Ads:
Penulis: Khaelani
Nama saya Muhammad Bijaksana Junerasano, sejak lama saya percaya pada panggilan jiwa yaitu bahwa hidup bukan hanya sekedar menjalani namun ada masanya kita belum menemukan apa panggilan jiwa kita, dan saya tidak ragu untuk terus mencari jika memang belum menemukannya.
Sejak saya dibangku SMA saya selalu berfikir manusia berinteraksi dengan lingkungannya dan meninggalkan sampah, bagiku itu sebuah problem tapi lebih dari itu saya melihat peluang untuk memcahkan masalahnya. Untuk itu saya perlu tahu bagaimana ilmunya.
Setelah lulus SMA saya melangkah mantap masuk kuliah ke Institut Teknologi Bandung jurusan Teknik Lingkunag. Bukan hanya sekedar kuliah namun saya ikut kegiatan kampus di LFM tempat saya bergaul dengan sesama pencinta film dan fotografi. LFM juga menyediakan dokumen resmi untuk acara wisuda yang kami jual kembali kepada para wisudawan.
Saya terus bertekad asik berbisnis dan berjualan saat kuliah tidak membuat saya sampai lupa cita-cita awal, yaitu membantu dan memberikan solusi bagi lingkungan dan menanggulangi sampah. Misalnya sampah pelastik, peggunaan pelastik yang murah dan mudah membuat orang lupa akan efek buruknya, yang sebanarnya samapah pelastik itu lama sekali terurai oleh lingkungan bahkan dibakarpun akan mengotori udara. “Saya harus melakukan sesuatu”.
Kemudian tak lama akhirnya saya membentuk team untuk mencari solusi akan samapah tersebut. Saya dan teman-teman kuliah membentuk Komunitas Generation Indonesia yang cinta akan lingkunagan. Langkah awal saya memberikan penyuluhan kepada anak-anak SD di sekitar Bandung, dan program pertamaku dinamai Kebunku kependekan dari “Kertas Bekasku Hijaukan Bandungku”, simpel saja metodenya, saya menampung pemberian kertas bekas yang kemudian saya akan ganti dengan satu pohon untuk di tanam dan dirawat. Terlihat sangat remeh namun tujuan kami adalah membangun kesadaran akan lingkungan sejak SD.
Soal kuliah yang sempat terbengkalai untuk tetap fokus, dan seolah-olah memenuhi panggilan jiwa itu bukan dunia nyata tapi...
“Truuuutttt...”Suara Hpku berbunyi
“Halo nak” Suara Ibu dari telepon
“Iya Bu” Jawabku
“Ibu dengan kamu tidak lulus lagi dalam ujian?”
“Iya bu”
“Haduhhh... nak kamu ini gimana sih kapan mau lulusnya?”
“Saya janji bu akhri tahun ini saya akan lulus bu”
“Janji janji terus kamu tuh nak, kamu sibuk ngurusin yang engga-engga, kapan kamu belajarnya? dan kuliah kamu jadi berantakan”
“Saya akan belajar bu untuk sukses, sekarang lagi belajar menyeimbangkan keduanya agar lulus dan berbisnis juga sukses” Sangkalku
“Yasudah kalau begitu kamu baik-baik disana, belajar yang benar harus lulus ujiannya”
Selanjutnya saya fokus terlebih dahulu menyelesaikan kuliah dan pada akhirnya saya lulus kuliah dan kala itu taman-teman saya di Generation banyak yang memilih jalannya sendiri, semua berpaling dari kerja sosial ini dan tentunya saya tak berhak menyalahkannya namun rasanya tak mungkin saya sendirian.
Kemudian untuk bertahan hidup, saya mencoba membangun bisnis pelayanan jasa, yaitu salah satunya Event Organizer namun tetap pada misiku yaitu penghijaun lingkungan dan suatu ketika saya di datangi oleh Dodi salah satu taman waktu program Kebunku semasa kuliah. Ia yang kemudian jadi patnerku selanjutnya dan di dampingi oleh ami kekasih pujaan saya saat di kuliah merekalah yang terus mendukungku dan mempunyai visi dan misi yang sama denganku.
Dari kekeras kepalaan saya mulai berbuah, akhirnya mulai bergerak dan tidak mau membuang-buang waktu karena sudah saatnya Generation Indonesia harus bangkit kembali tentunya dengan konsep yang berbeda yaitu Enterpreneur Sosial. Kami kemudian bergabung dengan pengrajin lokal yang saling menguntungkan dan saling memberikan manfaat.
Dan saya pula bergabung dengan kemitraan dalam program kewirausahaan tingkat nasional. Disana saya banyak belajar dan membantu saya untuk mengembangkan usaha saya.
Saya mengembangkan beberapa program di Generation Indonesia yaitu “Management Sampah Kawasan Rumah Tangga” dan program inilah yang menjadi kebangkitan kembali Generation dengan menyediakan komposter untuk penanggulangan sampah di kawasan perumahan yang berguna menjadi pupuk lahan hijau.
Saya umpamakan seperti menanam pohon, saya lebih baik memiliki pohon sendiri dari pada saya bergantung dari pohon orang lain. Dan Generation Indonesia adalah proses tumbuh dan berkembangnya pohon itu sendiri, yaitu pada saat kami telah memiliki pohon itu kami mendapatkan sumber daya yang lebih banyak lagi untuk membuat pohon-pohon yang lain dari buah yang tumbuh dari Generation Indonesia.
