al-Quran Adalah Ilmu Dari Segala Ilmu

Ads:
al-Quran Adalah Ilmu Dari Segala Ilmu
al-Quran Adalah Ilmu Dari Segala Ilmu
Al-Qur’an dan hadits adalah rujukan bagi saya dan umat Islam yang mengtur secara detail tatanan kehidupan manusia. Di tahun 2008 Allah mengijinkan dan memberikan kepada saya untuk menjadi pemeran utama dalam sebuah film Islami yang mengambil lokasi di Mesir, sekitar 35 hari saya disana dan saya sering sekali mendapatkan pertanyan dari teman-teman, “sudah berapa juz al-Quran yang sudah kamu hafal?”. Pertanyaan seperti itu sejatinya menampar saya karena ketika itu tidak ada satu juz al-Quran pun yang saya hafalkan. Sehingga sepulang saya dari Mesir bersemangat saya harus belajar dan menghafal al-Quran, disalah satu rumah Quran yang ada di Jakarta.

Di tahun 2010 saya menjalankan Ibadah Umrah untuk pertama kali dan di Masjid Nabawi saya melihat anak-anak kecil usia 10 sampai 15 tahun dan mebuat lingkaran dan mereka saling menyetorkan hafalan al-Quran mereka. Saya fikir saya sudah bisa karena saya sudah punya bekal hafalan al-Quran selama di Indonesia, namun ternyata lagi-lagi saya kalah karena mereka sudah hafal sebanyak 30 Juz dan itu membuat saya semakin bertekad ternyata tidak bisa belajar hanya di Indonesia saja, saya punya cita-cita yang jauh lebih lagi, saya ingin sekali belajar di negara-negara yang berbahasa arab entah di Makkah, Madinar, Mesir, Yaman atau dimanapun itu, saya ingin belajar dimana sehari-harinya mereka menggunakan bahasa arab dan mereka sangar mencintai al-Quran.

Setelah lulus S1 dan sebelum melanjutkan S2 saya, akirnya saya berangkat ke Makkah untuk Umrah kedua kalinya, disana kemudian saya diperkenalkan oleh teman saya gadis Arab bernama Maemunah, ia adalah seorang mahasiswi di Universitas Ummul Qura Makkah dan dengan Maemunah ini saya senantiasa menyetorkan hafalan Quran saya setiap bada maghrib sebelum Isya di Masjidil Haram di depan Ka’bah.

Maemunah kemudian memperkenalkan saya dengan teman-teman Ummul Qura, dan pada hari itu juga langsung dipertemukan juga dengan dosennya. Yang diluar dugaan saya adalah dosen tersebut mengatakan bahwa “Saya tahu kamu adalah orang Indonesia yang sangat ingin sekali belajar Quran dan sangat ingin belajar bahasa arab dan hari ini juga kamu bisa belajar di tempat saya”. Saya kaget luar biasa dan langsung sujud syukur, karena sulit bagi saya untuk di percaya ternyata Allah dengan mudahnya mengijinkan saya untuk belajar di Ummul Qura tersebut.

Di Universitas Ummul Qura saya masuk di kelas as-sami atau kelas mendengarkan dan di dalam kelas beisi sekitar 25 gadis di seluruh dunia ada yang dari negara Nigeria, Prancis, Cina, dan lain-lain. Mereka mengatakan bahwa “meraka datang untuk belajar al-Quran, belajar bahasa Arab, belajar agama Allah”, setelah itu mereka akan kembali ke negara mereka masing-masing untuk menyiarkan agama Islam yang Rahmatal lil’alamin.

Dengan semangat mereka, saya pun tertular semangat mereka. Bahkan mereka menitipkan pesan kepada saya “Ukhty, tolong sampaikan kepada teman-temanmu yang ada di seluruh Indonesia, beruntung sekali kalian tinggal di Indonesia karena disana mayoritas orang Islam, sehingga kalian dengan mudah bisa mempelajari al-Quran, bisa mendengarkan adzan dimana-mana, dan menggunakan jilbab dengan mudah. Tidak seperti kami negara-negara yang minoritas, oleh karena itu kalian banyak bersyukur karena kalian sangat mudah sekali menjalankan agama Islam di Negara kalian.”

