Miss Galau Abadi By Wulandari

Ads:
Miss Galau Abadi By Wulandari
MISS GALAU ABADI
Penulis Wulandari

“Kala duka datang, ku percaya suka kan hadir dengan canda serta tawa. Duka dan suka itu sepaket ! enggak bisa sendiri-sendiri.”

Terbisu dalam lamunan. Warna jingga telah menghiasi  langit sore itu. Burung pun mulai kembali pada sarangnya. Udara berubah, suasana panas yang berganti sejuk hingga matahari pun siap kembali ke asal. Apa semua akan kembali? Bagai siklus? Entahlah.... Waktu akan terus berputar, namun tak pernah sejam, semenit bahkan sedetik yang telah berlalu, terulang kembali. Ku tau, hidup kan terus berjalan hingga habis masanya nanti. Semua yang terjadi seakan telah terskenario dengan sempurna. Itu semua sudah menjadi suratan takdir. Andai ku dapat memilih, skenario apa yang akan ku perankan,mungkin tak akan pernah ku rasa sesakit ini. 

“Lan, kamu kenapa ?” Suara yang tak asing itu membuyarkan segala lamunanku. Suara khas Nanda yang heboh itu seakan terekam jelas dalam memori otakku. Nanda, Riana, Sita dan Ami keempat sahabatku itu udah ada di rumahku tanpa konfirmasi kedatangan sebelumnya. “Lho… kalian? Kok enggak bilang mau dateng?” ekspresiku yang kaget itu justru jadi bahan tawaan buat mereka. “Haa, tadi udah SMS tau ! kamu aja yang sibuk galau ! hahahaha”. Lagi-lagi Riana hobi banget ngatain aku galau. Belum puas, Sita sampek julukin aku ‘MGA (Miss Galau Abadi)’. Sore itu semua pikiranku, rasa sedih bahkan sakit hatiku sempat terlupakan karena tingkah para sahabatku yang selalu berhasil buat aku tersenyum. Syakila Nabila, biasa dipanggil Lana. Katanya ‘La’ dari Syakila dan ‘na’ dari Nabila, mau manggil Syakila susah katanya, terus kalau Nabila pasaran, jadinya dari kecil dipanggil Lana deh.

Malam itu, setelah makan malam keempat sahabatku pulang ke persemedian masing-masing. Riana, Sita sama Ami dijemput sama cowok-cowok yang setia banget anter jemput (“udah kayak ojek aja,,hehehe”), kalau Nanda ? Pacar tercintanya jauh di pulau sebrang, jadinya dijemput ayah tecinta deh. Sedangkan aku? Udah lupa mungkin rasanya jatuh cinta. Lebih dari setahun lalu, untuk yang pertama dalam hidupku, ku kenal apa itu cinta selain dari keluarga. Sesungguhnya ku tak tau rasa apa itu? Itu kah cinta? Atau sekedar rasa kagum? Entah lah, yang jelas rasanya itu terkadang kayak coklat yang manis,  strawberry yang asam, keju yang khas, dan  vanilla yang lembut. Tapi, ku rasa kini rasa itu berubah kayak kopi tanpa gula ataupun susu ! Pahit banget, udah gitu rasa pahitnya susah hilangnya. Malam ini kurasa sama seperti yang lalu-lalu. Menyendiri dalam kamar, play lagu mellow, kalau inget nangis, mata jadi sembab, capek nangisnya tidur deh.
***

Suara bel istirahat ahkirnya berbunyi, satu tanda selain bel pulang yang selalu dinantikan semua murid yang udah jenuh banget sama mata pelajarannya. Temen-temen satu kelasku langsung bubar jalan sibuk dengan urusannya masing-masing. Ada yang buat tugaslah, gosip tentang berita paling up-date lah, ke kantin atau sekedar di depan kelas berharap gebetan atau idola mereka lewat. Sama halnya dengan ku yang dari tadi sibuk bergelut dengan soal-soal matematika, tugas yang hurus dikumpulin siang ini juga. 