Nama saya Muhammad Bijaksana Junerasano, sejak lama saya percaya pada panggilan jiwa yaitu bahwa hidup bukan hanya sekedar menjalani namun ada masanya kita belum menemukan apa panggilan jiwa kita, dan saya tidak ragu untuk terus mencari jika memang belum menemukannya.
Sejak saya dibangku SMA saya selalu berfikir manusia berinteraksi dengan lingkungannya dan meninggalkan sampah, bagiku itu sebuah problem tapi lebih dari itu saya melihat peluang untuk memcahkan masalahnya. Untuk itu saya perlu tahu bagaimana ilmunya.
Setelah lulus SMA saya melangkah mantap masuk kuliah ke Institut Teknologi Bandung jurusan Teknik Lingkunag. Bukan hanya sekedar kuliah namun saya ikut kegiatan kampus di LFM tempat saya bergaul dengan sesama pencinta film dan fotografi. LFM juga menyediakan dokumen resmi untuk acara wisuda yang kami jual kembali kepada para wisudawan.
Saya terus bertekad asik berbisnis dan berjualan saat kuliah tidak membuat saya sampai lupa cita-cita awal, yaitu membantu dan memberikan solusi bagi lingkungan dan menanggulangi sampah. Misalnya sampah pelastik, peggunaan pelastik yang murah dan mudah membuat orang lupa akan efek buruknya, yang sebanarnya samapah pelastik itu lama sekali terurai oleh lingkungan bahkan dibakarpun akan mengotori udara. “Saya harus melakukan sesuatu”.
Kemudian tak lama akhirnya saya membentuk team untuk mencari solusi akan samapah tersebut. Saya dan teman-teman kuliah membentuk Komunitas Generation Indonesia yang cinta akan lingkunagan. Langkah awal saya memberikan penyuluhan kepada anak-anak SD di sekitar Bandung, dan program pertamaku dinamai Kebunku kependekan dari “Kertas Bekasku Hijaukan Bandungku”, simpel saja metodenya, saya menampung pemberian kertas bekas yang kemudian saya akan ganti dengan satu pohon untuk di tanam dan dirawat. Terlihat sangat remeh namun tujuan kami adalah membangun kesadaran akan lingkungan sejak SD.
Soal kuliah yang sempat terbengkalai untuk tetap fokus, dan seolah-olah memenuhi panggilan jiwa itu bukan dunia nyata tapi...
“Truuuutttt...”Suara Hpku berbunyi
“Halo nak” Suara Ibu dari telepon
“Iya Bu” Jawabku
“Ibu dengan kamu tidak lulus lagi dalam ujian?”
“Iya bu”
“Haduhhh... nak kamu ini gimana sih kapan mau lulusnya?”
“Saya janji bu akhri tahun ini saya akan lulus bu”
“Janji janji terus kamu tuh nak, kamu sibuk ngurusin yang engga-engga, kapan kamu belajarnya? dan kuliah kamu jadi berantakan”
“Saya akan belajar bu untuk sukses, sekarang lagi belajar menyeimbangkan keduanya agar lulus dan berbisnis juga sukses” Sangkalku
“Yasudah kalau begitu kamu baik-baik disana, belajar yang benar harus lulus ujiannya”
Selanjutnya saya fokus terlebih dahulu menyelesaikan kuliah dan pada akhirnya saya lulus kuliah dan kala itu taman-teman saya di Generation banyak yang memilih jalannya sendiri, semua berpaling dari kerja sosial ini dan tentunya saya tak berhak menyalahkannya namun rasanya tak mungkin saya sendirian.
Kemudian untuk bertahan hidup, saya mencoba membangun bisnis pelayanan jasa, yaitu salah satunya Event Organizer namun tetap pada misiku yaitu penghijaun lingkungan dan suatu ketika saya di datangi oleh Dodi salah satu taman waktu program Kebunku semasa kuliah. Ia yang kemudian jadi patnerku selanjutnya dan di dampingi oleh ami kekasih pujaan saya saat di kuliah merekalah yang terus mendukungku dan mempunyai visi dan misi yang sama denganku.
Dari kekeras kepalaan saya mulai berbuah, akhirnya mulai bergerak dan tidak mau membuang-buang waktu karena sudah saatnya Generation Indonesia harus bangkit kembali tentunya dengan konsep yang berbeda yaitu Enterpreneur Sosial. Kami kemudian bergabung dengan pengrajin lokal yang saling menguntungkan dan saling memberikan manfaat.
Dan saya pula bergabung dengan kemitraan dalam program kewirausahaan tingkat nasional. Disana saya banyak belajar dan membantu saya untuk mengembangkan usaha saya.
Saya mengembangkan beberapa program di Generation Indonesia yaitu “Management Sampah Kawasan Rumah Tangga” dan program inilah yang menjadi kebangkitan kembali Generation dengan menyediakan komposter untuk penanggulangan sampah di kawasan perumahan yang berguna menjadi pupuk lahan hijau.
Saya umpamakan seperti menanam pohon, saya lebih baik memiliki pohon sendiri dari pada saya bergantung dari pohon orang lain. Dan Generation Indonesia adalah proses tumbuh dan berkembangnya pohon itu sendiri, yaitu pada saat kami telah memiliki pohon itu kami mendapatkan sumber daya yang lebih banyak lagi untuk membuat pohon-pohon yang lain dari buah yang tumbuh dari Generation Indonesia.
Sukses Menghijaukan Generasi Indonesia
4
/
5
Oleh
Admin