Ketika itu saya baru 2 (dua) minggu saya belajar di Ummul Qura, saya mendapatkan panggilan telpon, saya mendapatkan tawaran bermain film sebagai peran utama, yang saya cita-citakan film ini sejak dulu, karena saya sudah membaca novelnya dan bermimpi untuk memainkan peran dalam film tersebut. Saya harus melakukan shalat istikharah terus menerus karena bagi saya ini adalah sebuah pilihan sangat berat, di satu sisi saya ingin tetap belajar dan disatu sisi saya sangat ingin sekali bermain dalam film tersebut. Dan saya menceritakan hal ini kepada teman dekat saya dengan air mata yang berderai-derai, Maemunah mengatakan “Ukhty, umat Islam ini sebenarnya hanya seperti tombak saja, ada yang di ujung tombaknya, ada yang di tonkatnya dan tujuan itu sama yaitu untuk berda’wah untuk menyebarkan agama Allah yang Rahmatal lil’alamin. Mungkin kamu di takdirkan untuk belajar dulu, untuk kemudian menuntut ilmu terlebih dahulu setelah itu kamu bisa tampil di depan dan kemudian menyebarkan agama Allah.”

Pada akhirnya saya memilih untuk tetap di Makkah untuk belajar dari pukul 08.00 samapai 14.00. Setelah itu biasanya Maemunah menemani saya untuk berkeliling di Makkah, untuk melihat teman-teman di lembaga Tahfidz Quran, mereka menghafalkan al-Quran dari usia 7 tahun sampai 70 tahun. Dan paling menarik dan tidak bisa saya lupakan adalah saya berpidato menggunakan bahasa arab di depan teman-teman penghafal al-Quran. Dalam pidato itu saya mengatakan kekaguman dan haru saya terhadap Islam, sehingga yang mendengarkan pidato saya banyak yang terharu dan menangis tersedu-sedu dan bahkan saya mendapatkan surat Cinta dari salah satu diantara mereka, yang isinya adalah “Ukhty, semoga Allah senantiasa membuat kamu terus Istiqomah, mambuat niatmu lurus, membuat hatimu senantiasa bersih.” Dan di ujung surat tesebut ia mengatakan “Uhibbuki Fillah (aku mencintaimu karena Allah)”. Kalimat ini kemudian menggetarkan hati saya, karena dia tidak kenal saya dan saya tidak kenal dia, namun ia bisa mengatakan “aku mencintaimu karena Allah”.

Saya mengibaratkan cinta karena Allah adalah sebuah segi tiga, saya di sebelah kiri, ia sebelah kanan dan cinta kami kepada Allah lah yang di atas yang menyatukan cinta diantara hamba-hamba-Nya. Masing-masing kami berusaha untuk ta’at kepada Allah dan itulah yang membuat cinta kami saling menyatu. Dan itulah cinta karena Allah.

Selama 30 hari saya menyelesaikan pendidikan dan belajar saya di Makkah, walau sebentar tetapi saya mendapatkan semangat dakwah yang luar biasa. Saya pulang ke Indonesia dan menuliskan buku novel yang berjudul “Cahaya di atas cahaya”, dan di translet ke Bahasa Arab dan Bahasa Inggris agar teman-teman saya di Makkah bisa juga ikut membacanya.

Saya mendapat pelajaran yang berharga bahwa jadilah pribadi-pribadi yang senantiasa selalu menuntut ilmu, kapanpun dan dimanapun, karena ternyata Allah selalu mempermudah bagi hamba-hambanya yang haus akan ilmu dan itu yang saya rasakan, ketika saya tidak punya uang, ketika saya mempunyai banyak hambatan dan ternyata Allah mempermudah menyelesaikannya.

Islam menyuruh kita untuk membaca, menelaah, menganalisis supaya tahu betapa besar Allah, betapa besar kuasa Allah, betapa besar penciptaan Allah, dan selalu berfikir terus supaya menjadi pribadi-pribadi Allah yang tidak hanya cerdas tetapi juga berilmu dan beriman dan mudah-mudahan dengan begitu kita di tinggikan derajatnya oleh Allah SWT. Amin Ya Robbal’alamin

***

Demikian cerita pendek al-Quran Adalah Ilmu Dari Segala Ilmu. Semoga dalam ceritanya memberikan pelajaran yang baik untuk kita dan tulisan ini kami persembahkan untuk sahabat dejavu, selengkapnya baca kumpulan cerita pendek.

Cerita Terkait

al-Quran Adalah Ilmu Dari Segala Ilmu
4 / 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan cerita di atas? Silakan berlangganan gratis via email

FANSPAGE