ?? ini udah gelombang 2 loh yah …” sahut Karin
“kamu yakin mau kuliah disana ? apa itu gak terlalu jauh buat kamu ??” tanya Ayah
“iya , Ibu khawatir kamu kuliah disana itu terlalu jauh, selama ini kan sekolah kamu selalu deket dengan rumah” sambar Ibu sambil membawakan kopi untuk Ayah
“tapi Karin maunya disana, lagipula fakultas psikologi disana juga lebih bagus … dan Karin juga bisa ngekost disana”
“ayah tau disana emang bagus, tapi itu terlalu jauh, apa gak seharusnya kamu pilih kampus yang deket aja …”
“Ibu gak setuju kalau kamu ngekost … ”
“yaa trus gimana dong Bu ?? ibu kan tau itu kampus impian Karin dari dulu …” seru Karin dengan cemberut

Terjadi perselisihan sengit antara ayah, ibu dan anak. Karin menginginkan untuk berkuliah di kampus yang sejak dulu menjadi impiannya yaitu universitas cinta bangsa. Memang kampus tersebut sangat terkenal dan pastinya kualitasnya terjamin. Namun sayangnya, lokasi kampus tersebut sangat jauh dengan tempat tinggal Karin. Sebagai orang tua pastinya sangat khawatir membiarkan anak perempuannya pulang pergi seorang diri ke kampus sebab sejak sd, lokasi sekolah Karin selalu dekat dengan rumahnya. 
Seharian ini Karin tidak keluar kamar. ia masih belum menerima dengan keputusan ayahnya yang meminta dirinya untuk kuliah dikampus yang bukan menjadi pilihannya. 
***

Setelah hampir beberapa bulan menjalani semua prosesnya. Tibalah hari ini, hari pertama Karin menjadi seorang mahasiswi. Kuliah pertama hari ini dimulai jam 10.00, namun Karin yang sudah ada dikampus sejak tadi. Ia sengaja datang lebih awal karena ia belum tahu ruang kelasnya. 
Ruang kelas sudah didepan mata, namun berat rasanya untuk melangkah masuk. Jantung nya berdetak lebih cepat, dengan kemantapan hati. Karin membuka pintu dan melangkahkan kakinya masuk. Woow !! sangat ramai. Semua mata tertuju kepada Karin. Hanya satu kursi yang tersisa dibagian depan, dan mungkin itu memang untuk Karin.
‘dari wajahnya sih mereka gak sombong, tapi kenapa dari tadi gak ada yang nyapa ya … nanya nama kek, apa kek …’ ucap Karin dalam hati
“Karin ? lo anak SMA QQQ kan ?” sapa seseorang
“iya, lo Nana kan ?” jawab Karin
“iya gw Nana, anak Ips …”
‘kenapa harus Nana sih yang sekelas sama gw ? kenapa gak Mela, atau pun Amel’ gerutu Karin

Karin memang satu sekolah dengan Nana. Namun ia hanya mengenal rupa dan namanya saja. Ia belum pernah mengobrol dengannya, ia hanya sering mendengar teman – temannya membicarakan Nana yang sering gonta ganti pacar. Mengenai Mela dan Amel, mereka adalah sahabat karib Karin sewaktu SMA. Kemanapun dan dimanapun mereka selalu bersama namun itu tidak berlaku untuk sekarang ini, mereka mulai berjuang masing – masing untuk mencapai impiannya.
Tak lama kemudian, seorang perempuan setengah baya memasuki ruang kelas. Sepertinya ia seorang dosen. Yap. Ia seorang dosen. Terlihat killer namun ucapannya sangat lembut dan sangat santun.
Waktu menunjukkan pukul 14.00, perkuliahan selesai. Semua mahasiswa keluar kelas, begitu juga dengan aku. Berjalan sendiri melewati lorong yang banyak dilalui orang – orang, jadi begini suasana kampus. Ramai. Sudah hampir ratusan orang yang kulihat tapi tak ada satu pun diantaranya yang ku kenal. Ya Tuhan, kenapa semua yang ada disini begitu asing bagi ku, kenapa aku harus berada di sini ??
Hari kedua menjadi seorang mahasiswi. Hari ini aku sengaja berpenampilan sangat simple. Hanya mengenakna jeans panjang, kaos putih belang hitam dan hijab berwarna yang senada. Sebab aku sudah dapat menebaknya kalau hari ini akan sama dengan hari sebelumnya, hanya perkenalan. Dosen pertama sudah mulai merperkenalkan dirinya, dan saatnya mahasiswa yang memperkenalkan dirinya satu persatu. Sial. Aku mendapat giliran pertama, aku bangkit dari tempat duduk ku, berjalan ke depan kelas menghadap ke semua mahasiswa yang duduk dihadapanku. Ini pertama kalinya aku melihat dengan jelas wajah – wajah yang akan menjadi teman – temanku selama beberapa bulan ini. Ku berharap mereka dapat bersahabat dengan ku.

