Sukses Membangun Perumahan Sederhana

Ads:
Penulis: Khaelani

Nama saya Elang Gumilang. Beranjak tumbuh, tekad pembuktiaan diri itu terwujud dalam jiwa wirausaha saya, tidak ada kurun waktu di hidup saya yang tidak di isi untuk usaha mandiri. Seusia saya ketika masih di duduk bangku sekolah SMA saya sudah belajar usaha mulai dari mendagangkan makanan. Diam-diam saya berjualan tanpa orang tua tahu.

Samapai pada akhirnya saya selalu di tegur oleh orang tua untuk tidak usaha dan harus fokus sekolah.
“Ibu gak pernah melarang kamu jualan nak, tapi menyelesaikan sekolah itu lebih penting. Ibu juga tahu kamu mau bantu ibu sama bapak, tapi dengan menyelesaikan sekolah itu sudah cukup membantu kami, iya kan pa?” Kata Ibu
“Iya lang, karena sekolah itu tanggung jawab. Nah, setelah kamu selesai sekolah baru kamu bisa menentukan pilihan kamu, kalau pun kamu mau usaha, cari usaha yang tidak riba, dan satu hal lang, kamu harus sungguh-sungguh, karena orang yang sungguh-sungguh itu akan berhasil” Jelas Bapak.

Akhirnya setelah teguran dan penjelasan orang tua, taktik saya di rubah yang tadinya saya belajar usaha demi menghasilkan uang kemudian saya berhenti dan belajar berprestasi di sekolah untuk memenangkan perlombaan sekolah namun tujuannya tetep adalah mencari uang. Dari uang saya itu semata-mata berniat untuk biaya kuliah nanti sekaligus untuk modal usaha ketika saya kuliah nanti bukan hanya berstatus sebagai mahasiswa akantetapi sebagai seorang pengusaha. Motivasinya adalah benar kata bapak, “Barangsiapa yang sungguh-sungguh pasti berhasil”.

Beranjak kuliah di ITB, jiwa usaha saya semakin menjadi. Mencari peluang dan kesempatan. Awalnya memang coba-coba, berusaha mengenali kebutuhan dan setiap ada peluang, saya tidak mau menyia-nyiakannya, mulai dari menjual sepatu, berdagang lampu samapi minyak goreng. Samapi seorang ibu dari teman saya mau membiayai usaha minyak goreng, dengan uang hasil dari PHK nya satu-satunya harta yang mereka miliki.

Panas dan terik matahari menjadi teman saya saat mengantar minyak-minyak pesanan. Karena yang terbayang hanya lembaran uang dan keuntungan untuk membiayai biaya kuliah. Namun lama-lama saya mulai berpikir, bisnis bolehlah lancar tetapi saya hanya mengandalkan otot. Bukannya saya tidak mau bekerja keras tapi katanya mau membuktikan diri sebagai mahasiswa, “kenapa mengandalkan otot bukan otak?” gerutu saya dalam hati. Mulai saat itu saya tergerak untuk kerja cerdas bukan sekedar kerja keras.

Saat saya kuliah, kegiatan saya bukan hanya sekedar duduk di bangku kelas dan membara menjadi seorang pengusaha tetapi di seling dengan mengikuti kegiatan UKM bela diri di kampus dan masih teringat jelas kala sang guru bela diri berpesan “Kalau kau ingin sukses, kamu bisa belajar dari 10 orang terkaya dan 10 orang termiskin”. Dari pesan itu saya mulai tergugah hatinya saat melihat seorang bapak-bapak separuh baya mencari nafkahnya hanya bergelut dengan kotornya sampah membawa gerobak tua berkeliling dari tempat sampah ke tempat sampah lainnya.
“Assalamu’alaikum pak” Kata saya
“Wa’alaikumusalam” Jawab bapak itu
“Ini ada makanan pak dari saya mohon di terima”
“Terimakasih banyak, saya terima. Alhamdulillah”
“Oya pak, kalau boleh tahu seharian ngapain aja pak?” Tanyaku
“Saya pemulung sep, ya gak seberapa sih tapi yang penting kerjaan halal” Jawabnya
“Teruh sekarang bapak tinggal dimana?”
“Disini, inilah rumah saya” Jawabnya sambil menunjukan ke arah gerobak tua yang kotor penuh dengan barang pulungannya.

