Pesan Sykeh Nurjati Kepada Sunan Gunung Jati

Ads:
Kampus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon adalah kampus Negeri satu-satunya di Cirebon Jawa Barat. Dulunya kampus ini menginduk ke IAIN Sunan Gunung Djati Bandung, cabang fakultas Tarbiyah. Namun pada tahun sekitar 1997an, memisahkan diri ketika IAIN Sunan Gunung Djati Bandung berubah menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung. Dan IAIN cabang di Cirebon pun berubah menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Cirebon. Dalam perjalannya sekitar tahun 2010an IAIN Cirebon kembali berubah menjadi IAIN Syekh Nurjati Cirebon sampai sekarang.

Kenapa dinamakan IAIN Sykeh Nurjati?

Pesan Sykeh Nurjati Kepada Sunan Gunung Jati
Pesan Sykeh Nurjati Kepada Sunan Gunung Jati

Syekh Nurjati dikenal sebagai tokoh perintis dakwah Islam di wilayah Cirebon. Beliau menggunakan nama Syekh Nurjati pada saat berdakwah di Giri Amparan Jati, yang lebih terkenal dengan nama Gunung Jati, sebuah bukit kecil dari dua bukit, yang berjarak sekitar 5 km sebelah utara Kota Cirebon, tepatnya di Desa Astana Kecamatan Gunung Jati Kabupaten Cirebon.

Sebelumnya Syekh Nurjati dikenal dengan nama Syekh Datul Kahfi atau Maulana Idhofi Mahdi. Secara kronologis singkat, Syekh Nurjati lahir di Semenanjung Malaka. Setelah berusia dewasa muda pergi ke Mekah untuk menuntut ilmu dan berhaji. Syekh Nurjati pergi ke Bagdad dan menemukan jodohnya dengan Syarifah Halimah serta mempunyai putra- putri. Dari Bagdad beliau pergi berdakwah sampai di Pesambangan, bagian dari Nagari Singapura (sekarang Desa Mertasinga,  Kabupaten Cirebon). Beliau wafat dan dimakamkan di Giri Amparan Jati.

Cerita Lainnya:
- Kumpulan Cerita Cinta Terbaru 2016
- Kumpulan Cerita Sedih Terbaru 2016
- Kumpulan Cerita Motivasi Terbaru 2016
- Kumpulan Cerita Inspiratif Terbaru 2016

Cerita tentang Syekh Nurjati dijumpai dalam naskah-naskah tradisi Cirebon yang merupakan bukti sekunder. Naskah-naskah tersebut berbentuk prosa, diantaranya : Carita Purwaka Caruban Nagari, Babad Tanah Sunda dan Sejarah Cirebon. Serta naskah yang berbentuk tembang di antaranya  Carub Kanda, Babad Cirebon, Babad Cerbon terbitan S.Z. Hadisutjipto, Wawacan Sunan Gunung Jati, Naskah Mertasinga, Naskah Kuningan dan Naskah Pulasaren.  Dari sekian banyak naskah, hanya naskah Babad Cirebon terbitan Brandes saja yang tidak memuat tentang Syekh Nurjati. Sedangkan naskah tertua  yang menulis tentang Syekh Nurjati dibuat oleh Arya Cerbon pada tahun 1706 M.

Kampus hijau, begitulah kami menamai kampus IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Kampus ini baru terdapat tiga fakultas, yaitu Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Fakultas Ekonomi Syariah dan Fakultas ADDIN (Adab, Dawah dan Ushuludidn). Terdapat banyak jurusan di masing-masing fakultas. Saya kebetulan mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon.

Banyak perubahan pada kampus tersebut dari tahun ke tahun, semakin megah dan tertata rapih. Pada saat menunggu jam kuliah saya biasanya bersantai di Taman Kampus, duduk bersantai sambil membanca buku. Dan kadang saya nimbrung kumpul dengan teman-teman mahasiswa sejarah. Saya mendapat banyak sejarah dari mereka, pada waktu itu mahasiswa sejarah sedang berdiskusi tentang sejarah Cirebon.