Sudah hampir setahun lamanya aku menjadi salah satu mahasiswi di kampus ini. Teman sudah ku dapatkan walaupun aku tidak terlalu dekat dengan mereka. Aku hanya mengobrol seperlunya saja, entahlah apa yang sudah terjadi dengan diriku ini. Semenjak kuliah di kampus ini, ku rasa semua yang ada dikampus ini salah. Tak ada yang benar. Mungkin … karena aku yang belum terlalu bisa menerima kenyataan kalau sekarang kampus inilah yang menjadi kampus ku.
Tapi kurasa Tuhan berlaku adil dengan ku, walaupun diawal kuliah ku, aku belum dapat menerima semua ini, Tuhan memberiku penyemangat baru yaitu dengan membesarkan hasil IPK ku. Aku tak menyangka hasil IPK ku akan sebesar ini dan aku menjadi salah satu mahasiswi dikelas yang mengambil semua SKS. Sebab hampir semua hasil IPK dikelas ku bisa dikatakan kecil dan hanya ada beberapa yang besar termasuk aku. Mungkin Tuhan masih sayang dengan ku, dengan memberikan ku nilai seperti ini maka aku akan semakin rajin untuk kuliah. 

Cerita Indah di Kampus Asing By Desty Yunilawati


Sepulang kuliah hari ini, aku berniat untuk berkumpul dengan Mela dan Amel – sahabat karibku. Hanya membutuhkan waktu 30 menit aku sudah sampai di sebuah restoran. Dari kejauhan terlihat 2 orang gadis sedang asyik mengobrol sambil bersenda gurau. Dengan langkah bersemangat, aku berjalan menghampirinya. Rasanya semangat ku tumbuh kembali apabila bertemu dengan mereka.
“hey hey … gw lama ya …” sapa Karin
“eh calon psikolog udah dateng, iya lo kemana aja sih, lama banget …” ucap Amel
“tau nih, lama banget …” sahut Mela
“hehee tadi macett, gw gak dipesenin minum nih …”
“ya lu kan baru dateng Rin … oia gimana kuliah lu, enak kuliah disana ?” tanya Mela
“yaaa enak gak enak harus tetep gw jalanin kan, setahun aja rasanya lamaaa banget deh, “
“kenapa lu gak minta pindah aja Rin ? daripada kayak gini tekanan batin” ucap Mela
“yaa gak tau lah, pusing gw juga … udah lah bahas yang lain aja … eh gimana gimana kalian udah ada gebetan, gw rasa Mela udah nih  …”
“sotoy lu Rin …” ucap Amel

Ya seperti ini lah aku apabila dengan sahabat – sahabat ku ini. Lepas, bebas. Beban yang selama ini ku hadapi seperti hilang semuanya. Terkadang aku iri dengan mereka, mereka selalu bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan ya walaupun tak tepat sasaran tetapi setidaknya hampir mendekati. 
***

Di tahun ini, aku duduk di semester 8 ya lebih tepatnya semester akhir. Saatnya menyelesaikan kuliah ku, saat yang selama ini aku tunggu – tunggu. Skripsi sudah selesai ku kerjakan. Persiapan untuk menghadapi sidang skripsi pun sudah ku persiapkan mulai dari fisik maupun mental. Tiga hari lagi aku sidang skripsi. Berat rasanya tapi ini yang ku tunggu – tunggu. Ini adalah puncak dari perjuangan ku selama ini.
Pukul 06.00 pagi di hari Senin di Universitas XX. Tak biasanya diwaktu sepagi ini aku sudah berada di kampus. Ya aku akan menjalankan sidang skripsi hari ini. Takut, cemas, entahlah apa yang ku rasakan saat ini semuanya bercampur aduk.