“Lana….kantin yuk ! Anak-anak udah pada disana tuh. Ngerjainnya ntar lagi !” Sita yang triak-triak sambil lari masuk kelasku maksa banget lagi. “Lagi ada tugas ni, enggak ikut deh” udah pake tampang paling melas. “Ayolah, entar deh aku pinjemi tugasku udah kelar kok. Pokoknya harus ikut enggak mau tau ! aku enggak pengen liat kamu sedih enggak jelas disini !” capek dengerin ceramahnya Sita dari a-z  yang panjang banget udah mirip jalan tol. Terpaksa dengan sisa-sisa tenaga yang masih tersisa, ku menggikuti kemana langgkah kaki Sita pergi. Kantin, ya itulah tujuan kita kali ini. 
“Kalian lama banget sih. Ngesot apa ya?” celetuk Ami yang suka ngomong asal-asalan.
“Paling juga si Lana tu yang galau banget, kemarinkan liat mas mantan, hahahaha” tambah Riana yang berhasil buat aku tambah galau. 
“Udahan dong Lan, udah setahun ini juga? Move On !!! Banyak yang deketin kamu, enggak ada apa yang nyantol satu aja?” Sita memulai lagi ceramahnya.

Aku hanya diam dan tersenyum dengerin obrolan mereka. Tak lama ku duduk di bangku kantin, perut udah demo aja ni cacing-cacingnya minta makan. Akhirnya,masih dalam keadaan diam ku beranjak dari duduk dan berniat memesan nasi goreng langganan kami. Tapi ‘brukk!!!’ tersungkur ku terjatuh di lantai, bergegas berdiri dan pengen banget  marah tanpa ku sadari siapa yang telah mentabrak. Namun, setelah ku tau siapa dia? Rasa marah itu seketika berubah menjadi salah tinggkah. “Cie…cie…” spontan Nanda triak diikuti ketinga sahabatku yang lain. Pipiku jadi langsung merah kayak tomat hampir busuk hahaha.

B.P atau panggil aja dia Agas, aku memang tak pernah secara resmi kenalan sama cowok satu ini. Tapi, entah mengapa ada sesuatu pada dirinya yang menarik ku ingin lebih tau tentangnya. Dulu saat awal sekolah, ku hanya memperhatikannya dari balkon kelas, maklum kelasnya di bawah aku di atas. Menurut penilaian dari  mataku, dia itu cowok super halus,baik, perhatian, mau trima ceweknya apa adanya lagi. Seneng aja litanya, kalau liat dia jalan dibuntuti ceweknya, kayaknya tu mereka bahagia banget. Sayangnya mereka udah putus juga setahun yang lalu, karna perselingkuhan yang dilakukan pacarnya. Terkadang ku sering berkhayal Shandy nenjadi sosok sepertinya, mungkin ku tak akan merasakan rasa sakit ini. Namun, apa daya? Shandy tetaplah Shandy yang masih ku sayang kini apapun itu alasannya.
***

Semilir angin membelai rambut yang ku biarkan terurai ini. Duduk di taman dengan membaca novel, jadi obat tersendiri dalam kesepianku. Kali ini novel best seller “Ayat-ayat Cinta” yang sedang ku baca. Sejam berlalu tanpa terasa, hingga lagu milik diva kondang Rossa terdengar olehku. Ponsel dalam ransel kuningku ternyata yang menggeluarkan nada itu dan ku jumpai nomor asing tak bernama menghubungiku. Dengan sedikit ragu, ku beranikan diri menjawab panggilan itu. “Assalamualaikum,” terdengar suara di seberang sebelum sempat ku menggucapkan salam terlebih daulu. “Wa’alaikumsalam. Maaf ini siapa?” senyaman mungkin ku bertanya dengan orang asing ini. Tapi, setelah ku menjawab justru sambungan terputus tanpa ku tahu siapa orang yang berada di ujung sana. Kejadian ini tidak terjadi hanya sekali, dua kali namun hingga lima kali. Hingga akhirnya ku biarkan ponsel itu tetap berdering tanpa ada jawaban. Entah rasa apa ini? Mengapa suara itu dapat menggetarkan hati ku ini? Apa dia Shandy ? mungkinkah shandy kembali mengusik hidupku lagi? Bertubi-tubi pertanyaan itu mulai merasuki pikiranku. Shandy…. Shandy…. Haruskah aku hidup dalam bayang semu lagi? Sampai kapan? Sampai kapan rasa ini selalu berpihak kepadamu? Hatiku tak tenang, bahkan semakin kacau tak menentu. Ku putuskan untuk pulang dan tidur.
“Lana, darimana? Makan dulu?” pinta ibu yang sedang asik ngobrol sama tante Umi.
“Lana udah makan kok tadi di rumah Nanda.” Ku jawab asal-asalan pertanyaan ibu, ku sudah lelah dan tak selera untuk makan.