Hatiku pedih melihat kehidupan bapak pemulung tadi, sebegitu sulitkah bagi mereka untuk memiliki rumah padahal rumah itu penting untuk tempat bernaung dan berlindung dari panas dan dinginnya cuaca. Jadi ingin rasanya memberikan tempat perlindungan untuk mereka bernaung dan berlindung menggantikan gerobak tua yang lebih layak. Tapi bagaimana Caranya....?

Semakin jauh jalanan yang di tempuh, semakin cepat juga impian saya harus segera di mulai namun apa yang harus saya lakukan? sampai akhirnya saya menemukannya. Semua orang membutuhkan rumah tempat bernaung dan berlindung. Selain nilanya besar, bisnis properti adalah bisnis jangka panjang. Saya terlebih dahulu ikut belajar dan bekerja bagaimana saya harus memulai bisnis perumahan. Saya bekerja di salah-satu perusahaan perumahaan sebagai sales marketing dan setahun kemudian saya belajar di sekolah kontraktor.

Selanjutnya merasa sudah tahu banyak soal bisnis perumahan saya memulai dari mencari modal yang dikumpulkan dari teman-teman saya sewaktu SMA. Saya presentasikan bagaimana bisnis perumahan itu dan pada akhirnya Alhamdulillah saya dan teman-teman sepakat untuk memulai bisnis perumahan sederhana.

Alhasil karena tekad dan kesungguhan saya telah menemukan dunia usaha yang pas untuk saya geluti. Bisnis perumahaan akhirnya terrealisasi dan sudah membangun beberapa rumah sederhana yaitu 17 komplek perumahan untuk kalangan masyarakat bawah. Namun kadang kala ada saja hambatan yang tak pernah di duga tapi saya selalu berfikir yang selalu menang itu bukan untuk orang yang lebih besar atau lebih pintar dan cerdas tapi bagi saya yang menang itu adalah orang yang bertekad dan sungguh-sungguh.

Salah satu alasan saya untuk bisnis perumahan dan properti, yaitu di Indonesia kurang lebih ada 70 juta rakyat yang belum memiliki rumah atau tepatnya 8,3 Juta yang belum memiliki rumah dan setiap tahun kebutuhan akan rumah itu adalah 800 ribu dan baru terpenuhi sekitar 200 ribu lalu bagaimana keluarga dari kalangan bawah jika penyediaan rumah untuk kalangan atas padahal rumah adalah kebutuhan primer, kalau kebanyakan membangun perumahan realestit lalu siapa yang memikirkan perumahan untuk masyarakat kalangan bawah.

Status saya masih mahasiswa namun sudah sukses bergelut di dunia usaha yaitu bisnis perumahan sederhana. Dan dari awal usaha kami dibangun dengan jiwa sosial masyarakat dan Alhamdulillah dari hasil keuntungan bisnis properti dan perumahan kami telah membangun sekolah kejar paket A, B dan C, dan juga setiap bulan rutin memberikan oprasi gratis penyakit bibir sumbing, mata katarak dan memberikan kaki palsu bagi yang membutuhkan. Bahkan kami memiliki LBH tersendiri yaitu jika ada salah satu masyarakat mengadukan masalah ketidak adilan terkadang datang ke yayasan kami untuk diberikan konsultasi hukum. Dan banyak lagi kegiatan sosial yang kami lakukan. Karena bagi kami sosial bukan hanya sebatas sebuah perintah tapi sosial adalah bagian dari bisnis yang tidak bisa dipisahkan.

Sukses Membangun Perumahan Sederhana

Cerita Terkait

Sukses Membangun Perumahan Sederhana
4 / 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan cerita di atas? Silakan berlangganan gratis via email

FANSPAGE