Setelah hampir beberapa menit di dalam ruangan. Aku keluar dengan perasaan lega dan cemas. Lega karena dapat menjawab semua pertanyaan yang diajukan penguji ku. Cemas akan hasil yang akan ku dapatkan. 
“AKU LULUSSS !! mulai sekarang aku bukan mahasiswi lagi, aku seorang psikolog !!” ucap ku gembira dengan nada pelan sambil berlinang airmata
“Karin, kita lulusss !!” ucap Sinta teman Karin sambil berlari memeluk ku
***

Hari ini hari yang sangat menggembirakan. Hari dimana aku akan memakai baju kebanggaan, toga. Pagi ini aku sudah memakai kebaya berwarna peach yang kemudian dibalut dengan baju hitam yang dilengkapi dengan topi hitam, biasanya disebut dengan toga. Begitupun dengan Ayah, Ibu dan adik ku, Ibu sudah cantik dengan kebaya yang berwarna sama dengan ku, sedangkan Ayah sudah terlihat gagah dengan jas hitamnya.
Sesampainya di gedung Jakarta Convention Center (JCC) aku langsung memasuki ruangan yang sangat besar. Dipenuhi dengan wisudawan dan wisudawati. Aku mendapat kursi nomor 321 bersebelahan dengan Sinta.

Acara sudah dimulai sejak beberapa menit lagi. Saatnya mengumumkan mahasiswa yang menjadi lulusan terbaik. 
“inilah beberapa mahasiswa dengan hasil lulusan terbaik … Virly Amanda dengan hasil 4.00, Karin Firnanda Aulia dengan hasil 4.00 , ………. Silahkan naik ke atas …“
“Karin … Rin … itu kan nama lu …” seru Sinta
“serius …?”

Jantung ku langsung berdetak tak karuan, rasanya seperti mimpi. Aku berjalan menuruni anak tangga dengan langkah kaki yang gemetar.
Acara pun selesai. Semua para orang tua sudah keluar dan menunggu dilobby. Tak sabar rasanya untuk bertemu ayah dan ibu. Aku berjalan dengan langkah terburu – buru, tak peduli dengan kain kebaya yang ku kenakan saat ini saat sulit untuk dibuat jalan, tak peduli juga dengan high heels tinggi yang ku kenakan saat ini.
“Ibuuuuu ….. “ memeluk Ibu sambil berlinang airmata
“Karinn … Ibu bangga sama kamu sayang …” ucap Ibu dengan airmata bangga
“Ayah bangga sama kamu …” ucap Ayah mengelus kepala ku
“Ayaaahh maafin aku, aku sempat ngebantah perintah Ayah …” tangis ku tak dapat dibendung lagi dipelukan Ayah
“udah gak usah nangis lagi, nanti cantiknya ilang …” seru Ayah

Tak ada hal terindah selain dapat membanggakan kedua orang tua dan dapat membuat orang tua ku menangis bangga.

 TAMAT

Tentang Penulis:
Perkenalkan nama saya Desty yunilawati, biasa dipanggil Desty
Saya seorang mahasiswi disalah satu universitas,
Menulis memang sudah menjadi hoby saya belakangan ini ya walaupun saya sadar cerpen - cerpen saya belum bagus dan masih banyak kekurangan..

Cerita Terkait

Cerita Indah di Kampus Asing By Desty Yunilawati
4 / 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan cerita di atas? Silakan berlangganan gratis via email

FANSPAGE