Mereka Tak Menyanyangiku By Nur Qomariyah Fitriah

Ads:
MEREKA TAK MENYANYANGIKU
Penulis : Nur Qomariyah Fitriah

Hari ini adalah hari ulang tahunku yang ke 16 tahun. Tanggal 12 februari 2014. tak hanya aku saja yang ulang tahun tetapi saudara kembarku yang bernama Karin. Tapi mama dan papaku hanya mengucapkan selamat ulang tahun kepada Karin saja. 
Papa dan mamaku memang tidak pernah menyanyangiku dengan tulus. Mereka selalu saja memarahiku dan selalu membangga-banggakan Karin. 

Apapun yang aku lalukan selalu salah di mata mereka. Aku juga punya kakak namanya kak Kemal. Kak Kemal sangat menyanyangiku. Dan selalu melindungiku.
“ Kiran, sini. Cepetan !” panggil Karin 
“ iya apa Karin ?” tanyaku
“ nih cuci baju gue. Yang bersih terus lo setrika !” perintah Karin sambil melemparkan baju kotornya kemukaku 
“ iya.”

Saat aku akan menjemur aku melihat mama, papa, dan Karin sedang sarapan bersama. Aku menangis karena aku tak pernah merasakannya. Saat Karin melihatku Karin langsung tersenyum kecut padaku.
“ pa, aku kan sekarang ulang tahun. Aku minta di belikan I-Phone Apple yang baru itu lho pa.” minta Karin dengan manja
“ iya nanti papa belikan.” Ucap papa dengan tersenyum
“ yeee makasih papa.” Ujar Karin seraya mengecup pipi papa. Dan lagi-lagi Karin tersenyum kecut padaku.
Akupun langsung berlari manuju kamarku, aku menangis aku juga berfikir mengapa aku lahir jika tidak di anggap seperti ini. Tiba-tiba darah keluar dari hidungku. Aku juga merasakan kepalaku sedikit pusing.
Aku memang sering mimisan seperti ini tapi aku selalu menghiraukan. Akupun memutuskan untuk pergi ke dokter besok.

Keesokan harinya akupun pergi kedokter, tapi saat di ruang tengah aku melihat papa, mama, dan Karin sedang menoton TV sambil bergurau-gurau. Aku juga tak pernah merasakan itu.
“ heh! mau kemana lo pergi nggak pamit, mau jadi anak durhaka lo!” ucap Karin dengan sinis
“ iya. Mangkanya mama nggak pernah suka sama Kiran, nggak sopan banget.” Sambung mama dengan sinis juga.

Akupun langsung berlari keluar. Saat di rumah sakit aku melihat seorang ibu yang panik karena anaknya sedang sakit. Andai saja mama mengkhawatirkanku jika aku sakit, sungguh senangnya hatiku. 
“  sakit apa kamu dek?’ Tanya dokter padaku
“ saya sering mimisan dan sering mengeluh pusing.” Jawabku
“ lebih baik kita cek darah saja, agar tahu apa penyakit adek.”
“ iya dok.”

Mereka Tak Menyanyangiku By Nur Qomariyah Fitriah

Setelah cek darah aku pun menunggu hasilnya. Saat aku memainkan handphoneku tiba-tiba kakKemal menelponku.
“ halo. Assalamualaikum.”
“ waalaikumsalam kak. Gimana kabar kakak ?”
“ baik kok dek. Kamu gimana kabarnya. mama,papa, dan Karin gimana kabarnya?”
“ baik-baik semuanya kak. Tumben telfon ada apa kak?”
“ nggak papa Cuma kangen sama adek kakak.”
“ aku juga kangen kakak. Kapan kakak pulang?”
“ mungkin 2 minggu lagi dek.”
“ ohh..oleh-oleh ya kak .”
“ emang kamu mau minta apa?”
“ terserah kakak aja deh.”
“ yaudah. Dek, kakak ada tamu. Kakak tutup dulu ya.”
“ iya kak.”
“ assalamualaikum.”
“ waalaikumsalam.”

Saat aku menutup telfonku dokter datang dengan membawa hasil lab. Akupun langsung menghampiri dokter. Dan betapa terkejutnya aku saat dokter memvonisku dengan penyakit leukemia stadium 4 dan aku hanya bertahan 1 bulan mendatang.
Dengan lemas aku mengambil hasil lab dan pulang kerumah. Saat sampai di rumah, rumah sepi sekali sepertinya mama, papa, dan Karin sedang pergi. Aku langsung menuju kamarku. Sekali lagi aku melihat hasil lab tadi. Aku menangis, mungkin emang sudah saatnya aku pergi.