Jam dinding telah menunjukan pukul 22.20 WIB, namun mataku tak kunjung lelap. Pikiranku masih saja melayang, menerawang jauh entah kemana. Dengan susah payah ku pejamkan mata ini tapi sama saja. Ponsel ku kembali berdering dan benar firasatku. Telpon dari nomor asing misterius itu. Dengan sedikit keraguan ku beranian diri menerima telpon itu. “Haloo, kamu itu siapa? Enggak usah ganggu terus deh! Udah malem tau!” aku terus saja marah-marah enggak jelas dan mungkin ku dipikir sudah gila. Hingga ku dengar suara  dari sebrang “ aku kangen senyum kamu.” jawaban yang tak pernah terbayangkan. Jantung ini semakin cepat  berdetak dari biasanya. Aku masih terbujur kaku dan terdiam, sampai ia meneruskan kalimatnya. “Jangan sedih lagi ya, kamu cantik saat tersenyum….” Sambungan telpon itu terputus.

Genap dua bulan telah berlalu dan setiap ku sedih, maka saat itu pula ku mendapatkan telepon dan SMS misterius itu. Hanya saat aku bersedih ! ku semakin penasaran akan sosok itu, Riana dan yang lain pun tak mengetahui siapa orang misterius itu. Dia satu-satunya cowok misterius yang nyata banget merhatiin dan pastinya mengenalku dengan baik.
“Mungkin enggak sih itu Shandy?” Nanda mulai berandai-andai.
“Enggak lah,dia jelas-jelas beda sekolah ma kita ! apa lagi dia kan udah lulus tahun lalu, jadi enggak mungkin !” ngotot Sita meyakinkan.
“Mungkin Davin, Raka, Tio, Kurnia, Tian, Reza, Irvan, atau siapa?” pikir Ami selagi ia mengingat-ingat deretan cowok yang pernah deketin aku akhir-akhir ini. 
“Iya, kan yang deketin Lana banyak ! Tapi di otaknya cuma ada SHANDY ! Dasar, payah.” maki Nanda tak karuan. Entahlah, siapa dia, ku juga tak mengerti. Seinggatku memang ahir-akhir ini aku deket banget sama Davin. Mungkin nama Shandy memang sudah saatnya ku hapus permanen biar enggak berbekas lagi. “Davin? Apa mungkin dia beneran sayang sama aku? Apa aku harus menerima cintanya? Ahhh, enggak salah kalau aku dijulukin Miss Galau Abadi.” Batinku seakan berdebat sesukanya.

Sebulan, dua bulan, tiga bulan, hingga empat bulan sejak ku dekat dengan Davin kurasa ku mampu benar-benar menghapus nama Shandy dari inggatanku,ku hapus namanya dan ku ubah menjadi ukiran yang bertuliskan Davin. Mungkin memang dialah yang selama ini aku tunggu dan cowok misterius juga kurasa dia. Buktinya ku tak pernah lagi mendapatkan SMS atau telpon itu lagi kan dia udah di sampingku.  Sahabat-sahabatku juga mendukung ku dekat dengannya, asalkan ku tak lagi bersedih karnaa Shandy yang kini  tlah hilang ditelan bumi. 

Mentari pagi yang selalu ku tunggu saat malam menjelang. Pengennya buru-buru pagi. Kedekatan ku dan Davin semakin terlihat. Keasyikan ku bersamanya membuat ku lupa menanyakan sms-sms yang dikirimnya tempo hari yang sempat membuat ku penasaran. Ponsel ku mulai bergetar kembali, tanda ada SMS masuk. Ku rasa Davin, tapi ternyata itu dari nomor misterius itu. 
“ Apa mungkin Davin pake nomor ini lagiya? Tapi buat apa sih rahasia-rahasiaan ?” gumanku seraya membuka pesan itu.

