Sukses Hanya Berjualan Coffe Dengan Bermodalkan Keyakinan

Ads:
Penulis: Khaelani

Dititik persipangan biasanya sikap seseorang akan menentukan masa depannya, saya seorang yang ingin membuktikan diri bahkan disaaat saya sedang jenuh, sperti dua tahun sebelumnya.

Nama saya Odi Anindito, saya tumbuh dan kuliah salah satu universitas di Surabaya, kala itu saya memang terbengkalai kuliah saya, hingga akhirnya saya mulai jenuh dengan kuliah;
“Odi rasanya sudah gak maksimal kuliannya pak, nilainya juga cuma gitu-gitu aja, jenuh pak! Odi pengen mencoba berbisnis saja pak” Kataku pada orang tuaku
“Bapak tidak setuju” sambil melotot matanya kearah saya
“Kenapa pak?” Tanyaku
“Selesaikan kuliahmu dulu, baru berbisnis”
“Tapi Odi pengen berbisnis saja pak”
“Lho kok gitu, awalnya yang ingin kuliah kan kamu sendiri” Tetap melotot matanya ke arahku
“Kenapa kamu nak, kuliah itu kan kewajiban kamu, kalau kuliahmu gak beres kamu nanti mau jadi apa? Bapak dan Ibu ingin liat kamu berhasil” Lanjut tanya ibuku
“Tapi...” Kataku
“Yawis gini aja, bapak ijinkan kamu berbisnis asal kamu jangan berhenti kuliah, kamu ambil cuti kuliah selama sau tahun dan selama cuti kamu tinggal di budemu di Australi” Jelas Bapak

Kemudian saya terbang ke Australi untuk belajar berbisnis. Namun sesampainya disana saya bekerja di salah satu bisnis lokal Coffee shop, dan dari sana saya belajar banyak mengenai Coffee, terutama mengenai Coffee yang di gememari di Indonesia.

Namun tak terasa masa cutiku habis dan harus kembali ke Indonesia dan melanjutkan kuliah saya. Dengan modal semangat dan tanggung jawab saya bahwa saya akan buktikan kepada orang tua saya pasti bisa lulus kuliah, karena kesempatan itu tidak akan saya sia-siakan seperti yang saya bilang dari awal “Saya tidak akan berhenti membuktikan diri”.

Akhirnya saya lulus kuliah dan mengikuti ujian dengan sukses, tetapi memang tidak mudah, beberapa kali ssaya harus mengorbankan banyak waktu untuk menyelesaikan kuliah dan saya percaya ada diri saya sendiri, bahwa saya bisa membuktikannya.

Setelah lulus kuliah barulah petualanganku berbisnis dimulai dengan membuka Coffee yang pelajari kala di Australi. Dan saya buka lapak penjuanlan Coffee yang saya berinama dengan Coffee Toffee dengan outlet sederhana. Hingga berlanjut dan ingin berkembang saya membukan beberapa lapak cabang Coffee Toffee dan berbisnis dengan konsep wara laba yaitu siapa saja dan dimana saja boleh membuka Coffee Toffee, agar brand nama Coffee Toffee cepat dikenal orang.

Ditengah perjalanan, teman saya mengajak saya membuka bisnis baru dengan menawarkan bisnis kay jati. Setelah banyak pertimbangan saya pun bergabung dengan ajakannya.

Namun ujian pun berdatangan, saya mengalami masa tersulit dan saya mengalami penurunan drastis karena banyak cabang dan brand Coffee Toffee menurun. Dan disaat yang sama pula saya tertipu dengan bisnis kayu jati. Saat itu saya samapi tidak membayar karyawan saya selama tiga bulan dan banyak dari karyawan saya yang resign.

“Aku bukan hanya sekedar invest di, aku ingin membeli seluruh aset dari Coffee Toffee dengan harga yang lebih mahal, ya seengganya bisa buat bikin kamu usaha baru” Hingga temanku menawarkan seperti itu.
“Sur, saya yakin saya masih bisa mengatasi masalah ini sur, saya yakin Coffee Toffee masih bisa bangkit” kattaku sambil menolak tawarannya.

Saya memilih untuk mempertahankan Coffee Toffee karena pada saat itu ada beberapa karyawan saya yang memilih untuk bertahan di Coffee Toffee dan bahkan mereka rela untuk tidak menerima gaji selama beberapa bulan, dan ini membuktikan mereka masih percaya terhadap mimpi dan potensi Coffee Toffee, mengapa saya tidak. Jadi pada saat itu saya berjanji bahwa saya harus bangkit dari keterpurukan ini dan menemukan solusinya dengan cepat.

Modal sudah tidak ada lagi karena sudah dibawa orang mengajak saya bisnis kayu jati dan aset satu-satunya saya berfikir untuk menggadaikan modil dan perhiasan utuk tambahan modal. Akhirnya saya medapat uang instan di salah satu penerima gadai untuk modal kembali.

Saya dan tiga karyawan saya yang setia lalu memngikuti pameran frences di Jakarta dan menggunakan konsep baru, yaitu Coffee Toffee yang biasanya dalam bentuk lapak kini menjadi Coffee Shop semacam cafe. Karena ini adalah pertaruhan besar dan saya memutuskan untuk terjun sekalian.

Namun tetap saja rintangan saya masih di depan mata, kala saya ingin mendapatkan modal yang cepat saya menjebloskan diri di hutang berbunga dan saat itulah saya merasa nanti akan ada masalah baru salah satunya perusahan pinjaman itu mengirimkan orang untuk menagih hutang saya dan berlaku kasar terhadap keluarga saya.

Setelah saya memperbaiki konsep dan sistem managemant Coffee Toffee, kami menawarkannya wara laba ke frendces dan ternyata antusias masyarakat sangat luar biasa sekali sehingga membantu Coffee Toffee berkembang lebih cepat sebelumnya. Dan Alhamdulillah setelah jatuh bangunnya, Coffee Toffee berhasil merambah banyak kota dan saya bisa menyelesaikan hutang-hutang saya di luar dan menebus kembali aset gadaian keluarga saya.
Sukses Hanya Berjualan Coffe

Cerita Terkait

Sukses Hanya Berjualan Coffe Dengan Bermodalkan Keyakinan
4 / 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan cerita di atas? Silakan berlangganan gratis via email

FANSPAGE