1 minggu kemudian aku mulai merasa hidupku tak lama lagi. Rambutku semakin banyak yang rontok. Akupun keluar kamar untuk mengambil makan. Aku menyimpan penyakitku sendiri, kak Kemal pun tak tahu aku sakit leukemia. Saat aku akan mengambil makanan tiba-tiba saja ada yang menutup mataku dari belakang saat aku menoleh ternyata kak Kemal.
“ kak Kemal. Kok kakak pulang sekarang ? bukannya 1 minggu lagi?” tanyaku kaget
“ kakak mau ngasih surprise buat kamu.” Ucap kak Kemal seraya memelukku.
“ ahh. Kak Kemal jahat.” Ujarku dengan memukul tangan kak Kemal dengan pelan.
“ dek, kamu sakit kok mukamu pucat?”
“ nggak kak Cuma aku rada nggak enak badan aja kok.” Jawabku dengan tersenyum.
“ yaudah dek. Ayo makan terus minum obat biar sembuh.”
“ siap pak boss.”

1 minggu kemudian tubuhku semaki lemas mukaku semakin pucat. Untuk jalan saja aku nggak kuat. Aku pun berdoa kepada Allah semoga di akhir hidupku mama, papa, dan Karin bisa memelukku untuk pertama dan terakhir kalinya.
Akupun menulis surat untuk mama, papa, Karin, dan kak Kemal.

Untuk mama, papa, Karin, dan kak Kemal :
Mungkin aku di mata kalian tak pernah ada dan aku selalu salah di mata kalian. Aku minta maaf jika aku selalu membuat kalian marah. Jika nanti aku pergi kalian jangan sedih ya ! karena jika aku pergi tidak ada lagi Kiran yang kurang ajar, Kiran yang selalu salah, dan semoga di ujung umurku kalian bisa memelukku dan menyanyangiku. Aku sangat ingin merasakan itu. Merasakan apa yang belum Kiran rasakan.
Terimakasih juga untuk kak Kemal yang telah menghibur aku dan melindungiku. Aku sayang kalian.

Dari Kira
Setelah menulis surat itu aku meletakkan di meja beserta hasil lab. Tiba-tiba kepalaku pusing sekali dan akupun pingsan dan hidungku mimisan. Saat kak Kemal masuk kamarku dan melihat aku pingsan kak Kemal langsung memanggil mama dan papa.

Mereka langsung membawaku ke rumah sakit. Saat Karin masuk ke kamarku dan melihat kertas surat dan hasil lab. Setelah membacanya Karin menangis dan menyesali semua perbuatannya. Dia langsung membawa kertas itu untuk di tunjukkan kepada mama, papa, kak Kemal.   
“ ma, Kiran ma.” Ucap Karin menangis dan memberikan kertas tadi yang dia bawa.

Mama menangis, mama menyesal telah jahat padaku. Kak Kemal menceritakan apa yang kuceritakan pada kak Kemal.
“ maafkan mama Kiran.” Ucap mama seraya memelukku yang lemah tak berdaya. Dokter mengatakan bahwa kanker di tubuhku sudah menyebar dan tidak mungkin untuk sembuh.

Mama, papa selalu ada disampingku. Begitu juga Karin  kak Kemal. Saat aku siuman mama langsung minta maaf padaku.
“ ma..ma..” ucapku terbata-bata 
“ iya Kiran. Mama minta maaf. Mama salah , mama selalu membeda-bedakan kamu dengan Karin.” Ujar mama dengan menangis.
“ i..ya..ma..nggak..pa.pa” ucapku dengan berusaha tersenyum.
“ aku juga minta maaf Kiran aku selalu menyuruhmu, aku tidak pernah sopan padamu. Aku minta maaf ya.” Ucapnya dengan memelukku
“ a..ku..me..ma..afkan…ka..lia..an..se…mua… ma..ma..pa..pa..karin..kak..kemal..aku..pergi..ya” ucapku tersenyum. Dan aku pun meninggal dunia.
Mama, papa, Karin dan kak Kemal mengikhlaskan kepergianku.

Cerita Terkait

Mereka Tak Menyanyangiku By Nur Qomariyah Fitriah
4 / 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan cerita di atas? Silakan berlangganan gratis via email

FANSPAGE