Jantungku semakin berdebar, bukan Davin ? Siapa dia sebenarnya? Rasa penasaranku semakin memuncak. Nanda, Riana, Ami, dan Sita sama terkejutnya denganku. Belum lagi kejadian siang ini, semakin membuat pikiran ku kacau. Davin juga mulai berubah !  ia yang beberapa bulan lalu sangat manis dihadapanku, memohon-mohon jawaban atas pernyataan cintanya… siang ini justru gandengan tanggan sama cewek lain di belakangku ! Masalah Davin dengan cepat berlalu dalam pikiran ku, bayangnya secepat kilat hilang begitu saja, berbeda dengan Shandy ! sekarang ini yang mengusik pikiran ku justru cowok misterius ini.

***

Sabtu malam atau yang sering dibilang malam bahagianya para remaja yang ‘punya pacar’, hari dimana semua menjalankan rencana yang telah disusun pada  hari sebelumnya. Seperti biasa semua sahabatku pada hari ini punya acara sendiri-sendiri. Jenuh dirumah, ku mulai ambil sepeda dan ku ayuh menuju cafĂ© dekat kompleks rumah untuk sekedar menyantap secangkir mocacino faforitku, kemudian ku berniat pulang dari sana mampir beli martabak manis keju di ujung kompleks rumah. 

Ketika ku asyik mengayuh sepeda, samar ku dengar suara yang tak asing menurutku menyapa.
“Hai, mau kemana Lan malem Minggu gini sendirian ?” dengan sigap ku berhenti saat ku tau Agas yang ada di samping sepedaku sekarang. Dengan ekspresi salah  tingkah dan kaget “kok tau namaku? batinku berbicara. Ku masih tak percaya, dia menatapku semakin dalam, tersenyum dan berkata “seneng akhirnya bisa ngobrol langsung dan liat kamu senyum seperti tadi.” Kalimat itu langsung menggingatkanku akan sosok cowok misterius itu. Bibirku semakin terkunci, pipiku mungkin kembali seperti tomat hampir busuk, tapi ku beranikan untuk menanggapi pembicaraan itu, “haa,, kamu?” dia hanya tersenyum dan berkata “iya, aku Bagas Prasetya. Kamu tau aku kan? Kita satu sekolah.” Percakapan demi percakapan pun akhirnya terjadi di malam yang penuh bintang itu. 

Ternyata sejak putus dari Anna lebih dari satu tahun lalu, dia menggaku telah memperhatikanku, saat ku masih bersama Shandy pastinya. Aku tak pernah menyangka bahkan bermimpi, dia ‘B.P – AGAS’ cowok khayalanku dulu yang pernah ku  kagumi dan berharap Shandy menjadi sosok sepertinya, ternyata dia……

Tuhan selalu punya scenario indah untuk kita. Saat Ia memberi sakit saat itu juga Ia turunkan obat sebagai netralisirnya. Tergantung kita yang jalani hidup ini? Mau bertahan dan mencari jalan keluar atau menyerah tanpa hasil. Berakhir sudah masa galauku karna Shandy ! Shandy memang kenangan masa lalu ku yang cukup ku kenang dan tak lagi ku buka, namun kini Agas yang akan setia memberiku semangat untuk menjalani hidupku ke depan. Kini aku lepas dari gelar “MISS GALAU ABADI” ! 
“ Aku Syakila Nabila, bukan lagi Miss Galau Abadi

 -TAMAT-

Tentang Penulis:

Nama Wulandari, lahir 17 tahun lalu tepatnya tanggal 17 januari 1996. Sekarang ini aku salah satu siswi SMA N 2 UNGARAN. Hampir tiga tahun sudah ku menuntut ilmu disana, mendiami salah satu kelas dengan jurusan IPA. XII IPA 4, kelas berpenghuni bermacam-macam siswa dengan karakternya masing-masing. 

Cerita Terkait

Miss Galau Abadi By Wulandari
4 / 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan cerita di atas? Silakan berlangganan gratis via email

FANSPAGE