Salah satu dari mereka tentang memaparkan sejarahnya Syekh Nurjati dan Sunan Gunung Jati. Ba’an namanya, ia mahasiswa jurusan Sejarah Peradaban Islam (SPI).
“Kalian harus tahu tentang cerita ini?” Tanya Ba’an, membuat para mahasiswa penasaran
“Cerita apa itu?” Tanya saya
“Pesannya Syekh Nurjati kepada Sunan Gunung Jati dan Para Wali” Jawabnya

Mahasiswa yang hadir penasaran ingin mengetahuinya termasuk saya sendiri, bertanya apa itu pesan yang disampaikan Syekh Nurajti kepada Sunan Gunung Jati dan para wali?
Kemudin Ba’an memaparkan ceritanya:
“Pada saat itu, setelah berkelana menemui para wali di Jawa, Sunan Gunung Jati pada tahun 1475 (Ada naskah yang menyebut 1470) mendarat di Amparan Jati  dan menemui uwaknya (Pangeran Walangsungsang) yang pada saat itu menjadi Kuwu Cirebon. Uwaknya sangat gembira atas kedatangan keponakannya tersebut dan mendukung niatnya. Tetapi sebelumnya Pangeran Walangsungsang memberi nasihat agar sebelum melakukan syiar Islam, terlebih dahulu menemui Ki Guru, yakni Syekh Nurjati di Gunung Jati. Sunan Gunung Jati agar meminta nasihat dan petujuk, bagaimana dan apa yang harus dilakukan. Akhirnya, mereka berdua berangkat menuju Gunung Jati menemui Syekh Nurjati selama tiga hari tiga malam.

Singkat cerita, Sunan Gunung Jati bertemu dengan Syekh Nurjati dan berpesan;
“Ketahuilah bahwa nanti di zaman akhir, banyak orang yang terkena penyakit. Tiada seorangpun yang dapat mengobati penyakit itu, kecuali dirinya sendiri karena penyakit itu terjadi akibat perbuatannya sendiri. Ia sembuh dari penyakit itu, kalau ia melepaskan perbuatannya itu. Dan ketahuilah bahwa nanti di akhir zaman, banyak orang yang kehilangan pangkat keturunannya, kehilangan harga diri, tidak mempunyai sifat malu, karena dalam cara mereka mencari penghidupan sehari-hari tidak baik dan kurang berhati-hati. Oleh karena itu sekarang engkau jangan tergesa-gesa mendatangi orang-orang yang beragama Budha. Baiknya engkau sekarang menemui Sunan Ampel di Surabaya terlebih dahulu dan mintalah fatwa dan petunjuk dari beliau untuk bekal usahamu itu. Ikutilah petunjuk beliau, karena pada saat ini di tanah Jawa baru ada dua orang tokoh dalam soal keislaman, ialah Sunan Ampel di Surabaya dan Syekh Quro di Karawang. Mereka berdua masing-masing sudah menghadapi Ratu Budha, yakni Pajajaran Siliwangi dan Majapahit. Maka sudah sepatutnyalah sebelum engkau bertindak, datanglah kepada beliau terlebih dahulu. Begitulah adat kita orang Jawa harus saling menghargai, menghormati antara golongan tua dan muda. Selain itu, dalam usahamu nanti janganlah kamu meninggalkan dua macam sembahyang sunah, yaitu sunah duha dan sunah tahajud. Di samping itu, engkau tetap berpegang teguh pada empat perkara, yakni syare’at, hakekat, tarekat, dan ma’rifat”

“Demikian pesan dari Syekh Nurjati kepada Sunan Gunung Jati. Syekh Nurjati adalah tokoh utama penyebar agama Islam yang pertama di Cirebon. Tokoh yang lain adalah Maulana Magribi, Pangeran Makdum, Maulana Pangeran Panjunan, Maulana Pangeran Kejaksan, Maulana Syekh Bantah, Syekh Majagung, Maulana Syekh Lemah Abang, Mbah Kuwu Cirebon (Pangeran Cakrabuana), dan Sunan Gunung Jati.”

Subhanallah, karena perjuangan para tokoh Islam ini lah dalam kegigihan dan keistiqomahannya membuat warga Cirebon menjadi pemeluk Islam. Semoga Ridho Allah Swt selalu terlimpahkan kepada mereka.” Gaum saya
Amin Ya Rabbal’alamin.” Seluruh mahawiswa yang hadir mengamini

***

Cerita Terkait

Pesan Sykeh Nurjati Kepada Sunan Gunung Jati
4 / 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan cerita di atas? Silakan berlangganan gratis via email

FANSPAGE